3

845 57 5
                                    

3

Sekembalinya dari masa lalu, Faye menemukan dirinya sedang duduk menghadap jendela kamarnya. Dengan kopi yang sudah dingin dan abu rokok yang terjatuh, meluncur tepat ke kulit paha bagian atasnya. Reflek Faye berdiri dengan cepat agar tidak tersengat abu panas lebih lama.

Setelah berhasil meredakan gempuran adrenalinnya, perempuan itu duduk kembali. Ia mulai pikirannya dengan pertanyaan sederhana;

Bagaimana kira-kira cara yang paling tepat mengakhiri hidup? Sementara aku terlalu mahir menghindari abu rokok yang jatuh di kulitku sendiri, agar tidak terbakar.

Adakah kematian yang manis? Akankah sebuah kematian menjadi sesuatu yang melegakan? Sambil masih berpikir, Faye menyeruput kopinya. Lalu ia ingat kembali bagaimana secara akaib mimpi barusan terasa begitu nyata baginya. Ia mengambil ponselnya. Melihat tanggal dan jam. Setelah itu, Faye menghela nafas dengan lega.

Ia tertawa sendiri. Jelas saja ia tak bisa melakukan apa-apa, karena kembali ke masa lalu bukanlah sesuatu yang realistis untuk terjadi. Sudah lama Faye berhenti mengkonsumsi obat-obatan. Periode halusinasi seharusnya sudah lama berlalu. Mungkin alam bawah sadarnya sedang memperingatkannya untuk tidak jadi menjalankan rencana bunuh diri itu. Tapi, Faye sudah memutuskan. Dan ia tak bisa semudah itu merubah pendiriannya.

Sambil membenarkan posisi duduknya, Faye bermaksud melanjutkan catatan kematiannya. Ia membalik-balik halaman buku untuk membaca ulang apa yang telah ditulisnya barusan. Hingga sesuatu yang sekilas berwarna biru kehitaman terjatuh dari sela-sela buku harian bersampul kulit sintetis itu.

Faye dengan sigap menunduk, mencari ke mana jatuhnya benda tersebut. Ia menaruh kembali bukunya di tempat semula. Ia berjongkok di antara meja dan kursi, memperhatikan setiap celah dengan teliti dan tidak akan beranjak, sampai ia menemukan benda misterius itu.

Benda itu sangat tipis, Faye mendekatkan temuannya tersebut hingga berjarak kurang dari dua puluh sentimeter di depan matanya. Debu-debu tipis melekat di jari perempuan itu, membuatnya yakin kalau benda itu adalah semacam sayap kupu-kupu yang sudah cukup lama dan rapuh.

Mungkin kupu-kupu yang memiliki sayap ini sudah reinkarnasi lima belas kali. Kata Faye sambil bercanda dengan pikirannya sendiri. Di lain sisi, sayap kupu-kupu yang secara ajaib terjatuh dari sela buku itu menimbulkan lebih banyak pertanyaan dari sebelumnya. Mengapa? Bagaimana? Apa maksudnya sayap kupu-kupu terjatuh dari antara lembar halaman buku yang baru ia beli kemarin siang?

Diteguknya sekali lagi kopi yang sudah dingin itu, sambil matanya memperhatikan sayap yang baru ia temukan. Semenit kemudian tubuh Faye sudah bersandar lemas pada kursi, masih membolak-balik benda asing itu. Memutar ingatan, tentang apakah temuannya juga kunci lain menuju masa lalu?

Nihil.

Tentu kembalinya dia ke masa lalu adalah fiktif. Hanya mimpi.

Tidak ada hal lain yang bisa Faye ingat tentang kupu-kupu. Kecuali serangkaian pengetahuan umum tentang proses metamorfosis, beberapa analogi tentang kupu-kupu, beberapa tempat wisata yang mengeksploitasi kupu-kupu dengan kedok pelestarian. Juga cerita rakyat dengan kupu-kupu sebagai tokoh utamanya.

Apa ada sesuatu dari masa lalunya yang menghubungkan Faye dengan kupu-kupu? Perempuan itu tidak yakin. Kupu-kupu adalah mahluk dengan citra feminim yang kuat. Bagaimana mungkin dirinya punya hubungan dengan kupu-kupu?

Kecuali sebuah tattoo kupu-kupu di punggungnya yang berwarna... sama biru.

Cepat-cepat Faye bangun dari kursinya. Ia berlari ke satu-satunya cermin, di kamar mandi. Ia buka bajunya kemudian memunggungi cermin sambil menoleh ke belakang. Punggungnya terefleksi di sana. Matanya tertuju pada sebuah rajahan berbentuk sayap kupu-kupu yang terlihat hanya memenuhi satu bagian punggung. Hanya sebelah sayap. Kemudian Faye beralih pada sayap kupu-kupu yang ia pegang. Terlihat mirip. Tapi tidak sama. Yang Faye pegang kini adalah belahan sayap dari sisi yang lain.

PEREMPUAN ITU BERNAMA FAYE - GXGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang