Flower and happiness.

31 10 0
                                    

Suara musik terdengar dari radio yang Chelina nyalakan, mengalunkan lagu favoritnya bersamaan dengan nyanyian burung-burung kecil di pagi hari. Samar-samar cahaya dari luar melewati jendela, menerobos masuk ke kamar Chelina dengan indah menyoroti tiap sudut ruangan, menambah penerangan di kamar apartnya yang bernuansa biru putih dengan gambaran hewan laut tertata rapih di setiap sisi dinding. Jarum jam mengisyaratkan waktu saat ini adalah pukul 8 pagi. "Yah, warna putihnya abis." Chelina mendengus kesal, rupanya gadis itu sedang melukis pemandangan langit yang memang sangat ia sukai sejak kecil. Namun baru setengah bagian canvas yang terlukis, ia kekurangan warna yang dibutuhkan. "Alamat ke toko cat ini namanya."

Chelina mengambil hoodie putih dan mengganti celana pendeknya dengan training abu-abu muda yang tergantung pada lemari pakaian minimalisnya, segera meraih scrunchie biru muda di atas meja nakas dan mengikat rambutnya dengan benda lingkaran itu, Chelina membawa uang lebih karena takut akan harga yang naik. Ia tidak peduli pada penampilannya saat ini, buru-buru Chelina keluar dari apartnya dan menutup pintu. Gadis itu tidak perlu mengunci pintunya dengan kunci gantung yang harus dia bawa kemana-mana, apartemen yang ia tempati menggunakan password-lock door, memudahkan Chelina yang ceroboh.

kini Chelina berada di dalam lift yang sedang turun menuju ke lobby apart, dentingan bel berbunyi, pintu lift terbuka dan ia mulai melangkahkan satu persatu kakinya kedepan, meninggalkan gedung itu. Setengah perjalanan Chelina lalui, ia melambatkan langkahnya, menikmati setiap suasana di jalanan yang sedikit ber-embun karena hujan yang turun semalaman. Udara yang segar dan sejuk tidak membuat Chelina kedinginan karena pakaiannya yang tebal, serta keramaian orang-orang yang sedang melakukan kegiatan pagi seperti senam, berlari, cardio, membuat suasana semakin terasa sempurna.

"Kak, mau beli ini nggak? Lima ribu aja, kok." Chelina menoleh ke arah suara yang memanggil dirinya, Chelina mendapati anak kecil yang parasnya seperti anak berumur 6 tahun, sedang menawarkan bunga mawar yang ia jual di hadapannya. Tinggi anak itu hanya sebatas pinggang Chelina, "Boleh, bunganya cantik banget, kayak kamu." Chelina tertawa dan tersenyum, begitu juga dengan anak kecil yang Chelina puji. "Aku mau 5 ya." Ucap chelina kepada anak kecil yang memegang keranjang bunga tersebut. "Wah, beneran kak? Makasih banyak!" Anak kecil itu dengan riang dan gesit mengambil lima tangkai bunga mawar dari keranjang yang disangkutkan di tangan kecilnya. "Ini bunganya, bonus buat kakak satu, soalnya kakak juga sama cantiknya kayak bunga ini." Anak kecil itu tersenyum. Mereka tertawa kecil, "Makasih ya." Chelina mengelus kepala anak itu, "Ini duitnya, nggak usah kembali, kamu simpen aja, oke?" Chelina memberi selembar uang kertas berwarna biru kepada anak itu, "Iya kak, makasih banyak!" Anak kecil itu berlari menghampiri sang ibu yang juga sedang berjualan bunga di gerobak kecilnya, meninggalkan Chelina dengan tangannya yang penuh bunga. Namun, bukannya Chelina menyimpan bunga yang ia beli untuk dirinya sendiri, gadis tersebut memilih untuk membagikannya kepada orang-orang yang berlalu lalang di jalan itu, seperti anak kecil dengan orangtuanya, pedagang kaki lima, dan kumpulan gadis kecil yang sedang bermain. Menyebarkan senyuman kepada orang-orang adalah salah satu kebahagiaan Chelina.

Cahaya matahari yang hangat kini menyoroti bumi, "Kok panas?" Chelina melihat jam tangan di pergelangannya. "HAH, UDAH JAM 9? PERASAAN TADI MASIH DINGIN!" Teriaknya dalam hati, mata Chelina terbelalak, ia hampir lupa tujuan utamanya. Dengan kalang kabut Chelina berlari menuju toko cat tersebut, sesampainya disana, Chelina yang tadinya terburu-buru kini berubah, wajahnya tampak kecewa, rupanya toko tersebut tutup.

Na-ttheo & the forgotten oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang