TANDAI TYPO
••• HAPPY READING •••
Jam menunjukkan pukul empat sore, dan Ratih sedang malas untuk melakukan aktivitas. Perempuan itu duduk di ayunan dekat kolam renang di halaman mansion. Disampingnya ada Kay yang sedang bermain mobil-mobilan, bocah laki-laki anteng sekali meskipun bermain sendiri. Menatap Kay yang sedang bahagia bermain mobil-mobilan membuat Ratih teringat dengan asal usul bocah itu.
Ratih sudah lama tau bahwa Kay itu anak kandung Leonard. Tapi ia tidak menyangka jika Leonard melakukan itu diluar dugaannya. Ratih tidak bisa menerima entah kenapa, padahal dia sudah tau bahwa Leonard itu seorang Casanova yang selalu bergonta-ganti wanita. Tapi saat mendengar cerita Leonard beberapa hari lalu, hatinya merasa sakit.
Ratih tidak membenci Kay ataupun Leonard ataupun Zoe. Ratih hanya kecewa kenapa Leonard melakukan hal bejat hingga ada sebuah malaikat yang bisa jadi suatu saat menanggung dosa yang mereka lakukan di masa depan nanti.
Ratih menghapus air matanya yang tiba-tiba saja jatuh. Dia menghelat nafas berat. "Kay."
"Iya bibi?"
"Bibi pergi kedalam ya? Kay sudah belum bermain nya?" Ratih beranjak dari ayunan yang ia duduki. Berjongkok didepan Kay agar bisa mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh mungil Leonard.
"Belum."
"Ya sudah tidak apa kan bibi tinggal?"
Kay menggeleng, "tidak apa bibi."
Ratih tersenyum lalu mengusap rambut Kay gemas, sebelum pergi Ratih mengecup kening Kay dengan lembut.
Ratih berdiri dan melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu yang terhubung pada ruang tengah. Tepat saat Ratih sudah di dalam, ia melihat Leonard yang baru saja datang dari kantor. Ratih menghela nafasnya sebelum menghampiri Leonard dan mengambil tas kerja pria itu.
Leonard tersenyum, pria itu berjalan mengikuti Ratih yang sudah lebih dulu naik ke lantai atas. Sesampainya mereka di kamar Ratih langsung menyimpan tas Leonard di meja kerja pria itu.
"Kau kenapa?" Tanya Leonard, saat melihat Ratih hanya diam dengan raut wajah yang lesu. Pria itu melepas arloji dari pergelangan tangannya, kemudian menaruhnya di atas nakas, tak lupa juga dengan jam yang masih melekat di tubuhnya.
"Tidak papa."
Ratih mengambilkan jam Leonard untuk ia taruh kedalam cucian. Tak lupa ia mengambil baju untuk Leonard ganti.
"Maaf." Ucap Leonard sebelum bergegas kedalam kamar mandi.
Ratih menatap pria dihadapannya, "untuk?"
"Semua kesalahan ku." Ratih hanya diam, perempuan itu tidak menjawab apa-apa, ia lebih memilih untuk mengalihkan pandanganya kearah lain. Ia tidak bisa jika harus bertatap lama dengan netra hitam Leonard.
"Ratih." Pria itu berjalan mendekat, memeluk tubuh Ratih. Dapat ia rasakan tubuh perempuannya bergetar, dan isakan tangis terdengar ditelinga nya.
Usapan lembut ia berikan pada kepala Ratih yang tertutup hujan maroon. Mengecup puncak kepala itu berkali-kali, ia tau kesalahannya tidak pantas untuk dimaafkan, ia sudah terlalu kejam hanya karena sebuah dendam.
"Kau boleh marah padaku, jiak kau ingin, pukul saja aku semau mu."
Ratih melepaskan pelukannya. Dapat Leonard lihat mata, hidung, serata pipi yang memerah karena terlalu keras menangis. Tanpa ia duga Ratih memukul-mukuli dadanya berkali. Bahkan menamparnya dengan tenaga yang tidak seberapa karena negeri tubuh perempuan itu sudah terkuras habis akibat menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serayu | Berlanjut
SpiritüelSegudang luka yang di alami seorang gadis berusia 18 tahun. Saat nenek dan kakek yang mengurus nya sejak lima tahun lalu ketika orang tuanya pergi untuk selamanya, membicarakan keinginannya untuk menjodohkan ia dengan cucu sang nenek, di sanalah pen...