JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA!
Typo, koreksi📌●○●○●○
"Nar, fotoin gue dong!"Hari semakin sore, tetapi dua sahabat itu masih bertahan di bibir pantai. Mereka tengah menikmati keindahan matahari yang perlahan tenggelam. Meskipun suasananya sepi, keduanya tetap menikmatinya dengan tenang.
"Senja itu indah ya, Nar. Ah, enggak, tapi indah banget." Mata Dhara berbinar, lalu terkekeh kecil. Nara mengangguk setuju, matanya menatap langit oranye itu dengan takjub, lalu tersenyum tipis.
"Tapi sayangnya, keindahan yang dia bawa hanya bertahan sesaat. Setelah itu, dia pergi, membawa semua keindahan bersama sejuta kekaguman dan keluhan yang dia tinggalkan."
Dhara menoleh ke arah Nara. Ia menyadari bahwa sahabatnya itu sedang menahan air mata agar tidak jatuh.
"Tapi dia berjanji, bahwa esok harinya, dia akan kembali dengan tetap membawa keindahan itu," balas Dhara.
"Dan keindahan itu pun akan kembali hilang seperti sebelumnya. Senja terlalu pandai bermain peran, tapi tak bisa dipungkiri, dia selalu menepati janjinya."
Nara melangkah mendekat ke bibir pantai, membiarkan kakinya menyentuh deburan ombak. Ia bahkan tak peduli dengan rasa dingin yang menusuk tubuhnya.
"Kenapa, sih? Semua hal yang awalnya indah, selalu berakhir dengan rasa sakit?"
Mata Nara memerah. Semua rasa sakit yang selama ini ia pendam akhirnya tumpah juga. Ia menangis sejadi-jadinya. Air mata yang sejak tadi tertahan kini meluruh membasahi wajahnya. Sesak di dadanya semakin menjadi-jadi.
Dhara tertegun. Hatinya terasa sakit melihat sahabatnya menangis sesenggukan. Ternyata, gadis yang selalu menampilkan senyum terbaiknya itu, selama ini menyimpan beban sendirian. Ia membangun benteng tinggi agar tak seorang pun tahu rasa sakit yang ia miliki.
Tanpa pikir panjang, Dhara langsung merengkuh Nara ke dalam pelukan. Ia ingin menunjukkan bahwa Nara tidak sendiri, bahwa masih ada dirinya yang akan selalu menemani.
"Jangan pernah berpikir kalau lo sendirian, karena gue akan selalu ada di samping lo," bisik Dhara dengan mata yang ikut berkaca-kaca.
Beberapa saat kemudian, Nara mulai tenang, meskipun air mata masih menggenang di pelupuk matanya. Ia melepaskan pelukan Dhara, lalu mengacungkan jari kelingking ke arah sahabatnya. Dhara menaikkan sebelah alis, bingung.
"Katanya lo gak bakal ninggalin gue, jadi, biar lo gak bohong sama ucapan lo tadi, gue mau lo janji sama gue!" ucap Nara sambil mempertahankan acungan jarinya.
Dhara terkekeh kecil. Saat ini, Nara terlihat sangat menggemaskan di matanya. Ia pun menautkan jari kelingkingnya pada jari Nara.
"Janji!"
Mereka berdua tertawa menyadari tingkah konyol mereka. Tiba-tiba, suara dering ponsel terdengar dari dalam tas Nara.
Gadis itu segera membuka tasnya dan mengambil ponsel. Tertera nama Harsya di layar.
Perlu diketahui, mulai sekarang Harsya akan menetap di Indonesia karena ia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di tanah air. Entah apa alasannya, hanya dia yang tahu.
"Halo, Bang?"
"Nanti lo tidur di rumah Dhara dulu ya, Cil!" perintah dari seberang membuat Nara mengernyit bingung. Tumben, abangnya menelepon bukan untuk menyuruhnya pulang, malah menyuruhnya menginap.
"Emang ada apa? Kok Abang nyuruh aku nginap di rumah Dhara?"
Hening sejenak. Lalu terdengar helaan napas berat, diiringi suara lirih seperti berbisik, "Kak Arsen pulang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Detik dan Detaknya (REVISI)
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ JANGAN MENJIPLAK! ITU PERBUATAN RENDAH DAN TIDAK BERADAB. .・✫・゜・。. .・。.・゜✭・ Nara menyukai Razka sejak masa SMP. Setiap hari, rasa suka itu semakin bertambah, hingga kini dia duduk di bangku SMA. Seiring berjalannya waktu, rasa itu sema...