01| Teman Lama

316 206 242
                                    

01

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

01. Teman Lama

****

Di sebuah gedung Orkestra, terdengar jelas oleh insan pendengar sebuah paduan alat musik dengan merdunya. Beberapa alat musik seperti cello, biola beralun dengan indahnya mengikuti irama yang diberikan oleh Dirigen.

Tampak seorang gadis yang menjadi pemain cello itu tengah mencari seseorang, dirinya celingukan melihat ke arah kursi penonton. Entah apa yang gadis itu cari? Disaat dirinya tidak fokus, seorang perempuan yang duduk disebelahnya menyenggol kakinya yang tertutupi oleh cello besar yang ia pegang. Namun, dikarenakan terkejut gesekan pada cello-nya ikut salah dan Dirigen menatap tajam kearahnya. Sebisa mungkin gadis itu menetralisirkan detak jantungnya, seolah tidak terjadi apa-apa hingga acara selesai dengan baik.

Jevanna Ardhasya Putri, sering disapa dengan sebutan Jeva adalah pemain Cello muda pemula. Wajah perempuan ini sangat cantik dan lucu, bahkan sekarang rambutnya ia ikat satu kebelakang, membuat dirinya semakin lucu serta pipi yang berwarna sedikit kemerahan.

****

Terlihat seorang dokter perempuan memasuki ruangan Dokter Aksa, dokter itu adalah Dokter Amora, "Aksa, Wakil Medda bilang kamu mengajukan pindah departemen,...." menjeda ucapannya, ".... Mau pindah dari rumah sakit," lanjutnya.

Dokter Aksa menanggapinya dengan anggukkan kepala, tidak salah lagi dirinya memang mengajukan surat pindah dari rumah sakit ini.

"Benar."

"Kenapa?" menjeda ucapannya, "Ini hal besar, kenapa tidak diskusi dulu denganku?" lanjutnya.

"Kamu sudah terbiasa bekerja dengan saya," timpal Dokter Aksa. "Jika saya pergi, kamu pasti tidak terbiasa."

Dokter Amora menghembuskan napas pelan dengan tangan yang berada di pinggang, raut wajahnya tampak khawatir jika Dokter Aksa akan pindah dari rumah sakit itu. Dokter Amora ini sangat menyukai Dokter Aksa, bahkan dari awal Dokter Aksa bekerja di Rumah Sakit Deta itu dirinya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Namun, saya sudah membulatkan tekad," celetuk Dokter Aksa.

"Aku memang tidak akan terbiasa dalam pekerjaan...." Dokter Amora menghela napas pelan sebelum melanjutkan kalimatnya, "Namun, aku lebih peduli padamu." Suara Dokter Amora terdengar pelan.

"Saat lulus S2, kamu bilang kepadaku, cita-cita kamu adalah bisa menang melawan kanker lambung selama hidup kamu. Kita sangat giat saat kuliah sekarang kamu bilang mau menyerah, kamu...."

"Amora."

Belum sempat Dokter Amora menyelesaikan perkataannya, namun sudah dipotong terlebih dahulu oleh Dokter Aksa.

Sumpah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang