Jisung sedang berbelanja bulanan sendiri seperti biasanya. Namun kali ini ia bertemu dengan sahabat dekatnya, Changbin.
Akhirnya Changbin menemani Jisung berbelanja dan Jisung mengajaknya untuk duduk bersantai sejenak.
Ia memantapkan hatinya untuk berbagi cerita kepada Changbin. Jisung menceritakan semua yang terjadi waktu dirinya bertemu Haewon dan juga panggilan telepon Minho.
"Bener gitu?"
"Iya, Bin. Tapi aku nggak mau mikir yang aneh-aneh dulu"
"Ya kalo maumu gitu gak masalah, tapi aku bingung Haewon tau namamu dari mana?"
"Ah, iya juga, aku nggak kepikiran. Tapi aku yakin Minho nggak banyak cerita tentang aku ke temen-temennya"
"Mungkin Minho cerita secara pribadi pada Haewon?"
"Aku nggak tau, Bin. Tapi boleh nggak kalo aku ngerasa cemburu, nggak enak hati"
"Ya boleh. Perasaan kamu valid kok. Dia suamimu meski keadaan kalian nggak baik-baik aja"
Tiba-tiba Jisung menggenggam tangan Changbin yang berada diatas meja. Changbin melihat tatapan mata Jisung yang menyiratkan kesedihan disana.
"Bin, gimana kalau suatu saat aku ngerasa capek sama hubungan kami? Padahal aku yang mau, aku yang selama ini mempertahankan pernikahan ini"
"Kamu pikirin itu mateng-mateng ya, Jisung. Jangan ambil keputusan saat emosimu nggak stabil. Jangan ragu buat berbagi cerita ke aku kayak gini. Siapa tau aku bisa bantu kamu nemuin jalan keluar"
"Pernikahan ini juga mama Minho yang minta, apa nanti aku bakal ngecewain beliau ya?"
"Jisung, mama Minho diatas sana pasti ngerti kok. Beliau orang baik"
Jisung nampak menyeka air matanya yang menetes dengan tisu. Lalu ia menatap Changbin dengan senyuman manisnya.
"Terima kasih, Changbin"
"Iya, sama-sama. Jangan kamu pendam sendiri masalahmu ya? Harimu sudah sangat berat"
Jisung menganggukkan kepalanya. Lalu ia berpamitan pada Changbin untuk segera pulang dan menata barang-barang belanjaannya.
Sebenarnya Changbin sudah menawari untuk mengantarkannya pulang, namun Jisung menolak seperti biasanya.
Changbin memahami meski Minho bersikap seperti itu, namun Minho tak suka jika Jisung dekat dengannya.
Changbin sedikit memahami jika mungkin saja masih ada cinta pada hati Minho yang masih tertutup kebencian untuk Jisung. Ia hanya berharap suatu saat nanti Jisung dan Minho bisa bersatu seperti dulu dan hidup berbahagia.
Semoga saja.
Setelah menata barang belanjaannya, Jisung berencana untuk bersantai sejenak sebelum memasak makan malam nanti.
Ia menonton televisi yang sangat jarang Jisung nyalakan. Karena ia tak begitu menyukai acara televisi, baginya itu sedikit membosankan.
Biasanya Jisung lebih memilih menonton film ataupun drama, tapi entah mengapa kali ini ia ingin menonton acara lokal di salah satu channel televisi.
Jisung berdiri melangkahkan kakinya untuk membuat teh hangat, ia samar-samar mendengar berita tentang perselingkuhan artis.
Ia hanya menghela nafasnya. Pikirannya kembali pada sosok suaminya, Minho yang bertingkah aneh dimata Jisung.
Jisung kembali duduk dan menonton acara televisi. Tak lama kemudian ponselnya berdering, ia meraih dan melihat ada notifikasi pesan dari Minho.
Siapkan makan malam nanti, aku pulang cepat. Apapun yang simple saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miserable • [Minsung]
FanfictionMasa lalu yang sangat buruk jadi satu-satunya alasan Minho untuk membenci Jisung. Namun kali ini Jisung telah memberi semuanya untuk Minho, berbagai cara ia lakukan agar Minho luluh dan mau menerima kehadiran dan juga cintanya. warning!: -bxb -🔞 -h...