Darel senang bisa menghabiskan waktu dengan Rania meski hanya sebentar, selama 3 hari ini. Sekarang malam terakhir Darel bisa mendekap tubuh Rania sebebasnya karena besok pagi Darian pulang setelah perjalanan bisnisnya.
Darel mengambil puding dari kulkas untuk ia berikan pada Rania, setelah mengambil puding ia kembali ke kamarnya.
Darel masuk ke dalam kamar, ia memberikan puding pada Rania.
Rania bangun dari tidurnya, lalu menerima puding dari Darel dan memakan puding kesukaaannya itu.
Darel naik ke kasur, duduk disamping Rania lalu berbaring sambil memeluk perut Rania. "Aku sedih Rania."
Rania menunduk, menatap Darel yang memeluk perutnya sambil terus melahap puding namun tak membalas perkataan Darel.
"Besok Darian pulang, kita ga bisa kaya gini lagi."
"Baguslah," ujar Rania lega yang berbanding terbalik dengan perasaan Darel.
"Rania, aku harap kamu bisa liat perasaan aku," ujar Darel menyembunyikan wajahnya di perut Rania.
Rania meletakkan pudingnya di atas nakas. "Gimana bisa aku liat disaat aku hanya punya hati untuk Darian Rel? aku minta kamu hapus perasaan ga jelas itu, aku mau bahagia sama Darian."
Darel menatap ke atas, tepatnya pada Rania. "Kamu ga tau Ran, Darian ga baik buat kamu," ujar Darel pelan.
"Terus menurut kamu, kamu baik buat aku? kamu cuma anak SMA yang baru ngerasaain cinta dan jatuh obsess ke aku."
Darian bangun dari posisinya, lalu duduk berdampingan dengan Rania. Dia menatap Rania lekat, lalu mencium kening Rania lembut.
"Aku ga akan lepasin kamu buat Darian, kamu milik aku," ujar Darel lalu menarik Rania untuk tidur bersama.
Rania berbaring tidur, ia merasakan pelukan hangat Darel yang tak pernah ia dapat dari Darian, sangat hangat dan sangat nyaman, hingga membuat Rania mudah mengantuk. Dalam sayup-sayup matanya, Rania menatap wajah Darel yang terpejam, laki-laki yang ia anggap hanya bocah SMA itu entah kenapa sekarang terlihat sangat dewasa hingga ada keinginan untuk bersandar di bahu kekarnya.
...
Pukul 10 pagi.
Setelah 3 hari pelayan diperintah libur oleh Darel, sekarang pelayan-pelayan datang kembali untuk bekerja. Rania pergi ke dapur melihat makanan yang disiapkan untuk kepulangan Darian, supaya saat pulang nanti Darian bisa langsung makan setelah perjalanan panjang dalam pesawat.
Rania diberi tahu salah satu pelayan jika mobil Darian tiba, ia segera berjalan cepat ke depan untuk menyambut pacarnya.
"Darian, selamat datang," ujar Rania menghampiri Darian.
Darian tersenyum lembut, lalu memeluk Rania erat. "Kangen banget Ran," katanya.
Rania tersenyum. "Sama, aku juga kangen kamu Darian."
"Kamu gimana sama Darel selama dirumah? Darel ga ngerepotin kamu kan sayang?" tanya Darian.
"Darel ga ngerepotin aku sama sekali kok."
"Bagus deh, aku takut kamu kerepotan. Dia dimana sekarang?" tanya Darian.
"Darel kan sekolah Dar," jawab Rania.
"Oh iya. Aku lupa sekarang hari senin ya."
Rania mengangguk, lalu ia mengingat satu hal. "Kalo dipikir-pikir aneh juga ya kamu dinas pas hari jumat sampe minggu."
"Emang ga cape Dar kamu kerja terus bahkan dihari libur?" tanya Rania khawatir.
"Nggak kok, ini emang tanggung jawab aku," ujar Darian.
Rania mengangguk paham. "Kamu mau makan dulu apa mandi dulu?" tanya Rania.
"Aku mandi dulu aja, gerah banget."
"Aku tunggu di meja makan ya Dar, makanannya enak-enak loh."
Darian mengusap pucuk kepala Rania, lalu berjalan menuju kamarnya.
Sampai di kamar Darian membuka ponselnya, lalu menerima panggilan telepon dari seseorang.
"Kenapa nelepon hm? sayang? baru aja loh kita pulang liburan bareng masa udah kangen lagi sih," ucap Darian sambil melepas kancing kemejanya.
"Darian aku kangen ih, emang kamu ngga?"
"Kangen sih," ucap Darian.
"Aku mau ketemu kamu lagi deh sayang, mau sama kamu terus biar ga kangen."
Darian tertawa ringan. "Besok juga kita ketemu dikantor Shin,"
"Nikahin aku dong Darian, aku bosen nyembunyiin hubungan kita selama setahun ini."
"Kita omongin lagi nanti ya Shinta, aku mau mandi dulu sekarang."
"Aku juga mau mandi nih, mau video call Sayang?"
"Ayo, liatin semuanya ke kamera ya," ujar Darian lalu masuk ke kamar mandi.
Disisi lain Darel yang berada disekolah sedang menggeram kesal.
Erik menyenggol lengan Darel, lalu berbicara pelan agar suaranya tak di dengar oleh guru yang mengajar.
"Lo kenapa sih dari pagi suram banget mukanya? ga enak banget gue liatnya Rel," ujar Erik pelan.
"Bacot," balas Darel.
"Cerita aja kali sama gue, siapa tau gue bisa bantu lo," kata Erik.
"Darian pulang hari ini, gue ga bisa cium Rania sesuka gue kaya kemarin."
Erik manahan tawanya, ia mencoba memberi masukan pada Darel. "Menurut gue sih lo jangan terlalu gegabah, apalagi maksa-maksa Rania sampe kaya kemarin."
"Emang kenapa?" tanya Darel.
"Dia cewek bro, cewek ga suka dipaksa, dan itu bisa buat Rania benci sama lo," kata Erik.
"Gue mau milikin dia," ujar Darel.
"Makanya itu gue saranin pake cara lembut. Lagipula lo tau rahasia abang lo selingkuh kan? itu akan mempermudah usaha lo dapetin Rania."
Darel menakikan sebelah alisnya berpikir. "Terusin," suruh Darel pada Erik agar memberitahunya dengan cara apa Darel mendapatkan Rania.
"Kasih Rania kelembutan, dan cari bukti perselingkuhan si Darian. Setelah Rania tau Darian selingkuh, lo masuk perlahan ke hatinya, tapi jangan maksa buat hubungan badan langsung."
"Gue kemarin sentuh Rania sampe keluar dirahimnya, kayanya dia bakal hamil anak gue deh," kata Darel.
"GOBLOK!"
"Erik! maju kedepan kamu! berani-beraninya bicara kasar dikelas saya!" bantak guru pada Erik.
"Anjing gara-gara lo bangst Darel," umpat Erik pada Darel.
Darel menatap lurus ke depan, tak peduli pada Erik yang terlihat kesal padanya.
"Bego maju sana," kata Darel.
"Cepat maju ke sini Erik! perlu saya lempar sapu ke kamu dulu?" ujar Guru dengan kesal.
"I—iya saya maju kok ini pak," kata Erik, lalu beranjak dari duduknya.
"Tolol," kata Darel.
"Darel saya dengar suara kamu, kamu juga sama saja seperti Erik, sini kalian berdua maju, saya kasih hukuman kalian untuk membereskan gudang olahraga!"
"Bangst," umpat Darel.
•••
Update seminggu sekali diwp, udah lengkap dikryakarsa(link dibio)
Follow jga akun Diatasumur7 soalnya sering ilang