Pagi-pagi Rania bangun, ia membersihkan tubuhnya dulu sebelum pergi ke ruang makan untuk sarapan.
Setelah mandi dan berpakaian, saat kelur dari kamar akan ke ruang makan secara kebetulan Rania dan Darel keluar secara bersama.
"Pagi Darel," sapa Rania ramah mengingat ia dan Darel sudah berbaikan semalam.
"Pagi kak Rania. Ayo jalan bareng ke ruang makan," ajak Darel.
Rania mengangguk, lalu ia dan Darel melangkah bersama menuju ruang makan.
Sesampainya di ruang makan, meja makan yang biasanya penuh kini hanya di duduki oleh mereka saja karena Daria dan kedua orang tua Darel sudah pergi ke bandara pagi-pagi buta.
"Sepi banget ya kak, cuma ada kita berdua," ujar Darel sambil mengunyah makanannya.
Rania mengangguk. "Ya mau gimana lagi, kita berdua ga diajak," ujar Rania sambil tertawa.
Darel ikut tertawa mendengar lawakan Rania. "Sialan emang mama papa ga pernah ajak gue jalan-jalan."
"Mereka emang bucin banget dari dulu," ujar Rania.
"Iya, ga liat umur ya kak."
Rania mencubit lengan Darel sedikit keras. "Jangan bilang gitu Rel, jarang tau orang tua yang masih bucin sekarang..."
"Aku malah iri liatnya, Darian ga pernah sebucin itu ke aku."
"Lo sih kak milih kakak gue yang ga ada kelebihannya itu, harusnya lo milih gue. Soalnya gue bakal ngebucinin lo tiap hari dan teriak ke dunia kalo lo milik gue."
Rania tertawa terbahak-bahak mendengar candaan Darel, yang padahal perkataan itu bukanlah sekedar candaan belaka.
Rania mengacak-acak rambut Darel, lalu mengusap-usapnya merapikannya kembali. "Udahlah bocah becandanya jangan gitu, abisin makanannya nanti bisa telat."
Darel tersenyum lembut lalu melahap makanannya sampai habis.
15 menit kemudian.
Darel dan Rania sama-sama sudah menghabiskan makanannya.
Darel meneguk minumnya, lalu beranjak berdiri.
"Kak."
Rania menenggak ke atas menatap Darel yang berdiri sementara ia masih duduk di kursi. "Kenapa Rel?"
"Nanti bisa ke sekolah?"
"Buat apa? jangan bilang kamu bikin masalah."
"Lomba hari ini aku mau disemangatin," ucap Darel.
Rania tersenyum hangat. "Emang boleh orang luar masuk ke sekolah?" tanya Rania.
"Boleh ko, pertandingan terbuka buat umum," jawab Darel.
"Yaudah nanti kakak ke sekolah kamu deh," ujar Rania.
"Thank you kak, jam 10 ya," ujar Darel.
"Oke Rel, sana berangkat." Suruh Rania.
Darel mengangguk, ia pergi berangkat sekolah.
•••
Pukul setengah 11, Darel sekarang sedang di area lapangan.
Dia mengedarkan matanya ke area lapangan mancari Rania, namun matanya tak berhasil menangkap dimana keberadaan perempuan itu.
"Rel lo liatin apa? lo kaptennya, fokus dong," ujar teman setim Darel, Erik.
"Sorry," ujar Darel.
Darel dan tim sekolahnya melangkah maju menuju tengah lapangan untuk memulai permainan.