PROLOG

5 1 0
                                    

Gaissss mimin cuma mau ngingetin kalian ya, cerita ini kelanjutan dari cerita mimin yang 02.59 , kalo belum baca kalian cari aja dilapak mimin okey, biar kalian paham alur dicrita ini.
.
.
.

happy reading gesss😉😉

♛┈⛧┈┈•༶༶•┈┈⛧┈♛

"sebelum meninggal Gio titip ini sama mama, mama gatau isinya apa, nanti kamu baca sendiri ya?"

Anya menoleh saat dirinya merasa ada yang menepuk pundaknya dari belakang.

Sinta memberi senyum sembari duduk disamping Anya. beliau mengelus surai putrinya itu dengan halus.

"nak... ikhlas ya?"

Anya yang memang dari tadi menahan tangis akhirnya pecah dipelukan Sinta, dengan tangan yang terus memeluk surat terakhir dari Gio.

semakin pilu isak tangis Anya, semakin erat pula Sinta memberikan pelukannya.

bayangkan saja, orang tua mana yang sama sekali nggak ngerasa sedih ngeliat anaknya kaya gitu?

Sinta melonggarkan pelukannya mengusap air mata yang tersisa dipipi putrinya meskipun masih dalam keadaan menangis, "sudah ya nak? biarin Gio bahagia disana. kamu juga harus ngelanjutin hidup", ucap Sinta

"jangan patah semangat nak, jangan biarin pengorbanan Gio sia-sia, dia rela mati demi sempurnanya hidupmu", lanjutnya.

entah siapa yang menaruh bawang disini, air mata Anya makin deras, hatinya begitu hancur mengingat Gio harus mati demi kelangsungan hidupnya saat ini, benar benar tidak adil!!

anya melepaskan pelukan Sinta, "mah... Anya mau sendiri dulu, boleh kan?"

Sinta mengangguk mengiyakan, beliau tau mungkin keadaan putrinya itu masih belum baik baik saja, Sinta memilih diam tanpa banyak bertanya dan langsung beranjak dari duduknya, "mama keluar dulu ya? kamu jangan aneh aneh, apalagi ngelakuin diri kamu sendiri, jangan lagi ya sayang?"

Anya mengangguk mengiyakan perkataan Sinta.

selesai Sinta keluar dan menutup pintu kamarnya Anya kembali memandangi surat terakhir dari Gio dengan perasaan yang bercampur, sedih, marah, gelisah, kecewa semuanya menjadi satu. membuat Anya tak kuasa untuk menahan tangisnya lagi, satu persatu air mata Anya turun membasahi surat yang ia bawa.

dengan air mata yang terus berjatuhan, Anya mencoba menguatkan dirinya dan perlahan membuka surat dari Gio itu.

setelah selesai terbuka, ia membaca surat itu dari bait ke bait, namun Anya terdiam terpaku dengan isi surat yang ditulis sahabatnya itu. rasanya begitu menyedihkan sahabatnya rela mati demi dirinya yang slalu mikir mati itu lebih baik.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang