Bagian 12

28 1 0
                                    

"..., tapi lo harus tahu kalau saat ini yang paling Beomgyu butuhin tuh lo, abangnya." Kalimat yang Nakyung katakan beberapa hari lalu terus-menerus terngiang di benak Renjun. Maka setelah ia menyelesaikan tugas-tugasnya di kosan, laki-laki itu mengganti pakaiannya lalu mengendarai motor milik Mama Nakyung yang kini terlihat seperti miliknya melihat seberapa seringnya ia menggunakan motor tersebut.   

Menempuh perjalanan satu jam, saat ini raga Renjun sudah berdiri di depan rumah dua lantai yang dahulu menjadi tujuannya pulang. Rumah yang berbulan-bulan tak ia injakkan kakinya di sana. Rumah yang menjadi luka terdalamnya. Rumah yang membawa benaknya pada peristiwa dan kenangan pahit pada hari itu. Hari paling kelam dalam hidupnya.  

Selama beberapa menit Renjun hanya berdiri terdiam di depan rumahnya. Dalam dirinya masih terus diliputi keraguan. Ingin mengetuk pintu warna putih di depan sana, tapi rasa takut menahan tungkainya untuk melangkah menuju pintu tersebut. 

"Bang Renjun?"

Dari kejauhan sang adik memanggil namanya dengan nada ragu sebab kurang yakin yang kini ada di depan matanya adalah kakak yang ia harap-harap segera pulang. Beomgyu baru saja pulang dari sekolah menggunakan bus sehingga ia perlu berjalan dari halte untuk menuju rumahnya. 

Perlahan ia berjalan mendekati kakak laki-lakinya. Beberapa langkah lagi untuk anak sma itu menggapai raga sang kakak. Namun, lagi dan lagi kejadian seperti ketika mereka di kedai ramen kembali terulang. Laki-laki yang lebih tua kembali dengan terburu-buru hendak meninggalkan yang lebih muda dengan motornya. Ketika motor yang dikendarai Renjun baru saja melaju, Beomgyu berbicara dengan sedikit meninggikan suaranya agar bisa terdengar. 

"Makasih bang udah mampir ke sini, Gyu selalu di sini nunggu abang pulang."

Air mata akhirnya turun ke pipi Renjun setelah adiknya mengakhiri kalimat. Kaca spion motornya memperlihatkan sang adik yang sedang melambaikan tangan dengan senyuman menghiasi wajah yang memiliki kemiripan dengan wajah miliknya. Sesak memenuhi relung dadanya. Sepanjang perjalanan kembali menuju ke indekos mata laki-laki itu terus mengalirkan air ke kedua pipinya.   

Kini Nakyung sudah berdiri di depan kamar yang ditinggali oleh Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Nakyung sudah berdiri di depan kamar yang ditinggali oleh Renjun. Lantas gadis itu mengetuk pintu. Tidak butuh waktu lama sampai pintu itu terbuka menampilkan laki-laki dengan topi hitam dan masker yang tersemat di wajah tampannya. Si gadis dengan hoodie merah muda agak heran melihat penampilan tak biasa dari yang laki-laki. Namun, dirinya cukup peka untuk tidak bertanya perihal tersebut. Dalam benaknya ia menebak ada hal yang terjadi pada si lelaki dan karena alasan itulah malam ini ia diminta untuk menemani laki-laki itu.

"Jadi kan, kita ke pasar malam?" 

"Iya, jadi. Ayo!" Jawab yang laki-laki setelah sebelumnya berdeham untuk melancarkan tenggorokan. Pasalnya dia menangis cukup lama sore tadi sehingga saat ini suaranya agak serak. Renjun melegakan sesaknya lewat tangisan. Lalu di petang hari laki-laki itu mengirim pesan melalui aplikasi pesan teks di ponselnya untuk mengajak Nakyung pergi ke pasar malam guna menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang sejak tadi sudah sangat berisik memenuhi kepala. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Are We Family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang