Langit sudah tidak menunjukkan cahaya matahari lagi, jam memberitahu bahwa kini sudah pukul 7 malam. Chelina duduk di depan meja belajar minimalisnya, ia terpikirkan untuk membuat buku diary di masa SMA nya agar tiap-tiap momen dapat diabadikan disana. Chelina mulai menggenggam pulpen favoritnya, mengisi halaman dengan coretan tangan Chelina di buku bersampul warna pink dengan stiker kelinci di tengahnya. Tak lupa ia menyetel salah satu lagu favoritnya di handphone, Line Without A Hook, dari Ricky Montgomery. Tentu saja memakai earphone jika tidak ingin tetangga marah karena terganggu. Gadis itu menikmati setiap waktu dan lagu yang menghapus sunyi saat menulis diary pertamanya itu, ia bisa sepuasnya mengungkapkan isi hati dan emosinya di dalam buku. Kebetulan, Chelina memang tidak suka menceritakan masalahnya kepada siapapun, karena sekali ia bercerita, dia menjadi oversharing dan menguak semua ceritanya walau tidak ada yang peduli sekalipun. "Segini aja deh, buat hari ini."
Tidak lama setelah selesai menulis diary pertamanya, Chelina dikejutkan dengan bunyi notif pesan yang muncul, salah sendiri ia menyalakan lagu dengan volume yang begitu keras dengan memakai earphone. "Hah? Ini siapa, penipuan kah." Saat Chelina melihat nama yang tertera di kontaknya, ternyata si kadal yang mengiriminya pesan.
Chelina menghela nafasnya sebelum merebahkan diri ke kasur, menatap lukisan lukisan hewan laut yang dibuat oleh tangannya sendiri. Ia sedang memikirkan Gita, memang Mattheo sepenting itu di mata Gita? Sampai-sampai Chelina membuatnya se marah itu. Tapi, pikirannya teralihkan oleh laki-laki yang menolongnya pertama kali di sekolah itu, masih tidak mengetahui siapa laki-laki yang menolongnya tadi pagi. Chelina memutuskan untuk menanyakan hal ini pada Ranaya, mereka sudah bertukar nomor di kantin saat itu.
Chelina menunggu balasan dari Ranaya selama satu menit, namun tak kunjung mendapat pesan darinya. Chelina memutuskan untuk membuat kopi karena ia berencana akan begadang malam ini, menonton drama korea kesukaannya. Notif pesan masuk saat ia sedang mengaduk kopi, ia meraih handphonenya di sebelah gelas kopi itu.
Benar juga kata Ranaya, Chelina memang ceroboh. Gadis itu menepuk jidatnya, lagi. Ia segera mengirimi pesan pada Mattheo untuk menanyakan nama
lelaki yang ia temui pagi itu. Menggerakkan jari-jari lentiknya diatas layar.Theo? Theo lagi? Sekarang ada dua Theo yang dikenali oleh Chelina, Mattheo si kadal, dan Theo si ketua basket. "Harus kasih apa ya buat tanda terimakasih..." Chelina bergumam, "oh iya!" Chelina pergi ke dapur dan mengambil tepung, telur, dan lainnya. Chelina ahli dalam membuat cookies coklat yang diajarkan oleh neneknya saat Chelina masih kecil. Dia mengaduk, memanggang, dan membungkus cookies yang dia buat dengan rapih dengan plastik yang diikat pita berwarna merah muda. Menyimpannya di kamar agar tak lupa membawanya untuk esok hari. Jam memberitahu kini sudah pukul 11 malam, "Eh, drakornya!" Chelina hampir lupa menonton drama koreanya. Setelah membersihkan dapur, ia beranjak ke kasur dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut hangat yang dibelikan kakeknya dulu. Menyetel drama koreanya dan menonton sampai ia tertidur lelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Na-ttheo & the forgotten one
Romance"Sama gua aja Chel." "No no no, mending sama gua Na, ayo!" "Satu-satu dong!" Susah nggak sih, temenan bertiga tapi yang dua sama-sama nggak mau ngalah? SUSAH! Chelina dihadapkan dengan dua lelaki yang satu berjiwa introvert dan satunya extrovert...