Episode 17

74 50 5
                                    

JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌

●○●○●○


"Nar, fotoin gue dong!"

Hari sermakin sore, tapi dua sahabat itu masih bertahan di bibir pantai. Mereka sedang menyaksikan keindahan matahari tenggelam. Walaupun sepi, tetapi keduanya tetap menikmatinya.

"Senja itu indah ya, Nar. Ah, enggak, tapi indah banget." Mata Dhara berbinar dan terkekeh kecil. Nara mernyetujui ucapan Dhara, matanya memandang takjub langit oranye itu dan tersenyum tipis.

"Tapi sayang, keindahan yang dia bawa hanya bertahan sesaat, di mana setelahnya, dia akan pergi membawa keindahan itu dengan sejuta keluhan dan kekaguman yang dia dapatkan."

Dhara menoleh ke Nara. Cewek itu menyadari bahwa Nara sedang mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Tapi dia berjanji, bahwa esok harinya, dia akan kembali dengan tetap membawa keindahan itu," balas Dhara.

"Dan keindahan itu juga bakal hilang seperti sebelumnya. Senja terlalu pandai bermain peran, tapi tak ayal, dia selalu menepati janjinya."

Nara melangkah mendekat, membiarkan kakinya menikmati deburan ombak, bahkan dia tidak memperdulikan rasa dingin yang menusuk tubuhnya.

"Kenapa sih? Semua hal yang awalnya indah, selalu berakhir meninggalkan rasa sakit?"

Mata Nara memerah. Rasanya segala rasa sakit yang selama ini dia pendam, akhirnya keluar juga. Nara menangis sejadi-jadinya, air mata yang sedari tadi terbendung, kini meluruh membasahi wajahnya, sesak di dadanya pun kian menjadi-jadi.

Dhara tertegun, hatinya begitu sakit melihat sahabatnya menangis sesenggukan. Faktanya, sahabat yang selama ini selalu menampilkan senyum terbaiknya pada semua orang, adalah sosok yang selalu menyimpan masalahnya sendirian. Dia selalu membangun benteng tinggi agar semua orang tidak tau rasa sakit yang dia miliki.

Tanpa pikir panjang, Dhara merengkuh Nara dan memeluk tubuh itu dengan erat. Dia ingin menunjukkan pada Nara bahwa dia tidak sendirian, masih ada dirinya yang selalu berada di sampingnya.

"Jangan pernah berpikir kalo lo sendirian, karena gue akan selalu ada di samping lo," bisik Dhara dengan mata berkaca-kaca.

Setelah beberapa saat, Nara mulai tenang walaupun air mata masih menetes di pelupuk matanya, lalu melepas pelukan Dhara dan mengacungkan jari kelingking pada sahabatnya itu. Dhara menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Katanya lo gak bakal ninggalin gue, jadi biar lo gak bohong dengan omongan lo tadi, gue mau lo buat janji sama gue!" Nara menjelaskan dengan masih mempertahankan acungan jari telunjuknya.

Dhara terkekeh kecil. Saat ini Nara terlihat sangat menggemaskan di matanya. Lalu dia menautkan jari kelingkingnya ke jari Nara.

"Janji!"

Mereka berdua tertawa menyadari tingkah konyol mereka. Suara dering handphone berbunyi, dering itu berasal dari tas Nara.

Cewek itu lalu segera membuka tas dan mengambil handphonenya, terpampanglah nama Harsya di layar.

Perlu diketahui. Mulai sekarang, Harsya akan menetap di Indonesia, karena dia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di tanah air, entah apa alasannya hanya dia yang tahu.

"Halo, Bang?"

"Nanti lo tidur di rumah Dhara dulu ya, Cil!" perintah dari sebrang membuat Nara mengerutkan dahinya heran. Tumben abangnya tiba-tiba nelpon bukan nyuruh dia untuk pulang, tapi malah minta dia menginap di rumah Dhara.

Detik dan DetaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang