Bersahurlah!

340 7 2
                                    

"Kenapa lemas gitu?" Dyah yang baru saja tiba dan duduk di sampingku langsung memberiku pertanyaan. "Ini masih pagi lo."

Aku memutar kepalaku yang kutimpakan di atas meja, menatap Dyah yang kini sibuk mengeluarkan buku dan alat tulis.

"Tadi nggak sahur," kataku pendek.

"Oh...."

Apa? Hanya itu reaksinya? Ah, kalau begini membuatku ingin bertanya lebih lanjut padanya.

"Di, dosa nggak sih kalau kita puasa tapi nggak sahur?"

"Nggak dosa sih, cuma nggak dapat berkahnya sahur aja."

"Heh? Serius?" pekikku, membuat beberapa teman di kelas menoleh padaku. Aku langsung duduk tegak. Tidak percaya dengat apa yang kudengar barusan. Kuubah posisi dudukku agar sedikit menghadapnya.

"Kenapa bisa begitu, Di?" tanyaku penasaran.

"Sahur itu hukumnya sunnah muakkad, yakni sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, 'Bersahurlah karena dalam sahur terdapat keberkahan.'"

"Apa saja keberkahan dari sahur? Sampai-sampai Nabi menganjurkan kita untuk bersahur."

"Salah satunya, makanan yang kita gunakan untuk sahur (meskipun hanya seteguk air putih) akan menjadi berkah, karena Allah dan para malaikat bershalawat atas orang-orang yang bersahur.

"Jadi, Nia. Jangan sampai kamu nggak sahur lagi. Larangan meninggalkan sahur itu langsung dari Nabi."

Aku mengangguk mengerti. "Insya Allah, aku nggak akan ninggalin sahur lagi. Rugi juga kalau nggak dishalawatin sama Allah dan malaikatnya. Hihihi...."

"Emm, Nia...." Dyah menatapku. Aku bisa membaca dari matanya kalau dia akan memberikan pertanyaan yang membuatku tersudut. "Kenapa kamu tadi nggak sahur?"

Nah, kan! Benar! Tidak mungkin kan aku mengatakan apa penyebab aku tidak sahur. Yang ada dia pasti menceramahiku habis-habisan. Bukannya aku tidak suka, justru aku suka karena aku jadi semakin tahu. Tapi, kadang-kadang omongannya menyinggungku. Eh, maksudnya menyindirku. Membuatku malu karena dia beristiqomah menerapkan kebiasaan baik dan aku masih biasa-biasa saja.

"Harus kujawab, ya?"

"Iya dong... give and take. Kamu nggak tahu?"

"Tapi aku nggak mau memberitahumu," jawabku sambil meleletkan lidah dan dibalas dengan cubitan yang mendarat di lenganku. Beruntung, ibu dosen sudah masuk ke dalam kelas. Jadi, aku bisa terlepas dari serangan yang dilancarkan oleh Dyah.

Ramadhan is Time to Recharge Our ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang