GET CLOSER!

2.8K 33 7
                                    

Riza masih gamon (gagal move on) setelah pulang dari kampusnya saat malam hari yang sama. Dia terus memikirkan dan bergumam sendiri di kamarnya, padahal banyak tugas kuliah menumpuk untuk dikerjakan.

'Kenapa ya gue jadi mikirin Bang Tirta mulu? Anjirr, emang pantatnya montok, sekel, padet, kenyal, you name it...fuuuuuuccc***! Gue jd horny bangettt lg. Oh Tuhan, pagi besok gue ga bakal tahan kalo sama Bang Tirta lagi sih, ntar akun gue kena suspend dan dilaporin pelecehan seksual lagi. Ogah ahhhhh. Gue ga mau dipenjara gara2 laporan Bang Tirta ke polisi gara2 skandal yg gue mau simpen sendiri. Alright, I decided to not use his service again to bring me to the station. I know he is truly normal, not gay or bi.' Gelisah Riza karena overthinking nya itu.

Wajar sih karena dia kan emang anak tunggal jd ga bs cerita ke adik/kakak yang biasanya ada di keluarga pada umumnya, mana mama papanya betah banget kerja di luar negeri, gimana ngga?Bayarannya USD (mamanya kerja di LA, USA) dan GBP (papanya kerja di UK), you know currency rate sekarang kan? Rupiah lagi lemah, jadi sallary disana bakal lebih gede nilainya kalo diconvert ke IDR, jd mama papanya ogah balik ke Indo dari tahun kemarin sampai sekarang, nimbun tabungan valas lah mereka buat masa depan Riza juga.

Setelah Riza selesai makan di meja makan di lantai 1, ia langsung balik ke kamar dan mengerjakan tugas kampus seadanya sampai dia tertidur sendiri karena Riza akan menyalin a.k.a mencontek jawaban dari temannya di kampus besok pagi.

Pagi jam 6, langit mulai menunjukkan terangnya, Riza sudah selesai mandi, dan seperti biasa Mba Tina sudah siapkan lagi menu masakan andalannya untuk jadi bekal Riza ke kampus.
"Mba Tin, bekal saya apa hari ini?" Teriak Riza dari kamarnya di lt.2 sambil buru2 memakai pakaiannya dan sepatunya. Do I look stylish today? I think yes, pikir Riza.
"Bekalnya nasi bistik sapi favorit Den Riza, lengkap sama french fries, wortel, jagung, dan brokolinya, plus sambal pedasnya. Saya juga bawakan pisang dan apel ya, Den." balas Mba Tina
"Alright, Mba. Perfect! Hanupis (hatur nuhun pisan)" ucap Riza sambil memasukan bekal ke tasnya.
"Sami-sami atuh, Den." kata Mba Tina sekalian genit mengedipkan matanya sebelah.

Ting! Ojol pesanan Riza pun sudah sampai depan rumah. Riza tergesa-gesa agar cepat sampai ke stasiun karena harus cepat sampai kampus untuk menyalin tugas yang harus dikerjakannya. Apalagi jurusan Riza adalah ilmu sosial yang mengharuskannya banyak menghafal teori dan konsep hubungan manusia. Selain itu, memang juga Riza sengaja menghindar dari Tirta agar pikiran overthinkingnya itu tidak jadi kenyataan, membayangkan dirinya dilaporkan saja sudah sangat mimpi buruk baginya. Riza membuka pintu dan langsung menghampiri driver ojol itu, ahhh beruntungnya bapak2 usia 40an dengan perawakan sedikit kurus dan memang tidak menarik secara fisik. Sepanjang perjalanan ke stasiun itu, Riza berusaha fokus memikirkan tugas kuliahnya tentang teori dan konsep hubungan manusia, tidak mengajak ngobrol si driver atau memerhatikan jalanan seperti kemarin bersama Tirta.
Akhirnya setelah 15 menit, Riza sampai ke stasiun dan menyatu dengan situasi perjalanan komuter yang hiruk pikuk setiap harinya.

Jam 6.30 Tirta menyambangi rumah Riza dengan penuh semangat, Honda Genionya merapat ke depan rumahnya dan memencet bel rumah dekat kotak pos. Setelah 2 menit menunggu, Mba Tina membukakan pintu dan terheran mengapa ada driver ojol padahal dia tidak memesan.
"Kenapa bang? Ada yg bisa saya bantu?"
"Mas Riza nya ada ga, mba? Saya mau nganter ke stasiun nih." kata Tirta dengan senyumnya yg khas.
"Sudah berangkat setengah jam lalu, Bang. Den Riza buru2 kayaknya ke kampus. Memang janjian sebelumnya?" balas Mba Tina sekalian memerhatikan Tirta dengan seksama dan mulai kagum akan fisiknya.
"Oh gitu ya, Mba. Sudah koq tapi ya OK lah, saya cabut dulu." ucap Tirta langsung lesu.
"Tunggu, Bang. Nama abang siapa? Biar saya nanti info ke Den Riza pas pulang kalo abang udah dateng jemput ke sini." kata mba Tina sekalian berkenalan secara tidak langsung sambil terus mengagumi fisik Tirta dari atas sampai bawah.
"Saya Tirta. titip salam saja buat Mas Riza ya, mba. Terima kasih." sekalian melaju menjauh dari rumah Riza.
Mba Tina pun mengangguk2 sambil mulai memikirkan rencana liciknya untuk memikat Tirta karena sudah kepincut dengan fisik Tirta yang idaman meskipun kerjanya sebagai driver ojol.

Di rumahnya, sekitar jam 11, setelah Tirta menyelesaikan pesanan kateringnya untuk suatu perusahaan yang berkantor di Jakarta, Tirta baru ingat bahwa ia menyimpan nomor kontak Riza sebenarnya. Tapi ia urungkan dan fokus untuk mengantar pesanannya itu dengan berkendara secara hati2 dan taat aturan. Jam 12 sampai di kantor itu dan menyerahkannya dengan gesit karena jumlahnya hanyalah 10 box namun spesial karena hanya khusus untuk top level management. Yes, it is healthy catering of course. Tirta merintis bisnis ini sudah 2 tahun, dan basis customernya memang banyakan kantor2 di Jakarta. Resepnya merupakan kombinasi dari resep keluarga dan aturan diet sehat bernutrisi yang tentunya up to date, bahkan sesuai standar internasional. Meskipun Riza lulusan SMK, tapi pengalaman dan kemauannya untuk terus belajar dan mengembangkan diri sangatlah tinggi, sehingga memampukan dia menjadi seorang pengusaha berkedok ojol.

Tidak terasa sudah 5 jam Tirta melayani orderan di sekitar Jakarta, dan akhirnya dia mau pulang ke wilayah tempat tinggalnya, BS*. Tapi tiba2 notif hapenya berbunyi dan tertera di layar "you got new order!". Setelah dilihat, nama penumpangnya, Riza Mahajaya, Tirta pun secara otomatis bertanya2, apakah ini Mas Riza yang dia pernah antar ke stasiun. Reflek langsung dia klik "accept order", karena Tirta 60% yakin ini Mas Riza yang seharusnya dia antar pagi tadi. Tirta pun melaju ke titik tempat Riza tentukan, kampus universitas T******i. Karena jam sibuk pulang kantor, Tirta pun agak sulit menemukan Riza posisi tepatnya dimana meskipun sudah di pintu masuk karena sudan banyak mahasiswa yg juga menunggu ojolnya masing2. Tirta pun akhirnya nekat berteriak "Mas Riza! Mas Riza! Mas Riza!" Riza yang sebelumnya tidak ngeh pun akhirnya menerobos kerumunan, dan menghampiri sumber suara yang memanggil namanya. Riza pun sangat terkaget2 saat sudah dekat sang driver,
"Bang Tirta? Ini beneran Bang Tirta??? Koq bisa ada disini?" ucap Riza.
"Mas Riza yg kemarin saya antar ke stasiun C****k ya? Wahh, memang sudah rezeki saya ini, ga dapet jemput tadi pagi, sekarang saya dapet anter Mas Riza ke rumah." balas Tirta sambil senyum sumringah.
Riza pun sedikit memerah mukanya karena respon Tirta itu.
"Ayo, Mas. Buruan naik, udah mau hujan nih, mendung banget sore ini, kita kan lumayan jauh loh, bisa satu jam-an lebih ke BS*, mana jam macet juga kan." kata Tirta sekalian memberi Riza helm.
Riza sebenarnya berkecamuk dalam pikirannya, aduh gimana ini, 10 menit aja gue ga tahan ngacengnya sama driver tampan dan semok ini, apalagi satu jam lebih, bisa berabe gue muncrat di tengah jalan. Duh, persetan lah, gue cape kalo mesti desek2an naik busway atau commuter line sore gini, mana udah lusuh kan seharian kuliah, ya terpaksa Riza mesti kuat menahan godaan terbesarnya hari itu.
'Oh God, why you give me such a big temptation this evening to make me get closer with him? He is so adorable and I can't resist him. God, please help me.' gumam Riza.

Riza pun naik ke jok belakang Honda Genio yang dikendarai Tirta dengan ekspresi campur aduk (nervous, happy, horny, afraid, etc) sambil memakai helm yang diberikan Riza.
"Mas, pegangan ke saya ya, kita ngebut, karena udah mau turun hujan ini. Gapapa kan?" tanya Tirta.
"Ok, gas lah, Bang. Semoga ga kena hujan kita." balas Riza.

Illustrasi menggunakan AI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Illustrasi menggunakan AI

+++++++++++++++ to be continued +++++++++++++++++

Apakah ini hanya "rejeki biasa Tirta" atau justru memang "berjodoh dengan Riza", check it out on next part ya, gays! hehe

If you enjoy my story, don't forget to VOTE and comment ya, readers!
Thank you and stay ngaceng, wkwkwkwk

Ohhh Ojol SemokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang