PRANG!....
"Nona!..anda baik-baik saja?"
" Lyv...kau melamun yah..?"
Gadis berambut pirang cantik itu terkejut dan menatap sekitarnya dengan kebingungan.
Lyvette menatap tangannya yang terasa kaku dan kecil..bahkan ia melihat sosok yang sudah mati dihadapannya.
" Maria?!..kau..kau hidup?!"
Wanita pelayan itu terlihat bingung...
"Nona saya memang masih hidup...ada apa nona?.."
Perkataan Maria membuat Lyvette terdiam cukup lama. Butuh waktu lama hingga ia memahami situasi yang ia alami.
Tangan yang kecil dan Maria yang seharusnya mati saat ia berumur 18 tahun..masih hidup. Dan juga, suasana yang tidak asing lagi baginya. Lyvette menatap anak laki laki dihadapannya.. darahnya berdesir menatap wajah polos anak itu...
"Erkas.."
Suasana menjadi hening.
Erkas terdiam dan akhirnya tersenyum tipis
" akhirnya kau memanggilku dengan namaku yah.."Dasar bajingan neraka !!! Teriak batin Lyvette.
Lyvette tersenyum tipis.
"maaf yang mulia. Sepertinya saya sedang tidak enak badan...saya akan pamit lebih dulu.."
Lyvette bergegas pergi namun pertanyaan Erkas menghentikan langkahnya.
"Besok... bisakah kau menolak kunjungan Abel? Dan bermain bersamaku?.."
Lyvette melirik anak laki-laki berambut pirang dengan tatapan mata yang berwarna biru laut itu.
Lyvette membungkuk hormat.
" maaf yang mulia sepertinya saya tidak bisa menolak kunjungan pangeran kedua "
"kenapa tidak?!..aku lebih dekat denganmu dibandingkan dia!"
Lyvette menatap datar anak menyebalkan itu. Lyvette berfikir mengapa ia langsung mengiyakan apapun yang Erkas katakan.
yah seperti aku yang dulu berteman dengan siapapun tanpa melihat tujuan mereka... terlalu people pleaser..pikirnya.
Lyvette tersenyum tipis.
"Maaf yang mulia, saya tidak memiliki kuasa untuk menolak kunjungan yang ayah saya setujui...jika ingin saya bersama anda, mohon beritahu ayah saya"
Erkas mendecih kesal dan langsung pergi.
"Maria, antar pangeran pertama ke kereta kudanya..." pinta lyvette.
" Tapi nona, anda-
" kerjakan saja Maria..." ucap Lynette dingin.
Sepeninggal Maria dan Erkas. Lyvette menatap langit taman itu.
" Apa aku mengulang waktu?...yah sihir memutar waktu memang ada namun...setahu tidak ada satupun yang berhasil melakukannya..."
Lyvette menatap kedua telapak tangannya sejenak. Masih terbayang di pikirannya detik detik Kematian yang menghampirinya.
Saat Lyvette sibuk dengan pikirannya. John kepala pelayan keluarga Zelevanya datang membawa sebuah surat.
" Nona muda...ada surat dari yang mulia pangeran kedua Abellius Froqdium By. "
Lyvette langsung menoleh pada John.
" surat...?..."
John menyerahkan surat yang tersegel itu.
" Yang mulia Kaisar meminta Tuan Grand Duke untuk menjadikan anda sebagai teman bermain keluarga Kekaisaran."
Lyvette menghela nafas panjang dan mengangguk mengerti.
"Baiklah...aku akan mempertimbangkannya."
Jonh menatap gadis itu datar.
" mohon maaf Nona..tapi saya ingin bertanya apa anda akan langsung menolak surat pangeran kedua karena pangeran pertama Erkas sudah menjadi teman anda?.."
Lyvette terdiam sejenak dan tersenyum manis pada John.
" Entahlah....aku belum memikirkan siapa yang akan menjadi teman belajarku... mungkin kau akan menantikannya..."
Beberapa hari kemudian Lyvette mendapat panggilan ke ruang kerja Ayahnya setelah ia selesai kelas Sihir. Saat perjalanan kesana Lyvette terkejut saat merasakan seseorang memeluk pinggangnya dengan erat.
" Diego?!..." serunya.
Anak laki-laki berumur 8 tahun itu tertawa lepas dan terus memeluk Lyvette.
" Kakak...kau akan. Ke ruangan ayah....?"
Lyvette mengangguk. "iya benar.. memangnya ada apa ?"
Diego tersenyum manis dan mendekat ke telinga Lyvette.
"apa itu tentang gelar pewaris ?"
Lyvette terdiam. Gadis itu menatap Diego sejenak kemudian tersenyum manis sambil mengusap rambut anak laki-laki itu dengan lembut.
" Tentu saja tidak. Kau tahu bukan aku tidak tertarik menjadi kepala keluarga... tenang saja posisimu aman adik kecilku..."
Diego tertawa lepas.
" Kakak...aku tahu itu tapi bukannya menurut para bangsawan Ducy kakak pantas untuk gelar itu?....apa kakak tertarik dengan posisi ratu di masa depan? "
Lyvette tersenyum tipis dan seketika aura mana gadis itu membuat tekanan di sekitarnya.
" Adikku tersayang....kau tahu kan kakakmu ini seorang jenius sihir yang tidak tertarik pada posisi itu....jaga ucapanmu Diego.."
Lyvette melangkah pergi menuju ruangan kerja Grand Duke. Meninggalkan Diego yang terengah-engah setelah terlepas dari aura sihir sang kakak.
Diego melirik seseorang yang berdiri sejak tadi di tikungan koridor.
" Kau terlalu menjijikan untuk menguping pembicaraan berhargaku dengan kakak tersayangku..."
Mata emas dan rambut hitam mengkilat dengan senyuman menawan dan dingin. Diego membenci siapapun yang berani mendekati sang kakak tersayang untuk memanfaatkannya.
Termasuk...Si pengubah takdir.
Anak laki-laki berumur 12 tahun itu tertawa kecil dan berdiri di hadapan Diego.
" Abellius Froqdium By menyapa Tuan muda sang pewaris Grand Ducy Zelevanya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
The villainess behind gory crown
Fiksi IlmiahSaat semua kebaikan dibalas pengkhianatan, semua orang akan menjadi penjahat dan seorang gadis yang hidup untuk keluarganya malah dihancurkan maka balas dendam adalah jalan yang akan ia tempuh.. Tunangannya.. sahabatnya dan para pengikutnya berkhia...