»»————>Have Fun Guys<————««
"Jangan mengambil keputusan yang akan kau sesali nantinya. " -Rio.
.
.
.
.
.
.
."Hei! " Sapanya melambaikan tangan di depan wajah Rui.
Anak itu mengerjapkan mata beberapa kali, tersenyum canggung seraya mengusap ceruk lehernya. "Kok ngelamun? " Tanya Dalia di hadapannya.
"Cantik." Gumam Rui tanpa sadar, membuat gadis itu mengernyit.
"Apa? " Tanya Dalia memastikan telinganya tidak salah dengar.
Rui menggeleng cepat. "Taruh aja di sana. " Well, bukannya mengaku, dia malah sok jual mahal dan bersikap acuh pada Dalia. Dasar Rui!
Sesekali Rui melirik pada gadis yang tengah membopong kardus di pojok ruangan. Untuk gadis seusianya dia termasuk pendek, mungkin tingginya berkisar 155 cm dan tubuhnya tidaklah kurus maupun gemuk, sangat ideal. Rambutnya dikuncir kuda dan panjang bergelombang sedikit melebihi bahu. Matanya berwarna coklat terang, wajah yang mungil namun bulat menambah kesan lucu bersamaan. Jangan lupakan hidung elangnya yang sedikit kemerahan.
Brakk!!
Lamunan Rui dan lainnya terbuyar saat mendengar suara salah satu jendela dibuka paksa. Zaka mendekati asal suara itu, dan berteriak kaget saat melihat seseorang melompat masuk dengan tasnya ke dalam sana.
"Guoblok jantung gue mau copot! " Umpat Zaka sedikit lebai, namun tidak dipungkiri dirinya memang mudah terkejut.
"Ngapain lo di sini? " Ucap Vino menambahi.
Rio yang terjatuh, mengambil tasnya yang terlempar tidak jauh dari dirinya. Melirik Vino sekilas, kemudian memberikan tatapan datar padanya.
"Bukan urusan lo. "
Rui mengerutkan kening, bertanya pada dirinya sendiri. Darimana saja teman sebangkunya itu pergi, dia ingat Rio juga tidak ada di sana saat mapel jam ke pertama tadi.
"Dih sinis amat. " Sungut Zaka membalas.
Namun tidak digubris Rio dan memilih pergi dari ruangan ini. Sebelum langkahnya terhenti saat netranya bertemu dengan Dalia. Tasnya terjatuh, tubuhnya bergerak dengan sendirinya menuju Dalia. Menatap gadis itu dalam diam. Lama terdiam, membuat Rui penasaran.
"Ngapain lo di sini? " Gumamnya pelan menimbulkan pertanyaan bagi semuanya.
"Maksudnya? " Tanya Dalia tidak mengerti.
Rio menatap mata Dalia, yang sebelumnya tertunduk. Terlihat matanya yang merah dan senyuman getir di wajahnya terpampang.
"NGAPAIN LO DI SINI?! " Bentaknya tanpa diduga. Membuat Dalia sedikit terkejut dan memundurkan tubuhnya.
Zaka menarik pundak Rio dan mendorongnya. "Ngomong itu yang baik. " Selanya di tengah perdebatan ini.
Rio balik mendorong Zaka. "LO!! GAUSAH IKUTAN! " Bentaknya menekankan kalimat terakhir.
"APA?! MAKSUD GUE BAIK ANJING! " Balas Zaka tidak terima, sampai-sampai membuat Vino menariknya untuk memenangkan remaja itu.
"Udah ayo ke sana dulu, yang sabar. " Ucapnya mengait Zaka ke sisi lain ruangan.
"Goblok, maksud gue baik kok malah di bentak. Anying emang tuh kadal. " Dumel Zaka sembari mengikuti Vino menjauh.
Rui semakin tidak mengerti, apa yang harus dia lakukan saat ini. Tubuhnya kaku, tidak bisa mencerna semuanya. Terlalu tiba-tiba baginya untuk mengerti, tapi satu yang menurut Rui benar. Setidaknya nanti saja mencari tahu masalahnya, sekarang dia harus bertindak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Nuts! || LEO
General Fiction|18+| "Rui?" [Lupakan saja, tidak pernah ada kata romansa dalam kamusku. Katakan saja itu hanya cinta sesaat dan khayalan semata. Salahkan saja dia yang membuat semuanya menjadi tampak membosankan bagiku.] Alur mereka berubah sejak kedatangan gadis...