Part 4

189 34 5
                                    

"Apa itu? Barusan, aku melihat Felix tersenyum? Dia pasti senang melihat kue yang ku buat ini" kata Jisoo dalam hati, yang menatap sekilas senyum dari wajah Felix.

Crattzzz

"Hehh, apa yang terjadi? Kenapa kuenya terbelah dua. Tubuh ku juga, kenapa?" Jisoo limbung ke samping, kue di tangannya terjatuh bersamaan dengan dirinya yang membentur tanah.

Brughhh

"Hehhh, sayang sekali kuenya harus jatuh. Cairan merah yang mengalir ini apa? Darah? Siapa?" perlahan Jisoo mulai kehilangan kesadarannya.

Samar-samar Jisoo melihat kobaran api besar yang di buat Felix sebelun akhirnya tubuh kecil Felix terjatuh ke tanah.

"Barusan tadi apa? Sebenarnya apa yang terjadi"

Tappp ..... Tappp ...... Tappp

Suara derap langkah terdengar seperti tembang kematian yang siap menjemput. Banyangan hitam berjalan mendekati Felix. Aura kegelapan yang melekat serta hawa nafsu ingin membunuh terlihat jelas. Amarah, dendam, kebencian seolah menyatu dalam satu tubuh.

"Dia siapa? Tidak! Jangan sentuh Felix! Felix cepat bangun dan lari! Tidak! Felix!"

Jisoo terbangun dari tidurnya, begitu membuka mata ia melihat wajah Vantae dari jarak yang sangat dekat. "Eh, tunggu? Sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa dia menatap ku sedekat ini." kata Jisoo dalam hati, ia merasa panik sekaligus gugup.

"Akhirnya, kau sadar juga putri tidur. Apa aku harus mencium mu agar kau terbangun" kata Vantae lalu menjauhkan wajahnya dari Raqhuel.

"A--pa yang tuan Duke lakukan pada ku?" tanya Jisoo gelagapan.

"Aku hanya memberi mu obat." Vantae yang memperlihatkan mangkuk kecil di genggamnya.

"Apa yang terjadi? Dimana aku?" Jisoo berusaha bangun dan membenarkan posisinya untuk duduk.

"Kau tertidur 2 bulan lama ya setelah pingsan di depan gerbang utama"

"Apa? Jadi selama itu, tuan memberi saya obat dengan cara itu" kata Jisoo malu-malu.

"Yah, mau bagaimana lagi. Kau inikan istri ku"

Deggg

Baru kali ini Vantae mengakui Jisoo sebagai istrinya. Padahal sebelumnya Damian selalu bersikap dingin dan tak acuh pada Jisoo. Setiap kalimat yang terlontar dari mulutnya hanyalah makian pedas beserta hinaan pada Jisoo . Jika ia tidak pantas mengantikan posisi Irene di hatinya.

"Benarkah? Namun menurut saya tidak begitu" kata Jisoo sembari tersenyum, lalu menyingkap selimut dan beranjak dari tempat tidur.

"Kau mau kemana?" tanya Vantae melihat Jisoo sudah berdiri di sebelahnya.

"Saya akan segera kembali, ke kamar saya" kata Jisoo yang berjalan menuju pintu. Ia pun, bahkan tidak menoleh kebelakang.

"Apa begini cara mu memperlakukan orang yang sudah merawat dan menolong mu"

"Memangnya apa peduli mu? Bukankah, orang yang membuat ku sekarat selama dua bulan adalah dirinya. Bersyukur lah, aku tidak menampar wajah mu ketika tahu kau mencium ku" kata Jisoo dalam hati, ia benar kesal.

Mengingat kegagalan rencananya yang ingin merayakan ulang tahun Felix dan sekarang sudah 2 bulan berlalu. Apakah Felix masih mau untuk menemuinya. Hufftt, memikirkannya, saja sudah membuat Jisoo kesal.

"Selama ini tuan tidak pernah peduli dengan saya. Jadi biarkan saya pergi, terimakasih sudah merawat saya selama dua bulan ini. Saya berjanji akan membalas kebaikan tuan." Kata Jisoo, yang berbicara memunggungi Vantae.

Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang