11

25 2 2
                                    

Gelapnya langit dengan derasnya hujan disertai angin kencang, menunjukkan seolah bumi juga berduka atas kepergian sosok kesayangan bernama han jisung.

Mereka semua menangis menatap kuburan basah milik jisung, membawakan banyak sekali bunga untuk lelaki pecinta wangi bunga itu.

Felix, sang kembaran hanya menatap sendu kuburan milik jisung. Pikiran dan hatinya kosong, dirinya terlalu sakit dan lelah untuk menangis terus menerus.

" sebentar lagi.... sepertinya aku akan menyusul... bukankah... ikatan kembar seperti itu? " gumam felix mengelus nisan bertuliskan nama sang kembaran.

Yah, felix sudah siap jika sewaktu-waktu dirinya dijemput oleh jisung untuk ikut bersamanya.

" sayang, felix... ayo kita pulang... " ajak sang ayah pada istri dan anaknya yang betah di sana meski semua orang sudah pada pulang.

" ayah... ibu... " panggil felix lemah.

" iya sayang? " jawab sang ayah lembut.

" nanti... ketika aku menyusul jisung... tolong, kuburkan aku di sampingnya ya... " ujar felix membuat ibunya menangis semakin deras.

Kedua orang tuanya harus bersiap untuk itu...

.
.
.
.
.

Tok, tok, tok

Ya sebentar~

Cklek~

" sudah ku duga kau tidak datang... " ujar bangchan memberikan sebuket bunga aster pada minho.

" jika kau sudah merasa bersalah... datanglah, minta maaf....  dan satu hal lagi, aku tidak mau mengenalmu... " ujar bangchan beranjak dari sana.

Changbin menatap datar minho, ia melemparkan sebuah map coklat ke wajah minho. Membuat laki-laki itu emosi.

" kau!! "

" pembunuh seperti mu tidak layak hidup! Kuharap setelah ini kau jadi gila... jangan tunjukkan wajahmu dihadapanku lagi... dihadapan kami berdua... kau kaya kan? Pergi dari kota ini... aku tidak mau melihat wajah pembunuh berseliweran di depanku... " julid changbin, beranjak menghampiri bangchan yang pasti menunggunya di mobil.

" satu lagi.... berterima kasihlah pada felix yang tidak melaporkanmu ke polisi dengan kasus pembunuhan... kuharap kau sadar diri dan menyerahkan dirimu sendiri! "

Minho? Ia hanya diam. Berdiri di depan pintu melihat kepergian kedua temannya setelah mengatakan hal-hal tajam yang melukai hatinya.

Menatap datar buket bunga dan amplop coklat di genggamannya.

.......

Minho membuka map coklat tersebut, dimana berisi banyak sekali foto sena tengah bersama lelaki lain. Dan juga bukti pemerasan sena terhadap hartanya.

Belum lagi hasil pemeriksaan Ct scan tentang penyakit jisung, yang di dapatkan dari juyeon.

[ Juyeon tidak sengaja membaca nama rumah sakit yang tertera di kertas yang telah hancur tersebut, dirinya penasaran dan mendatangi rumah sakit hingga akhirnya mendapatkan fakta jika adik kelas imutnya itu menderita pembengkakan otak. Dirinya bertemu bangchan yang saat itu sedang menghampiri sepupunya yang dirawat di RS, disanalah juyeon menunjukkan hasil pemeriksaan han jisung. Namun dirinya terlambat memberitahu orang-orang untuk menjaga si kecil itu, jisung sudah lebih dulu pergi sebelum ia sempat menjaganya... ]

Napas minho bergemuruh, ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat itu.

Pikiran dan hatinya saling bertabrakan, membuatnya berkecamuk.

Ia menyambungkan sebuah flashdisk ke dalam laptop miliknya. Terdapat beberapa video di sana, yang tentunya membuat ia terkejut.

Itu adalah video dimana sena sedang bercumbu mesra dengan seseorang dan jisung datang menghajar lelaki itu.

Dan satu video dimana sena menabrak jisung yang baru saja keluar dari UKS lalu pura-pura terjatuh hingga dirinya tiba disana.

Lalu beberapa video sena bermain-main diluar menghabiskan uang pemberiannya bersama teman-teman dan juga lelaki bayaran.

Tidak ada, tidak ada satupun ucapan sena soal jisung yang melecehkannya. Ia akhirnya sadar jika dirinya selama ini hanya di permainkan oleh sena, dijadikan boneka oleh wanita licik itu.

Menyesal, minho sungguh menyesal karena telah membuat jisung kehilangan nyawanya.

Namun semua sudah terlambat...

Ia tidak memiliki kesempatan untuk meminta maaf pada sosok han jisung.

Tok, tok, tok!

" sebentar... " sahut minho lesu.

Cklek~

" felix.... " sapa minho menatap nanar sosok dihadapannya.

Benar-benar mirip seperti jisung...

( apa dia akan membawaku ke polisi? ) inner minho bertanya-tanya.

" tidak usah menatapku seperti itu... aku datang hanya untuk memberikan ini... " ujar felix memberikan sebuah gelang.

Deg!

" ini kan... " gumam minho menatap terkejut gelang yang ada di genggamannya. Itu adalah gelang yang ia berikan pada sahabat masa kecilnya sebelum dirinya terbang ke LA karena pekerjaan ayahnya.

" lu mungkin lupa... tapi jisung... dia, teman kecil lo... kita... tetangga lo dulu sebelum lo pergi entah kemana... " ujar felix menunjukkan gelang yang sama seperti milik jisung dan minho. membuat laki-laki itu seolah disambar petir.

" selamat ya, lo berhasil jadi sahabat yang BURUK... " ujar felix, meninggalkan minho yang terduduk di depan pintu.

" hiks, jisung... felix... maaf... " tangis minho menggenggam erat gelang milik jisung. Membayangkan senyum manis tupai kecil itu, membuat hatinya semakin terasa sakit.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang