𝐂𝐡𝐚𝐩. 08

17 5 2
                                    

Bau tanah yang lembab menyusup di antara makhluk yang ada, orang bertudung tersebut mengelus kepala makhluk biru yang terbang di dekatnya. Kerja bagus, sekedar pujian yang membuat makhluk itu terbang kemana-mana.

Angga mengeluarkan pedang, memajukan kaki kanannya ke depan, dan mengarahkan bilah pedangnya ke orang di depannya. "Siapa kau?"

Orang tersebut terdiam, ia mengeluarkan sebuah buku yang memiliki lukisan sebuah kompas di sampulnya. Ia hanya menunjukkannya kepada mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh.

Tanpa mereka sadari, Iyan telah berada di belakang pohon yang dekat dengan orang tersebut. Ia memberikan sinyal kepada Angga. Angga dengan cepat melempar pedang miliknya ke bahu orang tersebut sementara Iyan mengambil buku tersebut dari tangannya.

Orang tersebut terjatuh dan memperlihatkan wajahnya, seseorang dengan rupa yang sama, suara yang sama, mengapa orang ini ada disini?

"Sia?" dengan nada yang khawatir, Angga mengulurkan tangannya. Namun, seketika gadis tersebut melemparkan serbuk berwarna hitam ke arah mata mereka. "Warden."

"SIALAN- GUE GA BISA NGELIHAT APA-APA!" Adif memegang kedua matanya karena rasa perih yang luar biasa.

"AKHHHHHH- Ang... kenapa ada cairan hitam yang keluar dari mataku...." Nama mengusap matanya berulang kali. Mereka berempat satu per satu tumbang ke tanah, seakan-akan mereka dimakan oleh kegelapan yang ada.

Suara kicauan burung dan terik matahari yang membuat mata mereka terasa hangat.

"Hmmm? Apakah mereka mati?" suara anak laki-laki. Ia memegang ranting dan menusuk-nusuk pipi Adif.

"Ughhh jangan sentuh gue-" mengigau. Anak itu kemudian mengalihkan tangannya ke arah busur di dekatnya dan mulai memainkannya. Seketika Adif terbangun dan mengambil busur tersebut dari anak itu. "Ini bukan maenan bocah sialan."

"Eh- kau masih hidup ternyata."

"Memangnya siapa yang ingin mati, hah?"

Nama juga perlahan bangunn, ia mengusap matanya kembali. Tidak ada cairan hitam sama sekali, ia meraba bajunya, melihat tangannya dengan serius, sama sekali tidak ada.

"Kakak-kakak ini ... kalian cosplayer ya?"

EH? Apa? Tunggu dulu, bagaimana bisa kata cosplayer ada di zaman primitif? Batin Adif.

Mereka berdua langsung melihat ke sekitaran mereka, mereka berada di tempat kemah mereka dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berdua langsung melihat ke sekitaran mereka, mereka berada di tempat kemah mereka dulu. Ada tenda-tenda yang terpasang, tidak jauh dari mereka. Bocah laki-laki di depannya juga memakai pakaian simpel yang hanya ada di zaman modern.

"Kita kembali? Bagaimana bisa-" perkataan Nama tersendat saat bocah itu kemudian mengambil tongkat miliknya.

"Hei- itu bukan mainan." Nama dengan cepat menarik kembali tongkatnya dengan sihir pemanggil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DaydreamingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang