Pupuk Organik🌱🌿

18 1 0
                                    

"Ready ya? And.. action!"

Setelah Kilat menekan tombol start. Mereka memulai part awal video pembuatan pupuk organik. Yaitu perkenalan.

Gadis berambut biru bergelombang memperkenalkan diri duluan,
"Halo semua. Saya Aurora."

Dilanjut Kilat, Sandikala, Halo, dan yang terakhir Fatamorgana.

"Nama saya Fatamorgana. Bisa dipanggil Zayn Malik." Morga mengusap rambutnya ke belakang.

Pecah.
Mereka semua menahan tawa dan sialnya berakhir tertawa keras. Kasian Sandik yang dari tadi badmood menangani kerandoman teman karibnya. Dia sudah muak.

"Baiklah. Mari kita ulang. Morga, ini serius. Aku tidak ingin kau bercanda Morga.. dan kau juga Kilat." Aurora memperingatkan.

"Aku?"
Kilat kebingungan, mencari letak kesalahannya.

"Ya, kau tertawa paling keras dari yang lain. Tidakkah itu konyol? Ayolah.." sahut Sandik yang muak.

Kilat membungkam dan bergumam hampir tak terdengar,
"Baiklah.. aku minta maaf."

---

Kami mengulang video perkenalan sekali lagi. Syukurlah dapat berjalan dengan lancar dan lebih baik.

Kami langsung memakai sarung tangan kebun Halo, memakai sepatu boot hijau, dan memakai topi kebun maroon bundar Halo.

Mengapa Halo? Karena.. kami memang sedang berada di halaman kebun milik Keluarga Halo. Halamannya sangat luas. Di bagian kiri diisi sayur mayur yang belum masak, tetapi sudah terlihat gempal buahnya.

Di sisi kanan, ada semak bluberi yang dimana ternyata tak nampak buahnya!

"Kemana perginya bluberi, Halo?" tanya Fatamorgana sambil membantu Halo memilah sampah sisa buah busuk dan daun kering.

Halo menyipitkan mata, cahaya matahari seperti lightsaber. Menusuk.
"Bluberi belum musimnya. Keluargaku juga belum menanamnya kembali."

"Lalu semak ini?"

"Itu sudah ku panen sejak lama."

---

Kilat berlari-lari mengitari pohon kesemek. Entah angin apa yang membuat laki-laki 14 tahun itu girang. Nampaknya, kebun yang dipenuhi buah berwarna cerah membuat hatinya senang? Mungkin saja?

Sandik melempar ranting kecil ke Kilat.
Anak girang itu terkejut kemudian terpeleset. Ranting itu benar benar mengganggu kesenangannya. Sandik melangkah mendekati Kilat yang tersungkur, wajah Kilat bercoreng tanah dan dua tiga rumput menempel di wajah putih kelabunya.

Sandik berjongkok. Ranting yang ia lempar terinjak dan berbunyi krek ringan karena dipijaknya.

Sandik terkekeh,
"Bisakah kau.. untuk kali ini saja. Diam. Kita bukan sedang bersenang senang liburan, Kilat. Kita ingin mengerjakan tugas."

Kilat melepeh rumput yang ia tak sengaja makan. Cuh!
"Aku hanya berlari saja dan tidak membuat konflik disini. Masa gitu aja dilarang!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

6 OPTIK AJAIBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang