BAB 21🥀

27 7 0
                                    

Happy reading 😃🐾
*
*
*
*

"Gilak anjir! Beasap pala gue" celetuk Dika memegang kepalanya yang pusing akibat soal ulangan Bu Widi beberapa jam yang laku, bukan! Bukan hanya Dika saja, tetapi Gendra raffasyah bahkan keanu dan nata sama pusing nya Dangan soal-soal laknat yang diberikan sang guru mtk kiler.

"Bu Widi ngasih soal kaga main-main cuy" timpal Gendra menggeleng kan kepala guna menghilangkan pening yang melanda.

Raffasyah mengangguk, "sengaja tu guru pen bunuh kita pelan-pelan" lugas Rafa yang mendapatkan anggukkan kompak dari ketiga temannya.

Dika melirik sekitar sekitar, laki-laki itu mengecek jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangan kanannya, "satu menit lagi istirahat guys, Yo Kantin!" Ajaknya beranjak dari duduk.

Keempat pemuda dengan wajah tampan itu mulai keluar dari dalam kelas menyisahkan beberapa murid saja yang tetap tinggal diam di dalamnya.

"Gue heran sama Lo ta, Lo kan gak suka coklat tu... Tapi kenapa Lo fine-fine aja pas coklat sebanyak itu di taro di bawah laci meja Lo?" Tanya raffasyah berjalan santai di sisi kanan laki-laki bermata setajam elang itu.

Nata melirik sekilas ke arah rafa yang juga tengah menatap dengan ekspresi menuntut ke arahnya,"gue gak mau buat seorang cewek sedih cuma gara-gara gue nolak pemberian yang mereka kasih," laki-laki itu menoleh cepat ke arah kelas 11 MIPA 1 mata setajam elang itu meliuk mencari keberadaan seseorang yang ingin ia lihat wajahnya, "ketemu" nata Tersenyum tipis menatap dari jauh wajah imut nan teduh itu untuk beberapa waktu.

Rafa yang tak kunjung mendapatkan penjelasan dari pertanyaannya barusan menatap Lamat ke arah mata laki-laki itu tertuju.

Rafa Tersenyum, "owhh liat cewek ternyata" batinya terkekeh geli, tangan Rafa tergerak menepuk cepat punggung tegap di sampingnya yang kini terkejut-kaget.

"Nagapin ta?"

Nata mengerjap kecil, ia tersadar atas kelakuannya tadi laki-laki itu mengusap cepat wajahnya menggeleng kecil, "gak apa-apa" ucapannya kembali melangkah, menyusul Dika dan Gendra yang mulai jauh berada di depan.

Rafa tertawa kecil, "ekspresi Lo gak bisa bohong ta" ucapnya mengikuti langkah lebar devanata yang mulai menghilang tertelan jarak.

*
🥀🥀🥀
*

"Una~! Rengek Lily memegang kedua lengan gadis berambut sebahu itu erat.

"Una.. pliss jawab!" Kesalnya menggoyang-goyangkan lengan kiri Aluna yang hanya diam mencatat materi sejarah, sebenarnya sudah masuk waktunya jam istirahat sih tapi gadis berambut sebahu itu lebih memilih berdiam diri di kelas dan mencatat materi yang belum sempat ia selesaikan.

"Na!"

"Kenapa?"

Lily menekuk wajahnya masam,"Beneran gak Lo udah Nerima gue sebagai sahabat lo?" Tanyanya.

Luna mengangkat bahu acuh, gadis itu kembali memulai di bukunya tanpa mengindahkan raut wajah Lily yang kini cemberut.

Gadis berambut sepinggang yang duduk di samping kanan mengambil cepat buku catatan sejarah luna yang kini melotot kaget dikarnakan reaksi spontan Lily yang cepat dan tiba-tiba.

"Jawab, Lo terima gue jadi sahabat kan!" Paksa Lily menatap penuh harap ke arah Luna yang kini juga menatap ke arahnya dengan ekspresi lempeng tak terlalu kentara.

"Gue males jawabannya" Luna meraih cepat buku yang berada di dalam genggaman Lily yang tak tepat menghindar.

"Una!!" Teriak Lily kesal, sangking kesalahan ia sampai menghentakkan kaki keras.

"Please lah na, jahat banget sih! Gue capek tau, rela ngekori Lo kemanapun Lo pergi.. tapi apa Lo gak pernah mau ngangap gue ada" sedih Lily, mata bulat hitamnya mulai berembun, berkaca-kaca.

Luna mematung

"Una gue selalu berharap Lo mau jadi teman gue" gadis itu mengusap kasar setres cairan bening yang keluar dari mata cantiknya.

Gadis berambut sebahu itu beranjak bergeser dari duduknya-mendekat, lengan bebasnya mengusap lembut bahu Lily yang bergetar kecil.

"Gak usah nangis cengeng,! Jelek lo!" Ketus luna menatap tanpa ekspresi ke arah Lily.

Lily menggeleng, "gue selalu cantikk!" Tegasnya tak ingin terbantahkan, Luna mengganguk saja malas juga dia berdebat.

Beberapa Detik terjadi keheningan, sampai Lily yang memecahkan kedamaian sesaat itu.

"Na"

"Kenapa?"

"Jadi sahabat gue ya" ucapnya penuh permohonan, lihat mata kecil nan cantiknya kini menunjukan puppy eyes lucunya.

Luna Tersenyum tipis, sekarang tak ada pilihan. Ia mengakui itu bahwa semenjak hadirnya Lily di dalam hidupnya, sedikit-demi sedikit dirinya mulai bisa mengeluarkan pendapat, dan sudah tak pernah di tindas atau bully lagi.

Aluna menjulurkan tangan kanannya je arah Lily yang Mentap Bertanya, "cepat atau gue berubah pikiran" ucapnya kembali datar.

Lily Tersenyum berbinar, benarkah Luna ingin berteman dengan dirinya? Dan benarkah gadis dingin dan cuek itu telah ia cairkan? Banyak spekulasi-spekulasi yang bersarang di otaknya ingin bertanya namun tak jadi, alhasil pertanyaan itu hanya ia simpan dengan rapi di otaknya.

Lily Tersenyum cerah, " beneran kan na bukan tipuan?"

Luna menatap datar, "kalo gak mauu ya udah" ucapnya berniat menarik kembalu pergelangan tangan kanannya, namun hal itu tak terjadi dikarenakan Lily yang sudah lebih dulu menyatukan tangannya.

"Deal!!" Teriak Lily senang.

Luna Tersenyum tipis, "Sekarang kita teman"

TBC

*
*
*
*
sempatkan vote 🔔

Semesta Untuk Aluna [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang