Part 8

99 24 4
                                    

Jika Vantae memiliki pelayan yang berbakat di sampingnya, tidak mungkin ia akan mati dengan mudah seperti yang di ceritakan dalam novel. Bahkan pedang miliknya di olesi racun mematikan.

Mustahil jika Vantae tidak menyadari obat tidur yang berada dalam minumannya. Sehingga ia bisa mati terpanggang karena tidak menyadari kekacauan yang di buat Felix.

Belum lagi Pheron, merupakan yang menjadi kaki tangan Vantae. Seorang kesatria hebat yang di juluki taring berdarah. Saat terjadinya, insiden pembantaian keluarga sang penulis tidak menceritakan keberadaannya.

Jisoo tidak tahu, apa Pheron berhasil selamat atau tidak? Sepertinya pelayan di kediaman Vantae memiliki latar belakang yang berbeda. Jisoo jadi penasaran. Apa Joan sama seperti Hanzeul, Mikha dan Pheron?

Hufft, memikirkannya saja membuat Jisoo pusing. Mungkin karena keseringan membaca novel ia jadi memikirkan siapa dalang utama dalam insiden pembantaian keluarga Duke Vantae.

Meski kekaisaran pada masa itu menganggap kebakaran besar yang terjadi merupakan kecelakaan. Tentu para pembaca pasti tahu, jika penyebabnya adalah pemeran utama yang sangat membenci keluarganya.

"Karena sudah hidup kembali, aku tidak perlu mencari latar belakang mereka. Meski sebenarnya, aku sangat penasaran yang terpenting adalah aku mencegah insiden pembantaian terjadi." kata Jisoo pada diri sendiri.

"Nyonya, apa yang sedang anda bicarakan?" tanya Mikha.

Deggg

Jantung Jisoo seakan mencelos keluar, begitu mengetahui kemampuan Mikha. Jisoo jadi menaruh kewaspadaan padanya. Yah, sepertinya Mikha bukan hanya pelayan biasa. Mungkin, ia di utus Vantae untuk mengawasi setiap gerak-geriknya.

Padahal jarak mereka cukup jauh tapi  Mikha bisa mendengar suara Jisoo.

Rasanya seperti tahanan saja, tapi selama ini Vantae selalu menutup mata dengan apa yang di lakukan Diana. Namun sebelum memasuki tubuh ibu pemeran utama.

Diana tidak pernah mempedulikan siapapun dalam hidupnya dan ia juga memiliki temperamen yang sangat buruk. Apa mungkin Vantae menyadari perubahan sikap Diana?

"Ah, tidak ada Mikha. Aku hanya sedang memikirkan cara untuk bisa mendekati tuan rumah di sini." alibi, Jisoo.

"Woah, benarkah? Apa nyonya kedua berniat mengambil hati tuan Duke?" Mikha yang berjalan di belakang Jisoo menghampirinya lalu mengimbangi langkah Jisoo.

"Ah, ya. Begitulah." jawab Jisoo, dengan senyum yang di paksakan.

"Baiklah, jika begitu. Saya akan mendukung nyonya kedua. Biarkan saya membawa tuan muda kembali ke kamar." kata Mikha kemudian mengambil alih, Felix dalam ngendongan Jisoo.

"Meski sudah sore, tuan biasanya masih ada di ruang kerja. Nyonya temuilah, tuan dan mengajaknya mengobrol. Saya akan mengurus tuan muda."

Tentu Jisoo tidak bisa menolak. Ia takut Mikha mendengar ucapannya, jadi Jisoo hanya bisa menuruti kemauan Mikha untuk mengunjungi Vantae di ruang kerjanya.

Pikiran Jisoo terus berkelana, sebagai seorang pembaca. Jisoo sering kali  menebak isi pikiran author, meski kadang dugaannya meleset tapi mencari benang merah dalam alur cerita memang tidaklah, mudah. Karena ia tidak tahu plot twist semacam apa yang akan ia temui setelah menggabungkan serangkaian cerita.

Tahu-tahu ia sudah berada di depan pintu ruang kerja Vantae. Tangan Jisoo terulur kedepan lalu mengetok daun pintu.

Jisoo merasa ada yang janggal, ketika ia mengetuk daun pintu tidak menimbulkan suara. Namun ia dapat merasakan benda bidang yang keras.

Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang