13

395 22 0
                                    

13

_YOKO_

Perempuan itu bernama Yoko.

Ia tidak memiliki nama belakang. Tidak juga nama tengah. Sejak kecil tubuhnya ramping, cenderung kurus 'kerempeng'. Tapi itu tidak terjadi karena faktor genetika dari ayah atau ibunya.

Kata orang, Yoko bertubuh gersang karena tidak pernah menikmati air susu ibu. Yoko lahir prematur. Di usia delapan bulan kehamilan, seorang dokter yang telah pensiun memaksanya keluar dari rahim ibunya yang sudah tidak bernyawa.

Ya, mereka membunuh ibunya.

Mereka. Mereka yang tidak pernah Yoko kenal wajahnya. Mereka yang hanya Yoko kenal dari omelan ayahnya jika sedang mabuk, atau jika Yoko kebetulan bertingkah nakal, ketika ayahnya sedang mabuk.

Yoko, perempuan itu bermata biru seperti ibunya. Rambutnya adalah perpaduan antara hitam dan abu-abu. Yang membuat kulitnya nampak semakin terang, terlalu terang untuk seorang gadis yang hobi bermain di bawah terik matahari karena tak berani pulang ketika ayahnya mulai minum bersama teman-temannya sambil berjudi.

Hidup Yoko sederhana, lebih sering apa adanya. Di rumah ayahnya, Yoko kerap menemukan jumlah kaleng bir lebih banyak dari jumlah persediaan telur mereka. Dan butir tablet yang disimpan ayahnya lebih banyak dari bulir beras di dalam gentong nasi.

Tapi kehidupannya yang serba kurang membuat Yoko menjadi lebih kreatif dari anak yang lain. Suatu hari, Yoko punya ide dan mulai mengumpulkan kaleng dan botol bir ayahnya, kemudian ia akan berkeliling untuk mencari rongsokan lain dan menukarnya dengan apa saja yang bisa dimasak, atau ditukar dengan uang.

Ia belajar membaca dari temannya, anak lelaki bernama Peter yang selalu berpapasan dengannya ketika pulang sekolah.

Peter anak lelaki yang tidak pernah bicara kasar. Yoko menyukai anak itu karena Peter akan suka menyisihkan roti sisa yang enak-enak buatan ibunya.

Ada sekitar dua tahun mereka selalu bertemu. Dan itu adalah hari terbaik yang Yoko alami di masa kecilnya.

Namun suatu hari Peter tak pernah muncul lagi. Yoko pergi ke rumah lelaki itu dan mendapati dirinya diusir oleh ibu si lelaki karena tuduhan memberi pengaruh buruk pada Peter. Kata wanita itu Peter mulai bicara tidak sopan. Peter tahu beberapa kosakata milik orang dewasa dan dengan berani memaki gurunya di sekolah.

Sejak itu Yoko tak diperbolehkan lagi untuk bertemu dengan Peter.

Tapi, Yoko sudah biasa diperlakukan seperti sampah. Ayahnya bilang Yoko tak seharusnya lahir. Yoko membawa beban bagi sang ayah. Yoko adalah alasan kehidupan mereka yang sengsara. Yoko tentu ingin tahu kenapa. Siang itu ia memberanikan diri untuk bertanya pada ayahnya.

"Kenapa kamu membenciku, Yah?" tanya gadis kecil itu.

Ayahnya yang baru saja bangun tidur mengambil sekaleng bir dan duduk dekat anak perempuannya. Ia memandang wajah Yoko dengan matanya yang merah. Nafasnya besar-besar dan berbau busuk.

"Satu-satunya alasanku membiarkanmu di sini adalah karena warna matamu. Kamu mirip Sarah. Tapi kamu selalu mengingatkanku pada 'mereka'. Kamu membuatku ingat pada Sarah sekaligus kematiannya. Ya ampun! Kenapa kamu tak mati juga waktu itu?" Ayahnya mulai mengumpat. "Aku sudah pasrah ketika pensiunan dokter sialan itu menghampiri kami dengan alat medisnya. Dia pikir dirinya Tuhan. Dia pikir kamu selamat karena dirinya."

Yoko menatap ayahnya. Namun tidak satu pun dari yang lelaki itu katakan membuat Yoko mengerti.

"Apa yang ibuku lakukan sampai 'mereka' membunuhnya?" tanya Yoko.

"Apa yang Sarah lakukan? Apa yang Sarah lakukan adalah hal paling bodoh yang pernah kudengar." Ayahnya minum dua teguk, ia menyeka mulutnya kemudian melanjutkan, "Setelah aku kawin dengannya, barulah aku tahu siapa perempuan itu. Dia seorang penyelundup narkotika, ia menggunakanku. Dia membuat hidupku hancur! Dan, aku mencintainya!"

"Lalu mereka itu siapa?"

"Aku seorang polisi. Aku dipecat karena dianggap melindungi perempuan sialan itu. Dan mereka membunuhnya."

"Mereka itu siapa?"

Lekat-lekat ayahnya memandang Yoko.

"Robert, aku bekerja dengannya sekarang. Aku harus membayar apa yang dilakukan Sarah. Dan mereka akan mencariku ke mana pun aku pergi."

"Aku akan membantumu," ucap Yoko dengan kesungguhan pada ayahnya. Namun ucapan itu malah membuat ayahnya marah.

"Apa yang bisa kamu lakukan untukku? Yang kamu lakukan hanya menyulitkan aku. Aku tak bisa melarikan diri, aku harus membawamu juga."

"Aku akan melindungimu, Ayah."

Dan ayahnya tak bisa mengatakan apa pun lagi selain menampari anak itu. Yoko menangis keras sekali hari itu. Namun, pengalaman itu sudah sangat cukup untuk membuat gadis itu diam. Diam dalam waktu yang lama.

Pada siang hari Yoko akan menghilang sebelum ayahnya terbangun. Ia akan pergi ke mana saja untuk mengumpulkan barang bekas. Ia juga akan memungut koran atau buku apa saja dari tempat sampah. Lalu membawanya ke sebuah sungai. Ia akan membaca sampai matahari terbenam. Lalu Yoko akan pulang ketika ayahnya sudah terlalu mabuk untuk menyadari keberadaannya.

Begitu terus sampai suatu malam.

Waktu itu umur Yoko delapan belas ketika ia pulang dan melihat 'mereka' untuk yang pertama kalinya.

Ada enam orang lelaki bertubuh besar. Semuanya memakai pakaian serba hitam. Semuanya berdiri tegap di depan ayahnya. Tentu pada waktu itu Yoko sudah mengerti apa yang mereka katakan. 'Membunuh dan menyingkirkan' adalah kata yang Yoko pahami.

Ketika matanya yang biru dan milik ayahnya bertemu, lelaki itu menggeleng. Tapi Yoko masih bertindak sesuai nalurinya. Ia berlari untuk memeluk ayahnya. Hal paling gegabah yang ia lakukan dalam hidupnya... adalah tidak membiarkan ayahnya mati.

Karena setelah kejadian itu, tidak ada yang bisa menahan kematian ayahnya. Kini Yoko yang malah tercebur ke dalam lingkaran 'mereka'.

Pemimpin 'mereka' bernama Robert. Robert yang ayahnya katakan. Robert yang sama yang membunuh ibunya. Kini Yoko akan bekerja pada Robert yang sama.

Namun, awalnya, Yoko berpikir Robert tidaklah terlalu buruk. Lelaki itu membelikannya selusin baju. Celana dalam, bra dan jaket untuknya. Robert memberikannya makanan enak. Robert menyewa sebuah apartemen untuk Yoko. Robert mengenalkannya pada musik, pada hiburan, pada rasa senang alkohol dan pada narkotika. Yoko, ia boleh merasa senang untuk sementara.

Tapi Yoko barulah mengerti kalau ia akan tersiksa tanpa benda-benda itu. Ia mencari Robert. Ia ingin Robert membantunya.

"Robert, tolong aku," cicit gadis itu.

"Apa yang kamu mau, Yoko? Aku sudah melakukan banyak hal untukmu. Kenapa kamu tidak merasa puas juga?"

Yoko mendekati Robert, memeluk lengan besarnya. "Robert aku membutuhkan benda itu."

"Aku tidak bisa memberikannya untukmu cuma-cuma, Yoko," jawab Robert dengan nada tak enak.

Yoko yang sudah tidak bisa berpikir jernih kemudian berlutut di depan lelaki itu.

"Aku akan melakukan apa pun."

Robert melihat teman-temannya. Sebentarnya yang lain pergi meninggalkan Yoko dan Robert berdua. "Apapun?" tanya Robert.

Yoko tentu mengerti apa yang diinginkan oleh Robert. Ia tidak menunggu lama lagi. Ia perhatikan wajah lelaki di depannya. Umur Robert tak jauh dari umur ayahnya. Sepertinya. Meski merasa jijik, Yoko mulai menanggalkan satu persatu bajunya.

Namun, berpikir bahwa itu saja bisa membuat Robert puas, adalah kesalahan Yoko yang kesekian.


PEREMPUAN ITU BERNAMA FAYE - GXGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang