Sesampainya di rumah aku sudah disambut dengan wajah marah dari ayahku, karena memang kalau melihat jam sekarang itu sudah pukul 21.30. itu sudah melebihi aturan yang dibuat oleh ayahku khususnya buatku.
"Maya, masuk!"
"Maaf pak, kita kemalaman."
"Ya sudah nak Bara, kamu sekarang pulang ya. Ini sudah malam."
Aku masuk dan segera menuju tempat tidur, tiba-tiba saja mbak Tini masuk dan mengajakku sedikit berbincang.
"Sudah ngapain aja kamu sampai malam gini?"
"Gak ngapa-ngapain kok mbak, kita cuma jalan-jalan aja."
"Oh... Kirain udah gituan."
"Ih... Gak mbak, aku gak bakalan kaya gitu. Dah ah aku mau mandi dulu."
"Udah malam May, besok aja lagi."
Apa yang dikatakan mbak Tini ada benarnya, ini sudah malam lagipula aku tidak tidur dengan siapapun jadi tidak masalah dongan bau badanku yang aku rasa sudah tidak sedap.
Jam 12 malam aku dibangunkan karena gerah sekali rasanya, apalagi aku tidak mandi sore sehingga keringat pada tubuhku benar-benar tidak nyaman.
Aku bangun dari tempat tidur dan aku buka jendela kamarku, astaga disana terlihat pak Angga hanya memakai singlet dan celana pendek. Badannya penuh keringat seolah sudah melakukan sesuatu, sampai tiba-tiba saja dia melihat ke arahku. Mulutnya berkata sesuatu dan aku tahu kalau dia berkata apa.
"May, sini temenin saya tidur!"
Saat aku kedipkan mata tiba-tiba saja sesosok pocong ada didepan ku dengan wajah gosong dan tertawa menyeramkan.
"Ahhhhh"
Aku terbangun dari tidurku dengan keringat super banyak, jantungku berdetak kencang dan melirik ke arah samping karena parno akan miliki, aku pegang guling dan kubuka selimut yang menutupinya.
"Maya bangun udah subuh!" Teriak ibuku.
Aku buka jendela kamarku dan kali ini aku benar-benar melihat pak Angga hendak pergi kerja, dia masih belum rapi dan belum mandi. Kaos singlet menjadi satu hal yang membuat aku kesemsem sama dia.
"Belum berangkat pak Angga?"
Aku lihat mas Bambang hendak berbincang dengannya.
"Belum mas, ini saya lagi nunggu Maya."
"Emang kenapa pak?"
"Istri saya gak jadi pulang hari ini, jadi saya mau minta bantuannya untuk hari ini."
"Oh, kenapa tidak pakai jasa istri saya saja?"
Kesal rasanya sama mas Bambang yang terus menyuruh mbak Yuni untuk kerja di rumah pak Angga, padahal itu adalah kesempatan buatku agar selalu menikmati aroma ketiak pak Angga yang berbulu lebat.
"Lho, mbak Yuni kenapa?"
Aku tidak sengaja melintasi kamar mas Bambang dan aku langsung nyelonong masuk karena terlihat mbak Yuni yang tidak enak badan, aroma kamar ini benar-benar membuat aku horny bukan main. Aroma keringat, aroma pandan dan aroma jantan mas Bambang ada disini.
"Gak tahu May, mbak gak enak badan."
"Bentar aku panggilkan mas Bambang dulu."
Aku keluar kamar dan terlihat mas Bambang masih berbincang dengan pak Angga.
"Mas, itu dipanggil mbak Yuni."
"Oh iya."
Mataku terbelalak saat pak Angga mengangkat tangan guna melambaikan tangannya kepadaku, bulu ketiak yang basah dan menggoda membuat aku hampir lupa diri.
Dia mendekatiku dan mengendus entah itu apa.
"May, kamu belum mandi?"
Astaga aku baru ingat kalau aku belum mandi dari kemarin sore, buru-buru kau masuk dan memberi tahu pak Angga kalau aku nanti bakalan kerumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fetish with Tetangga.
Short StoryMaya adalah seorang perempuan yang memiliki Fetish terhadap ketiak lelaki yang lebat, tapi bukan bau badan yang dia sukai. Bau asam dan kecut begitu bisa merangsang dirinya. Hingga suatu hari ada tetangga baru yang pindahan dari desa, keluarga terse...