18. Cafe Sofie

610 27 5
                                        

Typo bertebaran ~

***

Nana meminum coklat panasnya dengan nikmat, namun mimik wajahnya menunjukkan bahwa dirinya kini tengah merasa bosan.

Dirinya kini tengah berada di ruang tengah, sendirian. Dimana yang lain? setelah tadi sore ia pergi ke Mall, yang lainnya pamit pergi keluar karena ada urusan masing-masing.

Sean dan Leon pergi meeting, Alvero di sibukkan dengan skripsinya. Arsen pergi les, begitu pula dengan Kaivan.

Diluar kini tengah hujan gerimis, sendari sore. Nana lagi-lagi menghela nafas nya.

Jika sedang di tinggalkan begini, dia seringkali menjadi merasa Rindu kepada Zergan.

"Hm ... Gimana kalo gue pergi ke cafe bang Zergan, lagian masih jam setengah sembilan juga." Monolog Nana.

Ia raih headphone miliknya yang berada di depa meja ruang tengah, lalu menghubungi Sean untuk meminta izin.


Panggil terhubung..

"Assalamualaikum, sayang. Ada apa?"

"Wa'alaikumsalam, papa. Adek boleh pergi keluar? ke cafe nya bang Zergan." Jawab Nana.

Dan terdengar helaan nafas Sean dari sebrang sana. Bila seperti ini, Nana menduga bahwa ia sepertinya tidak di berikan izin.

"Bukanya apa, tapi ini sudah malam, di luar juga hujan. Kamu mau kesana sendirian? besok lagi saja ya, adek."

Dan, ya, dugaan Nana benar adanya.

"Ihh, papa. Ayo dong, aku kangen berat sama bang Egan. Bolehin ya? kalo enggak aku nangis nih, biarin aja kalo sesek juga." Jawab Nana, dengan sedikit mengancam.

Sean bisa apa bila Nana sudah berkata seperti itu, dirinya akhirnya memberikan izin kepada sang anak.

"Ya sudah, tapi ingat. Hati-hati, pulang ga boleh lebih dari jam 10. Pake jaket, di luar dingin, pulang-pulang ga boleh ada luka lecet sedikit pun." Pesan Sean kepada Nana.

"Oke, makasih papa!!" nana terlalu senang, sampai ia lupa untuk mengucapkan salam kepada Sean.

Panggilan berakhir..

Nana berjalan kedalam kamarnya, ia sambar jaket kulit miliknya, beserta kunci motornya.

Nana mengeluarkan motor sport berwarna hitam miliknya, ia kemudian berteriak.

"Om jef, buka gerbang nya. Aku mau keluar, udah izin sama Papa kok!!" teriak Nana, dari balik helm full face nya.

Gerbang terbuka, lalu Nana keluar dari kawasan rumah Sean. Lalu,  menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

"Huft ..." Nana menghela nafas nya, rasanya sudah lama dirinya tidak keluar rumah sendirian.

Motor miliknya membelah jalanan yang kini terlihat ramai. Nana menikmati perjalanan nya.

Sungguh, kota bandung yang menjadi kota tempat lahirnya ini sangat indah. Pikir Nana.

***

Nana Grizsella [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang