"Sebenernya kita mau kemana sih?" aku yang duduk di bangku belakang makin dibuat penasaran setelah mobil melaju di jalan utama.
"Intinya, kamu pasti suka banget ke tempat yang kita tuju ini. Jangankan kamu, mang Aan aja suka. Ya gak mang?" Entah hanya perasaanku saja atau ini memang nyata. Dari sejak awal pandangan baik- lupakan tentang masalah piket, oke?
Ore memang terlihat begitu rupawan. Bahkan, di saat seperti inipun dia turut mengikutsertakan Mang Aan untuk masuk ke pembicaraan kami. Dia benar-benar membumi, dan menurutku itu sangat keren.
"Neng Cheese pasti suka deh."
"Memangnya Mang Aan udah pernah ke tempat yang mau kita tuju ini?" tanyaku ingin tahu. Sebenarnya kami mau kemana?
"Belum sih neng." Nah lo? "Aku makin gak ngerti deh Ore." Keningku mulai bertaut menunjukkan tanda bingung dan tidak suka. Aku paling benci jika aku dibuat penasaran, terlebih lagi jika harus digantung. Tapi, selama ini hubunganku dengan Kak Rafa tergantung tak ada kejelasan? Tapi aku masih saja menjalaninya. Haish! Jangan Kak Rafa lagi kenapa sih?
"Toh selama ini kamu bukannya menginginkan hal yang seperti ini. Hanya saja semuanya terlalu sulit untuk di deskripsikan dengan kata-kata sehingga menemukan pemecahan masalahnya double dan triple sulit" Kira-kira seperti itulah sebagian diriku mencari pembelaan yang tepat di tengah perasaan sulit ini.
"Daripada kamu bawel, mendingan tiduran aja deh. Di depan macet panjang tuh. Mungkin agak sedikit lama untuk sampai di tempat yang kita tuju." TIDUR?? Ide bagus!!
"Beneran nih gak apa-apa kalo aku tidur? Nanti kamu gabisa lagi bangunin aku." Faktanya adalah aku kalau tidur kayak kebo! Susah bangun.
"Udah tenang aja. Aku jago kok kalo ngebangunin tukang tidur. Mang Aan pun tukang tidur, tapi dia selalu bangun kalau aku yang bangunin. Ya kan Mang Aan?" Mang Aan tersenyum malu ketika mendengar perkataan Ore. Aku mengangguk meng-iyakan. Tadi siang kan aku pergi ke bioskop jadi otomatis aku tidak tidur siang. Dan merupakan ide yang sangat fantastik di tengah cuaca sore dan dengan terpaan AC mobil sepoi-sepoi untuk memejamkan mata sejenak. Baiklah. Dan tanpa pikir panjang akupun tertidur!
***
Mataku menatap Ore seolah mengisyaratkan jutaan kata "APA? KENAPA KAMU GAK BILANG DARI AWAL?"
"Suka Cheese?" Apa dia bercanda? Dengan semua hal yang ada di depanku pasti dia sudah sangat tahu apa yang akan kukatakan.
"Kamu bercanda ya?"
"Jadi gak nyesel kan jalan sama aku?" Oh Tuhan! Kenapa senyum Ore jadi se-lembut dan se-manis ini sih?
"Suka! Suka banget! Gak nyesel deh kalo disuguhinnya makanan yang begini" Mataku menatap kagum pada ice cream oreo serta cheese cake bertopping Oreo yang serta makanan-makanan enak lainya tersaji di depanku. Setelah menerobos kemacetan kami sampai di café kecil yang benar-benar baru buka hari ini untuk mencicipin ice cream oreo serta cheese cake yang ada di sini. Café baru ini ternyata punya temannya Ore yang mencoba membuat usaha kecil-kecilan. Salut! Masih SMA sudah belajar bisnis.
"Sejak kapan kamu tau aku suka Oreo?" Apa dia memerhatikanku?
"Sejak aku menemukan banyak sekali sampah oreo di laci mejamu. Heran deh. Apa susahnya sih untuk gak meniggalkan sampah di laci meja. Kasihan kan yang piket di kelas kita." Ah, kamu ke-ge-er-an untuk berpikir Ore memerhatikanmu Cheese.
"Maaf. Aku khilaf." Aku hanya bisa nyengir dan mencicipi dengan seksama rasa ice cream oreo yang benar-benar meleleh di lidahku.
"Ore kamu dateng?" Seorang perempuan cantik dengan dress berwarna peach menghampiri aku dan Ore. Mataku sukses terkagum dibuatnya. Dia terlihat begitu manis dan anggun serta cat kukunya yang berwarna putih susu benar-benar membuatnya terlihat berkelas. Siapa dia? Temannya Ore?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheeseka
Teen FictionPRIVATE! BEBERAPA PART HANYA BISA DIBACA OLEH FOLLOWER Hanya kisah seorang anak SMA yang menyukai Oreo dan segala rumitnya cinta yang ia rasakan. Salam kenal Cheeseka. Copyright © 2014 by Dianti Sevina