The Wetter The Better

2.2K 36 5
                                    

Riza dan Tirta masih sedikit berdiam, tanpa pembicaraan saat memulai perjalanannya, karena fokus pada masing2 pikirannya. Tirta khawatir tentang cuaca hujan yang akan turun deras dan memaksanya untuk menunda pulang. Sedangkan Riza justru fokus pada menjaga jarak antara selangkangannya dengan pantat Tirta yang semok dan padet. Riza masih tidak habis pikir, mengapa Tirta punya body yang ideal seperti itu, padahal dia hanya driver ojol. Pikirnya, mana mungkin penghasilan ngojol bisa mencakup biaya gym bulanan yang tidak murah, belum lagi suplemen, dan nutrisi yang harus dia konsumsi pasti mahal jg. Lalu, tentang pantat semok Tirta, Riza justru overthinking apakah ada dan siapa saja penumpang lain yang usil seperti dirinya, yang penasaran ingin menempelkan kontolnya ke pantat Tirta karena begitu terangsang dengan bentuknya yang bulat, padat, dan kenyal, sangat menggoda pria mana saja yang memang lagi horny saat di motor.

Perjalanan baru 10 menit berlalu, dimana Riza berusaha keras menjaga jarak duduknya dengan Tirta namun karena cemas kondisi hujan yang mulai gerimis kecil, maka Tirta pun mulai menambah kecepatan motornya, pun kondisi jalan tidak terlalu padat.

"Mas, pegangan ya, saya mau ngebut nih, udah gerimis, takut hujan makin deras. Rapetin aja duduknya." ucap Tirta menoleh ke Riza sambil tetap lihat spion dan tetap fokus berkendara.

"Bang, jangan panggil saya Mas lagi ya, panggil aja Riza, biar lebih gampang. Lagian aku bukan mas2 keturunan Jawa koq, hehehe. Aku mixed Chinese, Sunda, dan Bali." balas Riza sambil merapatkan duduknya ke depan, dan akhirnya kontol Riza bisa menempel ke calon sarangnya yang seksi dan montok luar biasa menggoda iman itu. 

"Oh pantes mukanya agak beda dari kebanyakan orang Indonesia, ternyata ada Tionghoanya ya." kagum Tirta

"Haha, ya gitu lah. Bang Tirta sendiri apa kalo boleh tau?" kata Riza

"Saya juga campuran sih, Za. Manado, Jawa, dan Arab." balas Tirta

"Wohhh, keren, Bang! Kita berdua blasteran ya, aku Oriental, Abang Middle Eastern." timpal Riza sambil lanjut berpikir wah kalo gue punya anak bareng Bang Tirta kayaknya bakal keren banget ini mah kombinasi genetiknya bisa mengalahkan ketampanan Malik Zayn, Mario Maurer, atau Seif Al Walid. Anjir ngebayanginnya jadi bikin junior gue mulai tegang. Apalagi udah nempel banget sama bokong si ojol semok idaman ini. My goodness, why God send Tirta to me? Kenapa sih daya tariknya dia ini besar banget? Gue takut banget falling in love with him, Tuhan...


Selain fokus berkendara memecah jalan raya menuju wilayah Tang***ng, Tirta mulai menyadari bahwa kontol Riza mulai tegang, dan menekan pantatnya yang semok itu. Sebenarnya Tirta juga masih penasaran dengan perasaan dirinya sendiri, kenapa kalo kontol dan bool bertemu itu malah sangat nyaman padahal dulu dia sempat beberapa kali merasakan enaknya apem ce karena dulu sempat jadi playboy sebelum merintis usaha healthy cateringnya. Tirta mulai bertanya2 apakah dirinya masih straight atau sudah mulai menjadi homo. Tirta bingung dan gelisah. Namun disaat bimbang itu, kondisi jalan semakin tidak kondusif, karena bertemu persimpangan yang padat sekali dengan kendaraan terlebih ini jam pulang kerja, dan Honda Genio nya hanya ngegas sedikit, ngerem lagi, sehingga perlahan tangan Riza yang asalnya berada di perut semakin turun ke bawah, tanpa disadari Riza karena dia juga lagi fokus dengan pikirannya yang kotor, yaitu ingin bercumbu dengan Tirta di kamar dengan birahinya yang memuncak. Tangan Riza pun akhirnya sampai di gundukan kontolnya Tirta yang memang belum tegang tapi cukup besar, terlebih Tirta hanya memakai celana kain yang tipis sehingga sangat terasa. Riza pun kaget dan berusaha untuk mengembalikan posisi tangannya ke perut Tirta namun Tirta mulai merasa aneh karena sentuhan tangan Riza ke kontolnya membuat rudalnya mulai tegang. Tirta pun masih bisa merasakan kontol Riza yang menempel ke pantatnya, begitu hangat dan nyaman, ini sensasi yang tentu tidak akan pernah dirasakan jika dia bersama perempuan / ce. 


'Gue kenapa sih, njiinggg? Gue kan normal tapi kenapa gue mesti nyaman ditempelin kontol co anjiirrr? Ga abis pikir gue. Apa ini karma karena gue udah maen ngentot sana sini sama ce ce gue dulu ya, akhirnya gue bs jd homo. Naudzubilllaahhh, semoga ngga.' pikiran Tirta berkecamuk


'Bang Tirta, kenapa gue mesti ketemu sm lo sih? Baru 2 hari, tp gue kayak beneran ngalamin love at first sight ini mah." kayak lagu Blue, boyband Barat jaman 90an, sering banget diputer sm Mama kalo lg di rumah. Riza terus berusaha meresapi betapa nyaman kontolnya berlabuh ke pantat Tirta yang jelas lebih tua darinya seperti kakaknya sendiri, terlebih body Tirta seperti Mister International sebenarnya, sangat ideal, mungkin tinggal lebih banyak latihan abs, karena tangan Tirta sempat berpegangan pada perut Tirta yang tidak terlalu sixpack namun tetap ada otot2nya.


Setengah jam telah berlalu, dan perjalanan pun sudah setengah dari total jarak yang harus ditempuh. Hujan pun mulai deras, dari yang asalnya gerimis kecil. Tirta dan Riza pun mulai panik, karena ternyata Tirta tidak membawa jas hujan mengingat pikirnya tidak mungkin ada hujan hari ini. Sedangkan Tirta panik karena takut tasnya kebasahan, untung tidak membawa laptop, hanya ada diktat dan buku2 kuliahnya saja yang harus dia baca dan kerjakan tugasnya. 


"Za, gimana nih hujannya deras, mau menepi atau tetap lanjut?" kata Tirta panik

"Terserah Abang aja lah, tapi aku takut tas kebasahan, bisa dimasukin ke bagasi ga?" Balas Riza

"OK kita masukin tas kamu dulu ke bagasi, terus lanjut jalan, gapapa, Za?" saran Tirta

" Iya, Bang. Mantap kalo gitu mah." setuju Riza

Akhirnya tas Riza sudah dimasukin ke bagasi, dan akhirnya Riza dan Tirta pun tetap teguh menembus derasnya hujan di sore menjelang malam menuju B*D, wilayah mereka tinggal yabg telah menjadi salahsatu kota mandiri terbaik di Indonesia. 

* Ilustrasi menggunakan AI *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* Ilustrasi menggunakan AI *


Riza pun kembali memeluk erat perut Tirta karena Tirta sudah menginstrusikan Riza untuk berpegangan kencang agar kuat menembus hujan saat motornya melaju di jalanan sore itu. Suhu udara yang mulai mendingin akibat hujan, membuat kontolnya Riza semakin tegang kokoh menempel di pantat Tirta, dan ini jadi sensasi tersendiri dan momen yang tidak akan pernah dilupakan oleh Riza dan Tirta. Karena bagi mereka ini pengalaman pertama dan anehnya sangat nyaman keduanya, tanpa ada yang merasa dilecehkan seperti yang pernah ditakutkan dalam overthinking nya Riza kemarin. 

Yeah, The Wetter The Better!!!

⛈️ Cuaca boleh hujan dan dingin tapi

🥵🔥 Birahi keduanya malah semakin panas


+++++++++++++++++  to be continued +++++++++++++++++++


Menikmati ceritanya??

Penasaran kelanjutannya??

Jangan lupa FOLLOW, VOTE dan comment ya, gays!

Thank you. Xie xie. Syukran!!



Ohhh Ojol SemokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang