[END] Wanita yang Terlahir Kembali

Bab 4

　　Raja Yan adalah putra kedua Kaisar Jianlong. Ia dianugerahi gelar raja pada usia delapan belas tahun. Kemudian, ia pindah bersama keluarganya ke tanah Yan, dan tinggal di Pingcheng sejak saat itu.

　　Raja Yan berusia tiga puluh tiga tahun tahun ini. Dia berada di puncak kehidupan. Tingginya sembilan kaki dan kuat. Wajahnya tampan, temperamennya mulia, dan dia memiliki sikap seorang raja.

　　Sebelum kelahirannya kembali, orang yang paling dikagumi Yin Hui adalah ayah mertuanya. Ia mampu melawan musuh dan memerintah negara, sehingga ia dilahirkan untuk menjadi seorang kaisar.

　　Hanya saja Raja Yan terlalu berkuasa. Dulu, Yin Hui bahkan takut pada Wei Ruo yang pendiam, apalagi pangeran dan ayah mertuanya yang tidak marah dan sombong.

　　Bukan hanya dia, tetapi semua junior di Istana Pangeran Yan tidak takut pada Pangeran Yan. Mereka semua menunduk dengan hormat saat ini. Bahkan Erlang, yang menangis dan pergi ke ibu kota, bersandar di samping Ji Xianxian dengan gugup Berani menyeka air matanya dengan tangannya, namun saat hidungnya hendak jatuh, dia tersentak keras dan mengeluarkan suara "botak" yang bergema di seluruh aula samping.

　　Raja Yan mengambil tempat duduknya di kursi depan, matanya langsung tertuju pada Erlang, dan bertanya: "Untuk apa Erlang menangis?"

　　Erlang memandang Ji Xianxian dengan gugup.

　　Keringat dingin mengucur di punggung Ji Xianxian. Jika ayah mertuanya tahu bahwa Erlang ingin pergi ke ibu kota, apakah dia akan salah paham bahwa dia tidak puas dengan pengaturan ayah mertuanya yang hanya mengirim pangeran dan yang ketiga. putranya ke ibu kota, dan dengan sengaja mencoba menimbulkan masalah bagi putranya?

　　Ji Xianxian tidak berani mengatakannya.

　　Pada saat kritis, suaminya, Erlang Wei, mengangkat kepalanya dan berkata kepada Raja Yan dengan malu: "Ayah, anakku tidak mendisiplin Erlang dengan baik. Dia menangis karena beberapa hal sepele. Anakku pasti akan memberinya pelajaran nanti ."

　　Raja Yan meliriknya dan menatap lelaki tua di kamar pertama: "Da Lang, katakan padaku, apa yang ditangisi kakak keduamu?"

　　Putra sulungnya berusia enam tahun dan sudah mulai belajar pencerahan. Dia juga yang paling bijaksana di antara saudara-saudaranya. Ketika kakeknya bertanya kepadanya, dia tidak berani menyembunyikan apa pun dan berkata dengan suara yang jelas dan otentik: "Kakek, saudara kedua ingin pergi ke ibu kota."

　　Dia tidak menyebutkan pamer Ji Xianxian ke ibu kota, dia juga tidak menyebutkan rangsangan Sanlang terhadap Erlang, hanya alasan mengapa Erlang menangis.

　　Xu Qingwan diam-diam menghela nafas lega. Dengan sifat ayah mertuanya, dia tidak ingin generasi muda membeberkan kekurangan saudara atau pamannya.

　　Meski tidak menyenangkan jika anggota keluarga melakukan kesalahan dalam hal-hal sepele, namun hal tersebut tentu bukan hal yang ingin dilihat ayah mertua ketika anggota keluarga lainnya senang membeberkan kemalangan tersebut.

　　Raja Yan mengangguk dan bertanya pada Erlang, yang masih berlinang air mata: "Mengapa kamu ingin pergi ke ibu kota?"

　　Erlang disayangi oleh Ji Xianxian dan merupakan yang paling berani. Ketika dia melihat kakeknya, dia tidak tampak marah. Anak laki-laki berusia empat tahun itu menyeka matanya dan berkata dengan sedikit harapan: "Kata Ibu ada banyak tempat yang menyenangkan dan lezat di ibu kota. Saya ingin melihat dunia."

　　Anak-anak seusia ini sebenarnya paling pandai meniru ucapan orang dewasa. Ji Xianxian berkata bahwa dia pergi ke ibu kota untuk melihat dunia, jadi Erlang mempraktikkan apa yang telah dia pelajari.