67 - Siap-siap

420 59 22
                                        

.

.

"Siap-siap, Zhafran. Akan ada kericuhan di pengadilan nanti."

.

.

***

Televisi menyala ba'da Isya di ruang duduk tempat suluk. Hanya ada Zhafran dan Mahzar di sana.

Layar menampilkan konferensi pers yang digelar di sebuah rumah sakit. Beberapa orang pria mengenakan jas putih khas dokter, duduk di depan mikrofon. Seorang di antara mereka, menjadi juru bicara.

"Tim forensik telah menangani jenazah korban yang bernama Johan. Saat ditemukan, awalnya mayat dalam kondisi sangat baik. Terutama bagian wajah, sehingga langsung dapat dikenali ketika ditemukan oleh pihak kepolisian. Namun tepat setelah proses autopsi selesai, mayat korban membusuk dalam waktu singkat. Sore ini jenazah telah kami serahkan kepada pengurus gereja terdekat dari tempat tinggal korban, karena menurut pihak kepolisian, korban tidak lagi memiliki keluarga."

Mahzar menonton berita sambil makan camilan kacang sambal balado. Sementara Zhafran menatap lurus ke layar televisi.

"Kasian banget. Mati sendirian, gak punya keluarga, dibunuh pula. Bukan cuman ditembak, tapi ditenggelamkan di sungai. Kalau bukan karena air meluap, jasadnya mungkin belum ditemukan," komentar Mahzar.

"Ya. Bisa dibilang, dia beruntung. Sangat beruntung," gumam Zhafran dengan tatapan menerawang. Zhafran melihat pria bernama Johan itu, dalam mimpi. Dalam mimpinya, Johan ditimpa batu besar. Lalu ada Yunan dan Syeikh Abdullah di dasar sungai, di dekat pria malang itu. Zhafran bahkan bisa mendengar suara sholawat yang dibaca Yunan berulang-ulang. Bergema, menyatu dalam molekul-molekul air.

Layar televisi berubah, menampilkan pembawa acara berita malam.

"Publik dikejutkan dengan perngakuan Ustadzah Raesha Akhtar dalam sidang kemarin di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Setelah minimnya informasi dari pihak kepolisian kepada media tentang kronologis penyusupan tersangka Sobri ke rumah Ustadzah Raesha, akhirnya terungkap penyebab dari luka tersangka yang ternyata berasal dari cairan racun arsenik yang disiram oleh Ustadzah Raesha, dengan alasan untuk membela diri dan juga melindungi Syeikh Yunan Lham yang saat itu sedang berkelahi melawan tersangka. Saat didesak oleh pengacara tersangka, Theo Hayden, Ustadzah Raesha mengakui bahwa --"

Mahzar menggelengkan kepala. "Kayaknya, sampai seminggu ke depan, mereka bakal mengulang terus berita ini," kata Mahzar dengan mimik prihatin.

"Bisa jadi," sahut Zhafran mengangkat bahu.

Mahzat menoleh ke teman bicaranya yang duduk di sampingnya. "Kok jawabnya singkat-singkat gitu, Ustaz?"

"Maunya gimana?" balas Zhafran sebelum membuka tutup toples camilan di meja.

"Panjangan dikit kek, jawabnya," ucap Mahzar manyun.

Zhafran melengos. "Bisaaaaa jaaaa-diiii," ulang Zhafran, sengaja memanjangkan jawabannya.

Mahzar hanya merespon dengan tatapan malas. Pria itu meraih ponselnya dan membuka medsos, tempat di mana tagar 'Ustadzah Raesha' menempati nomor dua teratas. Hanya kalah oleh gosip panas perselingkuhan artis yang menduduki peringkat satu.

Netizen ramai berselisih terkait pengakuan Raesha yang menggegerkan saat persidangan.

Bener-bener gak nyangka. Ustadzah Raesha sengaja nyimpen racun arsenik, awalnya buat balas dendam ke pelaku pembunuh suaminya.

Kalo menurutku sih, manusiawi kok. Kalau aku punya suami kayak Oppa, lalu suamiku dibunuh cecunguk model Sobri itu, sesabar-sabarnya aku, pasti terlintas pikiran mau balas dendam. Sayang banget, kenapa itu si racun gak diminumin paksa aja ke Sobri. Ck.

ANXI EXTENDED 2 (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang