08. Aksi Di Gudang

25.4K 1.3K 357
                                    

Jangan lupakan untuk vote cerita ini.
Tinggalkan jejak berupa komentar-komentar kalian🫶

Ingat, nilai seorang penulis hanya voting dari kalian. Jika kalian suka, vote cerita ini.

Dan jika kalian suka juga, share cerita ini ke teman-teman kalian🫶🫶

Tandai typo!

Happy Reading 💐

~o0o~

"Jangan pernah terluka, Sa. Gue gak rela."

"Gue gak akan terluka kalo lo bakal selalu ada buat gue."

"Tentu. Sampai kapanpun itu, sekarang atau dimasa depan. Gue bakal selalu ada buat lo, nemenin lo, dan lindungin lo."

"Boleh gue percaya?"

"Itu harus," ucap Kavindra tersenyum manis menampakkan bulatan pipi nya serta mata nya yang terlihat sipit seperti bulan sabit itu.

***

"ARGHHH!" jerit Thalasa. Ia menarik pergelangan tangan Thea~ memukul dengan kekuatan yang tersisa tangan  itu agar melepas rambutnya. Thalasa terus diseret, tak peduli seberapa keras permohonan yang cewek itu ucapkan.

"LEPASIN GUE THEA!"

"Dasar sampah lo," cibir Thea terkekeh pelan. Sampai akhirnya ia tiba didepan pintu gudang, cewek itu membuka dengan kasar pintu disana lalu melempar tubuh Thalasa begitu saja menyebabkan memar kecil di dahi Thalasa akibat terbentur dilantai.

Thalasa meringkuk menahan sakit. Menggepalkan tangannya kuat, cewek itu menatap jejeran orang-orang yang berdiri didepannya sekarang diambang pintu.

Kavindra, Thea, Enzi, Dean dan Zalen berdiri angkuh tepat didepannya.

Sedangkan Haikal, cowok itu memilih sibuk dengan dirinya sendiri diluar sana. Ia tidak ingin ikut campur lagi.

"Hari ini lo bahagia, bukan?" tanya Kavindra sambil membawa tangannya ke saku celana.

"Gue pacar terbaik, kan? Hadiah yang gue kasih gak main-main."

"Kenapa lo tega, Kavindra?" Suara Thalasa terdengar parau. Napasnya tersenggal, semuanya begitu menyakitkan. Kavindra yang dia kenal sekarang sungguh berbeda.

Masih terduduk dilantai dingin sana. Thalasa memberanikan diri menatap Kavindra dengan mata merahnya. Tak terlihat sebuah penyesalan bahkan rasa kasihan dari mata sang kekasih terhadapnya.

"Kenapa? KENAPA LO TEGA MEMPERLAKUKAN GUE SEPERTI INI?!" jerit Thalasa kemudian menunduk menahan tangis.

"Gue pacar lo. Kenapa lo tega, semurahan itukah gue di mata lo?" cicit Thalasa tak sanggup menahan tangisnya.

Dia sungguh malu. Dirinya tak sanggup lagi dengan semua tindakan tak manusiawi dari Kavindra.

"SAKIT!" teriak Thalasa saat rambutnya kembali ditarik. Tapi bukan ulah Thea kali ini, melainkan Enzi. Ia melototi Thalasa sambil mengeraskan rahangnya. Ia menarik rambut Thalasa dengan kuat, membuat dengan paksa cewek itu mendongak.

"Lo emang dari dulu udah jadi sampah Thalasa! Gak usah sok-sokan si paling tersakiti! Harusnya lo bersyukur Kavindra masih mau sama lo," ucap Enzi penuh penekanan sambil menguatkan jambakannya.

"LEPASIN GUE! KALIAN GAK BERHAK MENGHAKIMI GUE SEPERTI INI!"

"GAK BERHAK?! JUSTRU GUE BERHAK! GUE YANG LEBIH BERHAK NGELAKUIN INI TERHADAP LO, ANJING!" teriak Enzi menggelegar.

THALASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang