Kita

77 11 0
                                    

Cinta ini memang nyataSemesta merestui Aku dan kamuSelalu menjadi kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cinta ini memang nyata
Semesta merestui
Aku dan kamu
Selalu menjadi kita
.
..
...

Siapa sangka jika ada hari dimana dua pria yang saling bersaing itu terlihat akur. Lily bahkan tak menyangka, dirinya bahkan sudah menyiapkan mental jika ada adu jotos dari kedua pria itu. Tapi nyatanya dua manusia ditambah satu anak kecil bermain dengan damai.

Awalnya El sedikit emosi, tapi melihat Aby yang menikmati momen bersama Yoda dirinya jadi tak tega. Anak kecil itu tak bersalah, Aby berhak mengenal Yoda sebagai ayah kandungnya. Tapi jika Yoda mengusik Lily jelas saja El akan menantang pria itu untuk berduel.

"Boleh Aby main ke rumah ku ?" Yoda ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan anaknya.

"Coba tanyakan ke Aby saja." Lily tak merasa keberatan jika Aby bermain bersama Yoda.

"Sayang, main ke rumah papa yuk." Yoda akhirnya mengalah dipanggil papa oleh Aby.

"Em, sama bunda dan ayah juga ?" Aby hanya bertanya.

"Aby sama papa aja ya, ayah El masih capek, kalo bunda ada kerjaan. Oke, ya." Lily meminta pengertian Aby, dan akhirnya anaknya setuju.

Yoda mengandeng Aby keluar arena bermain, menuju mobilnya. Sebelumnya tentu Yoda dan Lily sudah bertukar nomor dan alamat rumah jadi semua lebih mudah sekarang.

.
.
.

Suasana mobil El lebih hening, karena tak ada pembahasan. Bukan maksud Lily mendiami kekasih hatinya itu. Hanya saja dirinya bingung mau bicara apa. Lily merasa mobil El tak melewati jalan ke arah apartemennya.

"Kita mau kemana ?" Lily mulai sedikit gelisah.

"Ke rumah ku." El juga tak ingin menjelaskan kenapa mengajak Lily ke rumahnya.

"Mau ngapain ?" Lily jelas jadi was was di rumah El tentu saja lebih sepi.

"Bikin adeknya Aby." El tak memiliki maksud tertentu, tapi boleh lah dirinya menggoda Lily.

"El, jangan gila deh." Lily semakin takut saat ini.

"Memangnya salah bikin sekarang ?" Nah El memang semakin menjadi.

"Aku ngga mau ya." Lily saja masih ingin membesarkan Aby, belum ada rencana memiliki anak ke dua.

"Kenapa ngga mau ?" El hanya menggoda, tolong garis bawahi itu.

"Kita belum menikah." Lily hanya mengatakan kebenaran itu.

"Okelah, kita bisa menikah besuk." El semakin merasa geli melihat wajah Lily semakin tak santai.

"El, jangan ngaco deh." Bahkan Lily belum siap menikah secepat itu.

"Apa yang kamu ragukan lagi ? Kamu satu satunya buat aku sayang." Nah satu fakta lagi El itu kang ngombal memang.

"Aku belum ketemu orang tua mu, kamu juga belum ketemu orang tua ku." Lily semakin mencari alasan.

"Kita akan segera makan malam bersama keluarga, kalo kamu lupa." El sudah mempersiapkan itu sejak Lily mulai menerima dirinya. Karena El merancang hubungannya segera ke pelaminan. Jadi dirinya tak akan lama lama pacaran dengan Lily, cukup satu bulan saja.

"El, kamu menyebalkan." Lily kehabisan kata kata sekarang. El mencubit pipi Lily gemas, astaga dirinya bisa khilaf jika begini.

.
.
.

Rumah dengan gaya eropa, segala interiornya khas negara barat itu. Mewah tentu saja, tak mungkin jika hanya bangunan sederhana. Karena pemiliknya saja pengusaha sukses. El dan Lily menikmati momen berduaan yang sudah lama sekali tak terjadi. Mungkin jika diingat itu hanya akan ada di masa SMA mereka.

Sudah tahu kan sebenarnya El suka Lily tapi tidak sadar. Jadi sejak masa SMA mereka hanya bersahabat. El hanya akan menganggap Lily sebagai teman curhat dari segala kegundahan hatinya termasuk soal pacarnya El. Tapi anehnya El selalu ada disaat Lily membutuhkan bantuan. Memang takdir itu unik, El bahagia saat melihat tawa Lily di depannya. Hanya hal sederhana itu, dan El baru sadar jika Lily berharga ketika gadis itu tiba tiba menghilang.

"Ly, i love you." Entah sejak kapan El menjadi bucin begini.

"Iya aku tahu." Lily yang sudah menjadi ibu anak satu hanya menanggapi seadanya.

"Sayang, dibales dong." El semakin mengeratkan pelukannya ke Lily.

"Kamu udah tahu jawabannya El." Lily jadi gemas sendiri.

"Mau denger suara kamu." El masih kekeh mengharapkan Lily membalas rasa cintanya.

"Dari tadi juga aku bersuara El." Lily bukannya tak mau mengatakan itu, hanya saja cukup dari tindakan saja sudah terlihat.

"Ah, sayang kamu bikin aku gregetan deh." El tak bisa lagi menahan rasa gemasnya. Kecupan kecupan sudah El sebar kemana mana.

"El, jangan macem macem deh." Lily tak ingin mereka melakukan hal khilaf. Apalagi kisah masa lalu Lily juga tak baik. Jadi masih ada rasa trauma bagi Lily.

"Aku ngga akan lakuin hal lebih dari kecup kecup kalo kamu ngga kasih ijin sayang." El akan membuat Lily nyaman, jadi semua sesuai persetujuan sang ratu di hati El.

"El, mungkin aku ngga ingin secepatnya hamil lagi ketika kita sudah menikah, aku masih butuh waktu." Lily akhirnya mengeluarkan keinginannya.

"Aku ngerti sayang, senyaman kamu aja. Kalo pun cuma ada Aby aja, ngga masalah buat aku. Kita bisa besarkan Aby bersama sama." El akan selalu mengalah untuk Lily, yang terpenting Lily bahagia.

"Apa keluarga mu akan terima jika tahu masa lalu ku ?" Kali ini kekhawatiran Lily mulai muncul.

"Aku sudah cerita tentang kamu ke mereka, dan ngga masalah. Bahkan mereka akan menganggap Aby sebagai cucu kandungnya. Masa lalu mu hanya akan menjadi cerita. Tak akan mengubah apapun di masa sekarang, lagi pula masa depan mu itu bersama aku." El memang sudah menyerahkan hidupnya hanya untuk bersama Lily.

"I love you El." Lily tak bisa berkata banyak, karena hatinya semakin yakin untuk menjalani waktu bersama El.

Senyum El mengembang, ah rasanya dadanya berdesir hebat. Getarannya aneh tapi menyenangkan, El suka ini.

"You are wonderfull for me, only one no other." El berbisik ke Lily, mengecup kening wanita tercintanya ini.

Semoga Tuhan memang berbaik hati menjaga hubungan ini untuk selamanya. Karena bagi El hidupnya hanya untuk Lily. Tujuannya sudah pasti, rumah yang El mau hanyalah Lily.

.
.
.

Selesai..

HOME (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang