Warning! jika suka tolong tekan 🌟 pojok kiri bawahhhh😻💅
Happy reading✨
*
*
*
*Langkah santai namun memiliki ritme gerak cepat itu mulai menaiki tangga kayu-marmer dengan perlahan-lahan, tubuhnya sedikit membungkuk, memukul-mukul bagian kepala belakang kepalanya guna meredakan sakit yang melanda. Tak terhitung sudah keberapa kalinya ia hampir limbung-jatuh, namun ia tetap berusaha menjaga kesadaran nya agar tetap terjaga.
Kini tibalah ia di depan pintu besar bertuliskan nama sang pemilik kamar, wanita setengah baya itu tersenyum tipis, buliran kristal bening mulai mengalir bersamaan dengan alur ingatan begitu menyakitkan yang berputar bak kaset rusak di ingatannya, "takdir begitu buruk, sehingga ia menyuruh ku untuk membenci dirimu" lirihnya mulai bergerak-berjalan pergi ke arah kamar disamping kiri.
Lia menghembuskan nafas panjang guna menetralisir rasa sesak yang ada di dalam hatinya, Perlahan tangan lentik itu mulai tergerak mengetuk pintu-memutar lalu mendorong Perlahan.
"And-"
"Ngapain bunda kesini?" Potongnya cepat, dari nada bicaranya ia benar-benar tak minat dengan kedatangan wanita yang telah melahirkan nya itu.
Lia terdiam, "ini wajar..." Batinnya menahan sesak, Wanita itu secepat kilat merubah guratan wajahnya tersenyum, "bunda pengen ngomong sama kamu" ucap Lia, ia melangkah mendekat ke arah anak sulungnya yang tengah berdiri di dekat jendela.
Alis Andra terangkat-menunggu sembari jawaban dari sang lawan bicara yang di hadapanya.
Lia menunduk, "bunda akan pergi ke Amerika beberapa bulan ini," wanita itu mengangkat pandangan tepat pada netra hitam Andra. "Tolong.. pantau rumah ini dan jaga adikmu, selama bunda berada di sana" ucapnya seperti tak ada beban.
Laki-laki itu menghembuskan nafas panjang, "adik doang? Bukan adik-adikmu?"Lia terdiam, "berarti aku harus jagain salah-satu antara mereka ya?" Andra tertawa kecil, laki-laki itu tersenyum miris, sangat jelas sekali wanita itu pilih kasih- lihat, terbukti dari caranya menyuruh menjaga salah satu anak, dan menelantarkan anak lainya. Miris! Miris sekali.
Lia mengganguk, "benar, bunda cuma ingin kamu hanya memperhatikan dan menjaga hana! Dia adikmu Andra dia anak terkahir dia masih kecil dan masih membutuhkan sosok penjaga." Tegas Lia menatap Andra yang kini menggeleng miris, "bunda egois!" Laki-laki itu merubah tatapanya menjadi datar sedatar tembok.
Lia mengganguk, "bunda akan egois jika itu menyangkut kamu dan Hana"
"dengan Luna?" Potong Andra cepat, Lia membatu. Laki-laki itu menggeleng, "Luna juga anak bunda, anak kandung bunda darah ayah dan bunda juga mengalir di dalam dirinya" tekan Andra menatap tak habis fikir, ke arah lia-bundanya yang kini menunduk.
Laki-laki itu membuang nafas kasar, "kenapa sih bunda sebenci itu sama dia? Gara-gara kecelakaan dua tahun itu? Dia anak bunda dan ayah juga! Itu adalah kecelakaan yang gak di sengaja! Itu bukan sepenuhnya kesalahan dia, semaunya bunda juga harus kasih dia kasih sayang seorang ib-"
"ANAK ITU TAK BERHAK MENDAPATKAN KASIH SAYANG KU!!" teriak Lia marah, air mata terlihat mengenang di peluk mata cantiknya, wanita itu menggeleng keras, "dia tak berhak mendapatkan kasih sayang yang sama seperti kamu dan Hana!" Tekannya dingin.
Andra membatu, "mengapa?" Tanya Andra menatap tak terbaca raut wajah Bundanya yang terlihat menahan sesak.
Wanita itu mengusap kasar air mata yang turun deras dipipinya, ia menatap dalam netra putranya yang kini juga menatap ke arahnya, "karna sesuatu kesalahan, yang sulit untuk ku maafkan" Final Lia meninggalkan kamar putranya yang mematung.
*
🥀🥀🥀
*"Ka?" Panggil Luna yang berada di meja makan keluarga Dritama, saat ini hanya kedua Kaka beradik itu saja yang berada di dalam mansion mewah, sedangkan Hana-adik mereka izin kerja kelompok di rumah sahabatnya.
"Hm"
Luna memikirkan apa yang akan ia sampaikan pada kakaknya, gadis itu menjentikkan jari. "Fens-fens ciwik-ciwik freq lo itu masih suka ngejar lo? Oh ya! Cewek yang suka banget nempel ke Lo kek perangko siapa sih nama nya,?" Tanyanya sembari menaikkan satu alis.
Andra masih sibuk dengan sarapan yang ia makan, "Maya?" Ucapnya yang mendapat anggukan semangat dari Luna.
"Nah! Iya itu-tu, dia kemana? kok beberapa hari ini gue jarang ketemu dia di dekat ketek Lo?" Laki-laki itu menghentikan pergerakan tangan nya untuk menyendok nasi, "ketek mulut mu!" Luna tertawa kecil, "gue ngomongin kan fakta, habisnya tu cewek suka banget namplok di ketek Lo HHH!"
Andra menarik pipi gadis disampingnya gemas, "makan itu jangan ngomong! Habisin dulu!" Ucap Andra,
Luna mendelik, memeganginya pipinya yang berdenyut nyeri ulah cubitan maut Andra, ya walupun tidak terlalu keras tapi tetap aja sakit sih menurutnya.
Ia cemberut, "iya-iya bawel!"
"Na" panggil Andra menatap adiknya tengah sibuk dengan makan dihadapannya.
"Kenapa?" Tanyanya setelah meminum air putih hingga tandas tak tersisa, Andra Tersenyum tipis melihatnya.
Tangan laki-laki itu terangkat mengusap bekas makanan yang tertinggi di bibir mungil adiknya, tatapan andra lembut, seperti tatapan seorang ayah ke anaknya.
"Tolong tetap bertahan ya, jangan pulang dahulu sebelum tuhan yang memanggil mu" gadis itu mematung, "jika aku lelah dengan keadaan?" Andra Tersenyum tipis.
"Istirahat lah, dekatkan diri kepada pencipta mu"
TBC
*
*
*
*
ayok sempatkan vote 🔔
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Untuk Aluna [Tamat]
Teen Fiction❛❛dan pada akhirnya, aku telah kalah sebelum memulai❜❜ *** Sinopsis: Di paksa tumbuh dewasa di usia yang seharusnya masih memerlukan bimbingan orang tua bukan hal yang mudah untuk seorang "Aluna layara kayzee Dritama" Di usia nya yang baru 16 tahun...