"Bagaimana perkembangannya?"
"Sudah berjalan sebanyak 98%. Setelah ini kita bisa mengeksekusinya."
Pria itu menyeringai mendengar ucapan rekan sejawatnya itu, "Good job." ucapnya menepuk bahu temannya, "Setelah ini mereka akan hancur." Ia mengepalkan tangannya, auranya mendeskripsikan jika pria itu diselimuti oleh dendam yang sudah tidak bisa dibendung lagi.
Ruangan bak laboratorium yang cukup luas itu kian mencekam, di tambah dengan lampu yang cukup temaram. Orang-orang di sana sibuk mengerjakan sesuatu, mencampurkan bahan dari bahan yang satu ke bahan yang lain.
Kini, pria itu menatap ke arah tabung besar yang berisikan seorang wanita berpenampilan kacau. Wanita itu terus menendang-nendang tabung tersebut dan berteriak meminta dilepaskan, yang sayangnya suara wanita itu tidak terdengar sampai luar.
Pria itu mendekat ke arah tabung dan keduanya saling menatap dengan penuh amarah, "Setelah ini kau akan merasakan siksaan yang tidak akan pernah kau bayangkan sebelumnya." ucapnya sambil menggerakkan tangannya di leher, seolah-olah mengisyaratkan kematian.
Wanita itu kembali berteriak, mencaci maki pria yang ada dihadapannya.
"Kau akan menjadi perantara. Bagaimana satu persatu keluargamu dan orang-orang yang terlibat hancur secara perlahan."
"Done." ucap seorang pria yang sejak tadi sibuk dengan kegiatannya.
Senyum pria itu kian melebar, mendengar ucapan temannya, "Do it."
Beberapa dari mereka pun mendekat ke arah tabung dan membuka tabung tersebut, untuk mengeluarkan wanita itu. Dua orang dari mereka tampak memegangi tangan wanita itu dengan begitu kuat.
Wanita itu memberontak, "Lepaskan, brengsek! You're all assholes!"
Plak.
Suara tamparan yang begitu kencang langsung menggema di ruangan tersebut. Wajah wanita itu menoleh ke samping akibat tamparan keras dari pria dihadapannya. Sudut bibirnya berdarah dan air mata kembali menggenang di pelupuk matanya.
Pria itu mencengkram rahang wanita itu, membuat mereka kembali bertatapan, "Kau tahu? Orang-orang seperti kalian sungguh menjijikkan. Menggunakan kekuasaan kalian untuk menindas yang lemah, mengkambing hitamkan yang tidak bersalah. Nyawa seseorang bagaikan Semut yang gampang untuk dimusnahkan. Sejak dulu aku ingin sekali menghancurkan orang-orang seperti kalian. Dan, semuanya akan tercapai sebentar lagi. Berkat mereka." ucapnya menatap rekan-rekannya yang ada di ruangan tersebut, ucapannya menyiratkan sesuatu tentang rasa sakit yang begitu mendalam, "Mereka, yang bernasib sama sepertiku."
Wanita itu menggeleng, "A-aku tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan." lirihnya menahan sakit disudut bibirnya.
"Kau tidak perlu mengerti. Most importantly, it's time." ucap pria itu menengadahkan tangannya dan salah satu dari mereka pun memberikan suntikan yang berisi cairan berwarna gelap.
Seakan mengerti dengan situasi yang berbahaya itu, wanita itu pun kembali memberontak, "No.. NO.. NO!"
Pria itu menjambak rambut wanita itu dan menyuntikkan cairan tersebut ke lehernya. Wanita itu berteriak kesakitan dan secara perlahan cairan itu masuk ke dalam tubuhnya. Dua pria di sisi kanan dan kiri wanita itu pun melepaskan cengkramannya.
Tubuh wanita itu meluruh ke lantai. Napasnya tampak tersenggal-senggal, ia memegangi lehernya yang terkena suntikan. Suasana kembali tegang, semuanya terlihat menunggu sesuatu. Dan tanpa menunggu waktu lama, tubuh wanita itu kejang-kejang.
"Ikat."
Tanpa menunggu perintah yang kedua kalinya, salah satu dari mereka mengikat kedua kaki wanita itu menggunakan rantai besi yang cukup kuat. Wanita itu masih kejang-kejang dan perlahan namun pasti, urat-urat yang ada ditubuhnya tampak menonjol.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST FORTRESS
ActionKecewa dengan Pemerintahan suatu negara, membuat sebuah kelompok yang terdiri dari 30 orang melakukan hal fatal. Yang di mana, jutaan orang tidak bersalah menanggung akibatnya.