Setiap hari terasa seperti deja vu yang menyedihkan, kehidupan sekolah menengah atas yang menyenangkan bagi orang lain, justru adalah mimpi buruk bagiku. Begitu lonceng sekolah berbunyi, aku sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku mencoba untuk berlari, tapi langkahku terasa begitu berat, dan mereka selalu menangkapku dengan mudah. Begitu aku berada dalam genggaman mereka, aku merasakan keputusasaan membanjiri diriku.
Mereka membawaku ke tempat sampah, tempat yang sudah sangat akrab bagiku. Sekali lagi, aku ditempatkan di dalam tong sampah itu, di antara sampah-sampah yang kotor dan bau. Ketiga tukang bully itu, dengan postur tubuh yang lebih besar dan lebih kuat dariku, menatapku dengan sinis. Terdengar gelak tawa mereka, menyisakan rasa sakit dan rasa rendah diri yang mendalam.
Salah satu dari mereka, dengan nada mengejek, berkata, "Lihat nih si pendek ini, kasian banget ya haha! Gimana, pendek, rasanya jadi sampah?"
Aku mencoba menahan air mata, tetapi kekuatan itu semakin melemah. "Tinggalin aku!" desisku dengan suara bergetar.
Namun, mereka hanya terus tertawa. "Kasihan banget, gak bisa ngelawan haha. Mungkin emang lebih cocok jadi sampah aja!"
Saat aku berusaha keluar dari tempat sampah, aku merasa marah sekali. "Kenapa kalian selalu jahat begini ke aku, sih?!" teriakku pada para tukang bully itu dengan mata yang mulai berair sambil berusaha bangkit dari posisi terduduk di dalam tong sampah.
Salah satu dari mereka tertawa. "Haha, liat-liat, mau nangis dia!" ejeknya sambil menunjuk-nunjuk ke arahku.
"Haha, iya lagi, cengeng banget si lu, udah kaya cewek aja. Mana ngomongnya pake aku kamu lagi!" timpal yang lainnya, dengan nada menghina.
Aku merasa semakin tertekan. "Pergi dari sini!" ucapku, suara gemetar.
Namun, para tukang bully itu hanya semakin menertawakanku, lalu mereka pun meninggalkanku di sana sambil mengucapkan ejekan terakhir. Aku terduduk di dalam tong sampah, merasa hancur dan terluka. Begitu mereka pergi, air mataku mulai menetes. Aku tidak bisa lagi menahan kesedihanku sendiri. Itu terlalu menyakitkan. Aku hanya ingin semuanya berhenti.
Ketika aku berusaha keluar dari tempat sampah, rasa kesemutan menghantam beberapa bagian tubuhku, membuat gerakanku terasa terbatas. Namun, dengan tekad yang kuat, aku akhirnya berhasil keluar dari situ. Kurasakan kelegaan saat kakiku menyentuh tanah lagi.
Kulihat tanganku dengan seksama. Mereka terlihat lebih halus dan ramping dari sebelumnya. Dengan perasaan campuran antara terkejut dan penasaran, aku memeriksa kuku jariku. Benar saja, mereka tampak lebih panjang dan bahkan terlihar lebih cantik. Aku bisa merasakan rasa kagum menyelinap ke dalam pikiranku.
"Hmm, aneh..." gumamku dalam hati. Meskipun ada rasa penasaran yang menggelitik, aku memutuskan untuk tidak membuang waktu untuk memikirkannya lebih lanjut. Aku ingin segera pulang.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Pendek: MTF, Gender Bender, Crossdressing, Feminization
General Fictionkumpulan cerita pendek gender bender, crossdressing, feminization, mtf.