Prologue

11 3 8
                                    

Akar pohon tidak akan lepas dari tanahnya, manusia tidak akan lepas dari peran kehidupan.

Kesaksian besar tentang takdir, penghindar takdir, dan benang masa depan.

Mereka adalah orang-orang yang bersangkut paut dengan takdir, memiliki karunia untuk melihat, menghindar dan menjelajahi masa depan itu sendiri.

Mereka membuat peradaban yang maju saat belum masanya dan sangat sibuk untuk mengubah takdir kehidupan masing-masing menjadi lebih baik. Namun, pernahkah mereka berpikir bahwa takdir bukanlah kesalahan dunia dan pernahkah mereka mengetahui bagaimana dampak negatif pada penghindaran takdir.

Mereka tidak pernah memiliki ketidakpastian dalam hidup, selalu saja menggoyahkan keseimbangan dunia. Seakan-akan musuh terbesar mereka adalah takdir dan dunia itu sendiri.

Pelanggaran pada hukum semesta

Apapun yang tidak akan pernah dikehendaki

Menjadi satu-satunya pilihan untuk hidup lebih baik, Kata mereka.

Nasib buruk dan baik, mereka cenderung menghindari nasib buruk-memaksa untuk lebih baik dan dapat mengalahkan yang lainnya. Tak akan puas dengan segalanya, tak akan tahu seberapa dosa yang akan mereka tanggung, dan tak akan lepas dari semua yang apa mereka perbuat dengan melanggar hukum itu. Hidup di dunia yang di penuhi dosa manusia, berkembang menjadi tokoh yang paling rendah, perbuatan curang yang merajalela. Bahkan, dunia tak sanggup menanggung manusia, dunia selalu berdoa untuk keselamatan dirinya sendiri-menangis tersedu-sedu setiap kalimat yang dilontarkannya.

Menghubungkan aib dunia lain dengan dunia itu dengan segala dosa-dosanya, penghukuman mulai bertindak. Penghukuman mulai membunuh manusia yang ada di dunia takdir dengan para pasukan ganasnya seperti ombak besar yang siap menghantam siapa saja, makhluk-makhluk aneh yang bermunculan di dunia takdir.

Seorang manusia biasa yang dikirim 'yang mulia agung' dari dunia yang telah hancur ke dunia takdir, satu-satunya manusia yang selamat dari kehancuran dunianya. Sangat mustahil tapi nyata, manusia biasa tapi tidak cocok untuk memanggilnya manusia biasa. Datang setelah dikirim yang mulia agung, lalu dicap sebagai kutukan.

Semua orang yang mengira diri ia adalah kutukan, karenanya ketika ia muncul, makhluk-makhluk ganas itu bermunculan juga.

Tidak sampai manusia-manusia terpilih yang dapat berusaha menghentikannya, orang-orang terpilih yang terasuki layaknya setan-setan yang masuk memenuhi tubuh mereka. Para manusia itu semakin kuat dan berkuasa, dunia sudah diambang kiamat sebab ulah mereka. Dengan putus asanya, dunia menunggu penghukuman bertindak kepada yang mulia agung.

Setelah berdebat panjang, yang mulia agung berakhir menghubungkan dunia dari dunia baru dengan semena-menanya dan membuat penghukuman juga ikut bertindak. Menjadikan tumbal untuk dunia lain, kesengsaraan pada dunia baru dan kelegaan sementara pada dunia takdir.

"It's all your choice."

"Let's see who is the wisest among us."

***

Aku membuka matanya perlahan. Suara bisik anak-anak bergemuruh walau dari kejauhan, mendengarkan canda tawa mereka yang berisik dengan suara nyaring yang berasal dari ayunan. Aku mencium aroma yang menyengat di dekatku, aroma makanan dan suara mengunyah dari hadapanku. Setelah mencium hal itu aku menyeka mataku dan hendak bangkit-tuk melihat-lihat, lengan yang menyilang di atas meja berwarna cokelat terang. Aku terbangun di meja panjang serta tempat duduk panjang yang tengah aku duduki, di belakangku terdapat pohon yang membawa kesejukan di sini. Suara gaduh anak-anak semakin jelas terdengar. Aku menoleh ke samping walau pandanganku masih kabur, sayup-sayup melihat anak-anak yang sedang berlarian dan sedang bermain bola.

Sacred GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang