12

1.4K 132 6
                                    

PERUT Ricky semakin membesar karena dia sudah memasuki bulan ke delapan. Dia sudah menghentikan semua aktivitas yang mengharuskannya untuk banyak bergerak seperti bekerja dan kuliah, dia bahkan tidak pernah keluar rumah sejak bulan ketujuh karena Gyuvin melarangnya.

"Gyu, bantuin bangun dong."

Salah satu ujian terbesar Ricky adalah ketika bangun tidur, dia kesulitan untuk bangun karena perutnya sudah besar.

Perutnya benar-benar sangat besar, bahkan lebih besar dari orang yang hamil yang memasuki usia kandungan delapan bulan.

Mereka sudah sepakat untuk tidak melakukan USG karena ingin bertaruh dengan jenis kelamin anak mereka.

Gyuvin menebak anaknya adalah perempuan karena Ricky sering terlihat menggunakan make up dan memakai pakaian yang modis. Sedangkan Ricky merasa bahwa anaknya laki-laki karena Ricky selalu merasa ingin balapan, mengajak Gyuvin berkelahi, dan juga mendominasi Gyuvin.

Bisa kalian bayangkan bagaimana sulitnya menjadi Gyuvin bukan?
















"Jangan kemana-mana ya, Pa. Di rumah aja, lakuin apa aja asal jangan kerja yang berat. Nanti bentaran orang tuaku bakalan dateng buat jagain kamu." Gyuvin mengecup kening Ricky sebelum benar-benar pergi pergi.

Ricky sudah tak lagi mempermasalahkan panggilan yang Gyuvin berikan, bahkan terkadang dirinya akan kecoplosan memanggil Gyuvin dengan sebutan 'Ayah'.

Beginilah kehidupan Ricky sekarang, dia dilanda kebosanan karena kepergian Gyuvin. Dia terus menatap fotonya dengan Gyuvin lalu tersenyum, dia mengusap foto tepat pada bagian wajah Gyuvin.

"Laki gue ganteng banget." Gumam Ricky.

"Nak, tenang aja. Kamu gak akan malu pas lahir karena Papa sama Ayahmu cakep, tapi mukamu harus mirip sama Papa ya? Papa yang capek-capek jagain kamu selama sembilan bulan." Gumamnya sambil mengelus perutnya yang sudah sangat besar dengan tanda disekitaran perut.

Ricky tersenyum ketika melihat perutnya seperti ditusuk dari dalam. Bayinya bergerak, dia senang setidaknya dia tau bayinya sehat. Dia tak bisa membayangkan sebesar apa bayinya dengan Gyuvin.

"Kamu makan tempat banget, perut Papa sampe sebesar ini. Pasti pipi kamu kayak bakpao, ayo cepet lahir biar Papa sedot pipinya."

Ricky kemudian menyalakan TV untuk menonton sesuatu menghilangkan bosannya.















Siang ini rumah sudah sangat ramai karena kehadiran mertua dan teman-temannya. Bahkan Minji dan Wonyoung pacarnya juga ada.

"Kamu gak boleh nakal ya, jangan bikin Papa kamu kesusahan. Bentar lagi kamu bakalan lahir, nanti aunty ajarin main bola kalo kamu laki-laki, nanti kalo perempuan bakalan diajarin pake make up sama aunty Wony." Minji mengelus perut Ricky.

"Rick, kaki lu bengkak banget. Lu gapapa?" Tanya Minji sambil memperhatikan kaki Ricky yang membengkak dan memerah.

"Gapapa, mungkin perut gue terlalu berat makanya jadi bengkak kaki gue."

"Jangan dipijet ya, gak boleh sembarang pijet." Wonyoung mulai bergabung dalam obrolan.

Ricky mengangguk saja lalu mereka mulai mengobrol lebih lanjut karena Wonyoung memang seorang anak dokter kandungan yang pastinya dia juga tau tentang kehamilan walaupun tidak banyak.

Setelah beberapa jam mereka bertamu, semua akhirnya pulang juga. Menyisakan Ricky sendiri yang kembali dilanda kebosanan karena Gyuvin belum juga kembali dari tempat kerja.

Ricky mendengus sebal mengingat perkataan Minji kalau nama Ricky masih disebutkan dalam kelompok tugas padahal dirinya sudah mengambil kelas online dan akan mengerjakan tugas lewat internet saja.

"Besok gue kudu ke kampus kalo gini mah." Ucap Ricky sebelum dirinya beranjak masuk untuk mencari pakaian kuliahnya besok.


















"Serius kamu gapapa? Kalo gak nyaman biar aku bilangin dosennya ya biar kamu gak usah ikut. Aku bayar berapa aja buat tugas kamu." Tanya Gyuvin memastikan kalau suaminya benar-benar ingin ikut kelas.

"Gapapa, gue cuma hamil bukan sakit berat anjir." Ucap Ricky sebelum bersusah payah menggeser tubuhnya untuk keluar dari mobil milik Gyuvin.

Gyuvin ikut keluar dari mobil. Dia akan mengantarkan Ricky dan memastikan bahwa prianya sudah duduk dengan nyaman di tempat duduknya.

Semua mata mengikuti setiap langkah Gyuvin dan Ricky. Setiap ada anak tangga, Gyuvin selalu siaga memegang tangan Ricky dan membantu pria itu menaiki tangga.

"Gimana? Ada yang sakit gak? Kalo ada kita balik aja ya?" Tanya Gyuvin lagi membuat Ricky memutar bola matanya malas.

"Udah sana pergi kerja, gue bisa sendiri. Tapi nanti jemput ya, hehehe..."

Gyuvin hanya tersenyum lalu mengangguk saja, dia mengecup kening Ricky sebelum berpamitan pergi. Sebenarnya dia agak khawatir, melihat kondisi perut Ricky yang membuat kakinya menjadi bengkak dan memerah.

Bahkan saat kerja, Gyuvin terus mengirimkan pesan pada Ricky dan memastikan bahwa lelaki itu baik-baik saja di kampus.

Hari Ricky menjadi sedikit lebih berat ketika berada di kampus dalam kondisi hamil besar, tau kan bagaimana berisiknya ucapan orang yang mengomentarinya ketika dia melewati orang-orang itu?

"Eh, Rick? Emangnya lu gak ngerasa aneh ya masih kesana kemari pas lagi hamil besar? Kalo gue jadi lu sih bakalan malu jadi cowok yang bisa hamil. Soalnya itu aib bang-"

"Ya ngapain malu jir, yang penting gue gak hamil di luar nikah kayak lu." Ucap Ricky sebelum pergi meninggalkan wanita yang mati-matian menahan malu itu.

Lagipula siapa suruh lancang? Apalagi targetnya ini Ricky Shen yang sedang hamil.

"Rick, perut lu gede banget. Bayi lu segede apa nanti."

Minji langsung mengelus perut Ricky saat mereka tak sengaja bertemu di depan.

"Pasti gede banget nih, buruan lahir biar ketemu aunty Minji." Ucap Ricky sambil mengelus perutnya.

"Lu gak coba usg buat tau jenis kelaminnya, Ky?" Tanya Minji dan dibalas gelengan dari Ricky.

"Biar surprise aja gak sih? Yang penting gue gak lalai jaga kesehatan bayi dalam perut."

Minji hanya mengangguk lalu kemudian berpamitan saat kendaraan online yang dia pesan sudah datang.

Ricky masih setia menunggu Gyuvin, sepertinya pria itu sangat banyak kerja atau mungkin ada keperluan di kampusnya.

Umur panjang untuk Gyuvin karena baru saja dibicarakan sudah terlihat mobilnya. Gyuvin berhenti tepat di halte tempat Ricky duduk sambil menyeruput es miliknya.

Gyuvin keluar dan menghampiri Ricky lalu mengecup dahi prianya. "Ayo pulang, aku udah beli ayam loh!"

"Let's gooo!" Ricky langsung bersemangat mendengar kata ayam yang keluar dari mulut Gyuvin.

Begitulah kegiatan mereka berdua selama beberapa minggu sebelum Ricky mengeluh sakit perut luar biasa.














double update ya, nih biar semangat abis libur. Gue gak sabar ini tamat trus sambung ff baru lagi, udah jalan 3 chapter gue buatnya, semoga wattpad gak error. Semangat buat besok, yang gak ada semangat-semangatnya bakal dicoret dari kartu keluarga Kim-Shen

Nikah Kontrak | Gyuicky/ShimkongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang