Tanpa aba-aba Darel menarik kepala Rania hingga wajah Rania bertabrakan dengan miliknya. "Ughhh bantuin emutin aku kak... emutin aku tolong."
Kepala Rania terasa sedikit pusing menghirup aroma alat kelamin yang memabukkan, Rania rasa ia sedikit terangsang karena bibir dan wajahnya bersentuhan dengan benda berurat besar milik Darel.
"Enghh stop jangan paksa empphh..."
Darel mencengkeram pipi Rania kuat. "Buka mulut lo kak, emutin punya gue pake mulut cantik Lo," ujar Darel lalu menuntun ba tang kejan tanannya masuk ke dalam mulut Rania paksa.
"Emppphh."
"Ughhh sial enak banget junior gue masuk ke mulutnya Rania aaahhh."
Rania kelabakan, alat kelamin Darel terlalu besar dalam mulutnya hingga Rania merasa mulutnya penuh dijejeli benda asing itu.
"Ughhh anget banget sialan ahhh milik gue akhirnya bisa masuk ke mulut cantik Lo kak shhh enak banget anjng.”
Darel menggerakkan kepala Rania maju mundur agar mengoral miliknya. "Aaahhh mantap cantikk mantep banget mulutnya mainin milik gue aahhh."
Berbeda dengan Darel yang keenakan alat sensitifnya dih sap oleh Rania, Rania malah merasa sebaliknya, perempuan itu tak bisa berbuat apa-apa saat kepala digerakkan secara cepat oleh Darel, apalagi milik Darel dalam mulutnya menusuk ujung mulutnya sampai terasa sakit.
"Emhhh ahhhh..."
"Emphh." Rania berusaha menarik kepalanya ke belakang agar benda tebal Darel keluar dari mulutnya, Rania merasa mulutnya semakin menganga lebar saat junior milik Darel bertumbuh semakin besar dalam mulut, sepertinya laki-laki itu akan segera mnyem, burkan cairannya.
"Eghhh ahhhh kak Rania ooohhh enakh banget milik gue dimakan Lo kak enak."
"Ohhh ahhh kak gue mau keluar."
Darel mengeluarkan juniornya saat merasa sp, rmanya akan meledak keluar.
"Aaahhhhh enak banget gila."
Rania mengelap wajahnya yang terkena sp, rma Darel. "Brengsek," kata Rania marah.
Darel bangun dari kursinya, lalu berjongkok menyamakan tingginya dengan Rania yang terduduk lemas. "Kamu makin cantik dan seksi kalo gini," ucap Darel sambil mengusap bibir Rania yang terkena cairan kentalnya.
Plak.
Rania menampar pipi Darel keras sambil menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.
Darel masih menampilkan senyum manisnya pada Rania. "Lanjutin yuk," ajak Darel sambil menarik Rania bangun dan mendorongnya ke kasur miliknya.
"Awss," ringis Rania.
Darel menindih tubuh Rania dan menahan tangannya di atas kepala Rania hingga gadis itu tak bisa memberontak.
"Lepasin aku Rel!"
"Kak Rania mending sama aku aja daripada sama si Darian tolol itu."
"Kamu gila Rel! aku sama Darian udah mau nikah! kamu brengsek banget mau perkosa calon kakak ipar kamu sendiri!"
Darel mencium leher jenjang Rania sambil menggigitnya dan meninggalkan tanda kismark.
"Gue cinta Lo kak, jadi milik gue aja kak, gue bisa bahagiain lo," bisik Darel.
Rania menggeleng kuat. "Ga mau! lepasin Rel!"
Tangan Darel masuk ke dalam baju Rania, ia melepaskan pengait bra Rania. Darel melepas bra Rania dan melemparnya ke sembarang tanpa melepas baju Rania.
Darel menenggelamkan wajahnya pada dada besar Rania. "Emmm... Gede banget nennya ahhh wangi banget."
Rania menggeliat geli. "Engghhh shhh ahhh kurang ajar kenapa bra aku dilepashh... Darel stop sekarang juga jangan sentuh sentuh tubuh aku lagi please Darel!”
"Asal Lo tau kak, gue sering salfok ke dada gede Lo ini, and finally gue bisa merasakan si kembar lo yang besar ini."
"Stopp Darel ahhhh please cukuph sampe di sini, jangan sentuh aku lebih jauh Rel cukuphh."
Darel memasukkan kepalanya ke baju Rania, ia sekarang dapat merasakan kulit lembut Rania secara langsung tanpa penghalang.
Rania mendorong kepala Darel agar keluar dari bajunya tapi ia menjadi lemas seketika saat merasakan pucuk dadanya dilumat oleh Darel. "Aahhh ja-jangann."
"Rania ahhhh pucuknya segede cerry Ran, mantep banget nih enak."
Darel mengemut dada Rania penuh nafsu, sesekali ia menggigitnya ringan.
"Nghhh Darel udahh Rel aaghh perihh... please cukup ahhh jangan diterusin Rel ya udaahh."
Tubuh Rania menggeli, njang hebat, bagian intinya bergetar mengeluarkan cairan hingga Rania dapat merasakan celana dalamnya basah. "Aaahhhh shhh ooohh."
"Aghhhh Darel udah jangan sentuh aku lagi please Darel, tubuh aku udah lemes banget tolong berhenti."
Darel merem, as-re mas dada besar Rania yang satunya. "Susu kamu kenyel banget Rania enak buat dih sap sama direm es-re, mes."
"Jangan lagi aahh aku janji ga bakal bilang ke Darian atau siapapun jadi please stop aku bakal lupain kalo kamu udah ngelecehin aku Darel."
Darel menyudahi lumatannya pada kedua aset Rania, lalu berlanjut mencumbu bibir tipis Rania, Darel mencium Rania dengan dalam. "Umhhhh bibir kamu manis banget Rania."
Darel mengusap saliva yang tersisa di bibir Rania. "Selamat malam Rania, mau tidur dikamar kamu atau tidur disini?" ucap Darel lalu beranjak bangun dari tubuh Rania.
Rania langsung bangun saat Darel tidak lagi menindihnya, lalu keluar dari kamar Darel menuju kamarnya. Setelah masuk ke kamarnya, ia langsung menguncinya dan merebahkan dirinya di atas kasur dan menyelimuti seluruh badannya dengan selimut.
•••
Esok paginya, Rania bangun setelah tidur kurang lebih dari 2 jam karena setelah kembali dari kamar Darel, ia tidak bisa memejamkan matanya sama sekali.
Jam 6 Rania membersihkan tubuhnya mandi, lalu segera ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarga Darian.
"Selamat pagi," sapa Rania pada mama dan papa yang sudah duduk di meja makan sambil sarapan, sementara Darian dan Darel belum terlihat di ruang makan.
"Pagi juga," sapa Mama dan papa membalas.
Pelayan memberikan sepiring sarapan untuk Rania nikmati. Kemudian diwaktu bersamaan Darel dan Darian datang di ruang makan, Darian rapi dengan kemeja kerjanya sedangkan Darel rapi dengan seragam sekolahnya.
Rania sebisa mungkin berusaha untuk tidak menatap mata Darel, ia tak berani mengingat kejadian semalam.
"Pagi Ran, Ma, Pa," sapa Darian kemudian dibalas oleh ketiga orang yang disapanya.
"Pagi kak Rania," sapa Darel.
Rania tersentak, namun ia tetap diam tak membalas sapaan Darel.
"Mama sama papa ko ga disapa Rel?" ujar Mama.
Darel tertawa ringan. "Pagi Ma, Pa," sapa Darel.
"Nah gitu dong, jangan lupain orang tua," kata papa.
"Iya pa iya," ucap Darel lalu menerima sepiring sarapan yang diberi pelayan.
Sambil mengunyah makanannya Darel berucap, "Darel nanti latihan basket sampe malem lagi, besok lusa mau tanding."
"Semangat ya nak, kamu pasti menang kaya sebelumnya."
"Doain aja Ma," ucap Darel.
Beberapa menit kemudian Darel menghabiskan makanannya. "Aku berangkat sekarang," ujar Darel.
"Bareng kakak kamu aja sekalian," saran papa.
"Ga usah pa, Darian lama makannya," ujar Darel lalu segera pergi berangkat sekolah.
•••
Update seminggu sekali diwp, baca lengkap sampe tamat dikryakrsa(link dibio)Follow juga akun cadangan Diatasumur7 ,soalnya sering kehapus