17 Ramadhan dalam Sejarah

223 6 2
                                    

"Assalamu'alaikum!" salamku pada Dyah setibanya aku di hadapannya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah," jawabnya sembari mengulum senyum lebar, membuatku ikut menarik kedua sudut bibir ke atas.

Kami memang berjanji bertemu di taman kota untuk mengerjakan bahan mading kampus minggu ini. Inginku sih di rumahku atau di rumah Dyah saja. Tapi dia mengajakku mengerjakannya di sini. Katanya sambil ngabuburit gitu.

"Kamu sudah shalat ashar?"

"Eh? Sudah kok," jawabku cepat. "Kenapa?"

"Kalau belum ya aku mau kamu shalat dulu, baru kita ngerjain tugas," jelasnya santai.

"Nggak usah khawatir, aku selalu ingat nasihat kamu, 'Selalu ingatlah kalau malaikat maut mendatangimu tujuh puluh kali dalam sehari, sehingga kamu senantisa istiqomah di jalan-Nya.'" ujarku sembari mengeluarkan laptop dari ransel abu-abuku. Kutekan tombol power, layar laptop menampilkan proses booting.

"Kamu sudah bawa materinya kan?"

"Sudah." Dyah mengangguk. Ia kemudian menyerahkan beberapa lembar print out padaku. "Ini."

Aku menerimanya. Kubaca judul yang tercetak jelas di bagian atas sendiri. 17 RAMADHAN DALAM SEJARAH. Kutatap Dyah yang kuyakin tengah menunggu respon dariku.

"Kenapa ambil tema ini? Bukankah semua umat muslim tahu kalau 17 Ramadhan itu hari di mana Al-Qur'an pertama kali diturunkan?"

Dyah mengulum senyum mendengar pertanyaanku. Ia mencondongkan tubuh ke depan, menatapku lamat-lamat.

"Ya, memang benar. Tapi peristiwa itu salah satunya," jelasnya tenang.

"Eh?" Aku mengernyit heran. Dia bilang tadi peristiwa turunnya Al-Qur'an itu salah satunya. Itu artinya....

"Ya, ada peristiwa lain yang terjadi," katanya tiba-tiba. Ah, dia benar-benar bisa menebak ke mana arah pemikiranku.

"Apa?" tanyaku penasaran.

"Perang Badar. Perang pertama dan juga ibadah puasa pertama bagi umat Islam. Terjadi pada tahun kedua hijriah. Perang ini melibatkan 313 tentara Islam yang menghadapi 1000 tentara musyrikin Makkah yang bersenjata lengkap.

"Peperangan ini adalah sesuatu yang luar biasa mengingat umat Islam kalah jumlah dan mereka juga sedang berpuasa, bisa memenangkan peperangan ini. Peristiwa perang Badar mengajarkan pada kita bahwa puasa bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Namun sebaliknya, berusaha untuk mendapat ridha dari Allah swt sehingga mencapai kemenangan yang dijanjikan."

Dyah mengembuskan napas pelan. Ia mengakhiri ceritanya dan membuatku terbungkam.

"Itulah alasan mengapa aku memilih topik ini. Kalau kamu punya topik lain yang lebih menarik untuk ditempel di mading kampus, silakan saja."

Aish, mana pernah aku punya topik menarik? Selama ini, aku selalu nurut saja mengenai topik yang diajukan Dyah. Kalau pun aku tidak setuju, dia pasti mencekokiku dengan alasan-alasan yang membuatku tidak bisa mendebatnya lagi.

"Jujur aku baru tahu mengenai hal ini. Jadi, kita pakai topik ini saja," ucapku yang diiringi senyum kemenangan di wajah Dyah.

Suasana selanjutnya lebih banyak membahas mengenai desain yang menarik untuk mading kampus. Meski hanya untuk seminggu ke depan, setidaknya desainnya harus cantik agar menarik minat baca mahasiswa.

Sungguh tak terasa. Matahari telah berada di ujung horizon. Langit sempurna gelap kemerah-merahan. Suara adzan berkumandang, bersahut-sahutan.

Sudah waktunya berbuka....

Alhamdulillah....

Ramadhan is Time to Recharge Our ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang