02. Kai Saltingan Fatthan

3 0 0
                                    

𝚂 𝙴 𝙻 𝙰 𝙼 𝙰 𝚃    𝙼 𝙴 𝙼 𝙱 𝙰 𝙲 𝙰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝚂 𝙴 𝙻 𝙰 𝙼 𝙰 𝚃 𝙼 𝙴 𝙼 𝙱 𝙰 𝙲 𝙰

"Bro, the version has a special meaning"

----------

"Ibu" Panggil Zania membuka pintu kamar sang ibu.

"Belum pulang apa ya?" Gumamnya, begitu melihat kamar itu kosong.

Zania kembali ke kamarnya, ia mengambil ponsel yang berada di meja. Beberapa saat sambungan telfon itu masih tak kunjung di jawab

Tidak lama Zania mendengar suara dari lantai bawah, ia menduga itu Kiran, lalu segera berlari keluar dari kamarnya.

Langkah Zania memelan ketika melihat Kiran yang duduk sambil memijat kepalanya. Gadis itu berdiri di belakang Kiran dan memijat kepalanya, membuat Kiran menoleh lalu tersenyum.

"Nia pulang jam berapa tadi?" Tanya Kiran

"Baru beberapa menit setelah ibu pulang" Jawabnya sambil tersenyum. "Ibu sakit, ya? Muka ibu pucet"

Kiran menggeleng dan meraih tangan Zania, "Ibu cuma pusing" Ucapnya guna menenangkan putrinya agar tidak terlalu khawatir

"Nia ambil air dan obat dulu ya"

"Ibu gak kenapa kenapa kok"

"Iya, Nia tahu. Jadi sebelum Ibu sakit, lebih baik mencegah 'kan?" Ucapnya dengan senyum manis, Kiran hanya menganggukkan kepalanya.

"Nia udah makan? Ibu gak masak, dan lupa beli makanan buat Nia" Ucap Kiran menoleh ke arah dapur

"Udah, bu. Tadi Nia sama Kai makan diluar"

"Syukur kalau gitu" Balasnya lega

Kiran menerima air dan obat yang di bawakan Zania, kemudian meminumnya. Wanita yang kini wajahnya pucat itu, menepuk sofa disampingnya, memberikan isyarat agar Zania duduk disana.

"Putri kecil ibu sekarang udah besar ya"

"Zania udah mikirin mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Kiran

"Belum, bu. Zania masih bingung" Jawabnya

"Kalau di Bandung gimana? Disana 'kan ada Oma dan Tante Vana"

Zania terdiam, ingatannya kembali pada saat keluarga dari Almarhum Ayah-nya tidak memperlakukkan Kiran dengan baik. Saat mengetahui hal itu Zania mulai menjauh, bahkan ketika mereka mencoba menghubunginya, Zania tidak membalasnya satu pun.

"Untuk menetap Nia gak bisa bu, mungkin Nia bakal masuk Universitas yang ada di sini aja" Ucap gadis itu

"Kenapa gak mau? Oma sama tante Vana itu baik, mungkin emang tidak pada Ibu, tapi pada kamu. Putri kesayangan Mantara" Ucapnya mengingat Zania yang begitu disayangi oleh keluarga suaminya.

𝐁𝐞𝐬𝐭 𝐏𝐚𝐫𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang