Selamat membaca!
.
.
.
.
.
"Apakah kamu tidak kembali lagi?" Zhen Feng tak jemu mempertanyakan hal yang sama setiap hari. Pasalnya semenjak kepindahan Chen Yu, jiwa semangat lelaki tampan itu selalu melonjak tajam setiap kali jam pulang kerja tiba. Ketika ditanya apa alasan yang mendasar hal tersebut, dia akan segera menjawab tidak sabar untuk bertemu sang istri tercinta di rumah. Namun, kini semangat jiwa itu selalu redup, menunjukkan bahwa badai hebat telah menerjang rumah tangga mereka.
Chen Yu yang biasanya pulang tepat waktu, sekarang tidak pernah pulang, bahkan dia memutuskan untuk tidur di asrama yang disediakan khusus untuk polisi penjaga tahanan. Tidak banyak yang menikmati fasilitas tersebut, hanya polisi bujang saja yang menetap di sana seperti Zhen Feng. Sementara polisi yang sudah berkeluarga tidak pernah tidur di asrama, kecuali terdapat situasi darurat.
"Apakah kamu akan membiarkan istri manismu kedinginan lagi malam ini?" Zhen Feng masih terus membujuk. Sayangnya, dia selalu berakhir dengan mendapatkan tatapan tajam dari Chen Yu. Meski demikian, dia tiada henti melanjutkan, "Chen Yu, jangan terus bersembunyi seperti pengecut. Kalian harus mencoba membicarakan permasalahan yang terjadi agar tidak semakin berlarut-larut."
Yang dikatakan Zhen Feng memang benar adanya, segala permasalahan harus cepat diselesaikan. Namun, tidak semua permasalahan mudah diselesaikan, beda cerita dengan permasalahan yang dilanda oleh Chen Yu. Gu Wei benar-benar ingin dia menikah lagi, dia yakin lelaki manis itu akan terus mendorongnya untuk menikah lagi. Dia takut perasaan muak akibat dipaksa akan membuat hubungan di antara mereka semakin keruh, yang terparah adalah dia takut akan menyakiti Gu Wei, entah itu melalui perkataan atau hal lain. Oleh sebab itu, Chen Yu benar-benar merasa membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk mengumpulkan ketenangan diri.
Lamunan yang sempat terajut pun mulai terpecah-belah akibat sebuah notifikasi singkat dari ponselnya. Chen Yu segera membuka dengan harapan pihak yang menghubungi adalah Gu Wei. Sayangnya, ekspektasi selalu jauh dari kenyataan. Yang dia temukan justru nama Xiao Sa yang tertera, lengkap beserta sebuah pesan, Ge, kamu di mana?
Jari-jari panjang Chen Yu dengan lincah mengetikkan, Di rumah. Ada apa?
Xiao Sa membalas dengan cepat, Benarkah?
Chen Yu tidak menjawab lagi, tetapi dia masih terus mendesak dengan pertanyaan, Ada apa? Kamu membutuhkan sesuatu?
Pertukaran pesan pun berhenti di sana saja. Xiao Sa tidak lagi menjawab sebab saat ini dia merasakan pening yang luar biasa. Dia menatap ke arah layar ponsel berkali-kali, sesekali dia menatap kepada sosok yang duduk diam di hadapannya sembari memegang sebuah buku.
Sementara pihak yang ditatap sedemikian rupa merasa tidak nyaman, dia pun mulai mempertanyakan, "Ada apa?"
Xiao Sa tidak segera menjawab, kedua mata menyipit berharap dapat menangkap sinyal kebohongan yang sangat lihai ditutupi oleh pihak lain. Pada menit berikutnya, dia mengulangi pertanyaan yang sama untuk yang kedua kali, "Di mana gegeku?"
Gu Wei pun dengan cepat menyimpan buku bacaannya sembari melepas kacamata yang menggantung di pangkal hidung. Memijat pelipis sejenak seiring mata tertutup, dia kembali membuka mata ketika menjawab dengan penuh ketenangan, "Ada pekerjaan di luar kota yang membutuhkan bantuannya. Dia tidak akan kembali selama beberapa hari ke depan."
Tidak selaras. Apakah mereka sedang bertengkar? Jari Xiao Sa mengetuk bagian dagu sepanjang acara berpikir dengan gerakan sehalus mungkin. Meski demikian, hal tersebut tampak cukup aneh dalam pandangan Gu Wei yang sedikit demi sedikit menjadi gelapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE GLOOM S.2 (YIZHAN) ✔
FanfictionThe Gloom Season 2, jangan lupa mampir ke The Gloom Season 1 dulu. Tentang perjalanan hidup si kembar, Chen Yu dan Xiao Sa, dalam menggapai impian. Kebersamaan Chen Yu dan Xiao Sa harus terhalang oleh cita-cita. Keinginan untuk menjelajahi negeri or...