Tujuh

131 7 0
                                    


"Lapar lagi enggak?" tanya Efrain setelah mereka membersihkan diri. Indira memakai baju itu lagi karena memang sangat baru dipakainya tadi. Sementara Efrain hanya memakai celana pendek saja. Tubuhnya yang atletis terlihat sangat prima.

Pantas saja di dinding dekat kamarnya tadi ada lemari khusus yang memajang medali dan juga throphy penghargaan lari. Sepertinya memang Efrain juga suka olah raga. betapa sempurna hidupnya. Diberi berkelimpahan dan kepintaran juga tubuh yang prima yang dirawatnya dengan baik. Mungkin itu cara dia menyibukkan diri sehingga tak terpikirkan untuk menikah.

"Enggak, justru ngantuk," tutur Indira. Efrain kemudian duduk di ranjang dan berbaring seraya menarik selimut. Dia menepuk kasur di sebelahnya. Indira pun ikut berbaring di sampingnya.

"Mas Rain lapar? Mau ditemani makan?" tanya Indira.

"Sudah lewat jam makan malam, nimbun lemak yang ada," ucapnya.

"Oh gitu, yaa juga sih. Mas suka olah raga soalnya ya?"

"Iya, sekalian jaga tubuh. Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi?" tutur Efrain menjadikan kedua lengan sebagai bantal tambahan untuknya.

"Betul sekali, seratus."

"Oiya bagaimana ayah kamu? Sudah membaik kan penglihatannya? Obatnya diminum terus," ucapnya.

"Sudah bisa melihat lagi tapi belum terlalu jelas banget," ucap Indira.

"Bertahap, lagi pula usianya sudah enggak muda lagi, gulanya dijaga jangan sampai diabetes. Bahaya," ungkap Efrain membuat Indira yang berbaring miring itu menatapnya dengan pandangan kagum.

Efrain menoleh ke arah wanita itu yang masih menatapnya dengan pandangan kagum. Dia sering mendapat tatapan seperti ini, tatapan memuja yang membuatnya menjadi terbiasa. Terkadang jika wanita simpanannya terlalu terang-terangan jatuh cinta padanya, maka dia memangkas jarak dan memutuskan hubungan begitu saja. Dia tak mau terlibat dengan hubungan yang membawa perasaan.

"Mas, kalau ketemu cewek-cewek itu di mana? Ada agennya kah?" tanya Indira yang penasaran dengan apa yang sempat mereka bahas tadi, namun terinterupsi karena Efrain menerima panggilan dari ibunya.

"Enggak sih, kebanyakan dari Mall aja, kadang saya bisa lihat mana yang memang menjual dirinya, atau hanya sekedar suka nongkrong."

"Pernah salah sasaran enggak? Kayak misalnya ke aku kemarin, terus ditolak?"

"Selama ini enggak pernah ditolak dan memang baru kamu kayaknya yang baru pertama kali jadi sugar baby," ucap Efrain.

"Mereka masih ada yang hubungin Mas sampai sekarang?"

"Ada tapi enggak saya gubris, di nomor lainnya mereka menghubunginya," ungkap Efrain.

"Pernah dibawa ke rumah juga?" tanya Indira yang penasaran.

"Hmmm ya," bohong Efrain karena memang baru Indira yang diajak ke rumah ini. Setiap weekend asisten rumah tangganya pulang ke rumah anaknya, padahal di hari biasanya menginap karena mereka tinggal bersama sopir pribadi Efrain yang merupakan suaminya.

"Saya mulai ngantuk, tapi haus," ucap Efrain.

"Mau saya ambilkan minum?" tanya Indira. Efrain menggeleng.

"Kan ada sumbernya langsung?" cebik Efrain ke arah payudara besar nan menantang milik Indira.

"Kan enggak ada susunya," kekeh Indira. Efrain menggeleng dengan senyum menawannya.

"Enggak masalah," jawabnya. 

WARNING, LANJUTAN CERITA DAPAT DIBACA DI KARYAKARSA AKUN KHODYDIDI DENGAN JUDUL YANG SAMA YAITU BE MY SUGAR DADDY DAN MAAF JIKA DI KK BERBAYAR 2000 PERBAB NAMUN DIUPDATE SETIAP HARI ^^ 

Be My Sugar Daddy (Ongoing Karyakarsa dan wattpad)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang