13. Kembali Rapuh

35.7K 1.5K 630
                                    

—Bahkan orang yang sangat dipercaya bisa saja mengecewakan. Bukan karena jahat namun karena dia manusia.—
•Thalasa Margaretha•

~o0o~

PLAK

Tamparan dahsyat itu Thalasa terima, pagi hari yang cerah dan penuh kehangatan bagi orang-orang justru menjadi pagi penuh malapetaka untuk Thalasa sendiri.

Tamparan hebat yang berhasil menghadirkan denyutan dipipi hingga menembus sampai ke rongga telinganya membuat cewek itu terjatuh dilantai.

David~ lelaki dengan setelan jas hitam itu menatap Thalasa dengan murka. Tatapannya yang tajam itu sungguh mengintimidasi.

Melemparkan sorot mata penuh amarah pada dia yang terkapar mengenaskan di lantai.

“SUDAH BERAPA LAMA KAMU ALPHA?! SUDAH LAMA, THALASA!” bentak David, mengawali pagi Thalasa dengan bentakan dan kata serapah yang keluar dari mulutnya.

“SUDAH 4 HARI KAMU LIBUR SEKOLAH!”

Benar, terhitung sudah 4 hari cewek itu libur sekolah setelah kejadian pembulyan hebat yang ia rasakan tempo lalu. Dan selama 4 hari itu Thalasa menghabiskan masa nya di rumah sakit.

Thalasa meringis menahan tangis dibawah sana. Badannya yang remuk tak tertahankan membuatnya tak bisa leluasa bergerak. Bagian tubuhnya yang sensitif dibawah sana berdenyut nyeri dengan kaki lemas tak sanggup berdiri lama.

Kini, Thalasa sudah berada dikediaman Margaretha. Ia kembali ke rumah orangtua tirinya.

Ia dijemput sangat pagi saat dirinya sedang dalam keadaan sungguh kacau akibat ulah Zalen dan Dean. Mereka menggilir nya di rumah sakit. Kedua laki-laki biadab itu menggunakan cara licik dengan membekap mulutnya menggunakan kain kecil yang sudah diberi obat bius sehingga cewek itu pingsan.

Setelah melakukan aksi keji nya, Zalen dan Dean buru-buru kabur dan berhasil pergi dengan selamat.

Saat terbangun, tubuh Thalasa sungguh remuk seakan tulang-tulangnya patah satu persatu. Sakit luar biasa yang tak sanggup ia jabarkan.

“Saya hanya ingin kamu sekolah! Jangan terus alpha! Kamu pikir bayar sekolahmu itu gampang nggak pakai uang, hah?!” bentak David lagi. Dia sungguh emosi, menatap sang anak angkat dengan tatapan murka tak tertahankan. Ia tak suka jika Thalasa terus libur dari sekolahnya.

“Thalasa mohon. Kali ini aja, kali ini biarkan tubuh Thalasa beristirahat. Thalasa capek, pergi ke sekolah Thalasa nggak kuat!”

“Disana kamu hanya perlu belajar! Dasar anak sialan, nggak tau diri!” ucap Vanessa kemudian yang sejak tadi hanya berdiam diri dibelakang tubuh David.

“CAPEK CAPEK CAPEK! KAMU HANYA BISA MENGELUH CAPEK SETIAP SAAT, KAMU PIKIR CUMA KAMU SAJA YANG MERASAKAN ITU! SETIAP MANUSIA JUGA MERASAKAN HAL YANG SAMA JANGAN DRAMATIS!” bentak David menggelar.

Thalasa dengan kasar menyeka air matanya yang terjatuh. Ia masih setia duduk dibawah lantai dengan rasa nyeri yang terus menghantam sekujur tubuhnya.

“Pa, kali ini berbeda,” lirih Thalasa menunduk mencoba menahan sesak sambil meremas ujung jarinya.

“A—aku hampir mati di sekolah. A—apa papa dan mama lupa? A—atau kalian nggak peduli sama sekali?” Kini Thalasa memberanikan diri untuk mendongak menatap sepasang mata yang menatapnya tajam itu.

“UNTUK APA KEMBALI KE SEKOLAH JIKA PENGANIAYAAN YANG THALASA DAPAT?!”

“JANGAN MENGALIHKAN PEMBICARAAN! KAMI DI SINI MENYURUH KAMU UNTUK BERANGKAT KE SEKOLAH BUKAN UNTUK MENDENGAR OCEHAN KONYOL MU ITU!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THALASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang