Satu : Gosip Hangat

78 13 1
                                    

Setelah kejadian itu, tersebar gosip hangat bahwa Maruko dan Tamae menggoda para bintang kelas. Gosip itu menyebar dari mulut ke mulut dengan cepat-dengan tambahan bumbu cerita tiap kali berpindah. Situasinya parah sekali dari yang Maruko perkirakan.

Dirinya dan Tamae sampai diganggu dan dijahili oleh fans ketiga anak laki-laki itu. Kadang mereka menerima surat ancaman dan kata-kata kebencian, dilain waktu mereka mendapati laci mereka diisi sampah dedaunan. Yang paling parah, Maruko pernah di siram air saat keluar dari wc sekolah.

Tamae sering kali tersedu-sedu disepanjang jalan pulang. Maruko sendiri awalnya marah sekali, namun lama kelamaan juga sedih karena diperlakukan demikian. Padahal bukan salahnya terkena saus hingga tangannya melepuh. Bukan juga salahnya para anak laki-laki itu menolongnya dan memberikan puding serta jeruk mereka kepadanya.

Ini sudah minggu kedua sejak gosip itu beredar, namun nampaknya belum ada tanda-tanda akan berhenti. Frustasi sekali rasanya. Dirinya dan Tamae bahkan harus menghindari ketiga anak laki-laki itu-yang entah kenapa sejak kejadian itu sering berusaha berbicara atau makan siang bersama kedua gadis itu.

"Maruko, bagaimana ini?" Tamae terisak sambil meratapi lututnya yang lecet karena di dorong salah satu anak kelas sebelah yang merupakan fans Sugiyama.

Maruko tak jauh berbeda. Matanya juga sudah berlinang air mata, turut sedih dengan kondisi sahabatnya, yang padahal kondisi Maruko juga sedang buruk dengan luka di kedua telapak tangannya yang masih basah. Pagi tadi, ia terjatuh setelah dua orang gadis sengaja membuatnya tersandung. Tangannya tergesek batu-batu kerikil tajam dan berdarah. Meski begitu, Maruko tidak pergi ke ruang kesehatan karena selama dua minggu terakhir, ia terlalu sering bolak balik ke ruangan itu. Ia takut ditanyai lebih lanjut.

"Tamae, maafkan aku. Ini salahku! Jika saja kau tidak ikut berlari saat aku terkena saus, maka kau tidak akan mengalami ini. Maafkan aku, Tamae." Maruko memeluk sahabatnya itu dari samping, merasa amat bersalah.

Tamae menggeleng tidak setuju dan membalas pelukan Maruko. Rambut mereka beterbangan tertiup angin bersamaan dengan dedaunan pohon tempat mereka berteduh. Saat ini mereka duduk di pinggir lapangan sekolah, menghindari para anak perempuan yang menargetkan mereka.

"Awas!" Seorang anak laki-laki berteriak kencang saat bola yang sedaritadi mereka mainkan, dioper kesana-sini, melayang cepat ke arah kedua gadis itu

Keduanya refleks menunduk dan melindungi kepala mereka dengan lengan. Untung saja bola itu hanya terkena pohon dan memantul beberapa senti di atas kepala mereka.

"Kalian tidak apa-apa?" Sugiyama buru-buru mendekat.

Maruko menggeleng. "Kami baik baik saja. Ini bolanya!"

Saat bola berpindah tangan, Sugiyama tidak sengaja melihat tangan Maruko yang terluka. Itu bukanlah luka lecet berukuran kecil yang dapat diabaikan.

"Maruko! Ada apa dengan tanganmu?" Tanyanya penasaran.

Maruko yang sadar buru-buru menyembunyikan tangannya. "Oh, ini tidak apa-apa. Hanya lecet sedikit." Jawabnya ragu, menghindari tatapan anak laki-laki dihadapannya.

"Oi, Sugiyama! Kenapa lama sekali?!" Teriak anak laki-laki lain yang menunggu agar permainan berlanjut.

Sugiyama berbalik, mengoper bola ke arah anak itu. "Lanjutkan tanpaku. Ono, kemari!" Serunya ke arah Ono yang berada di tengah lapangan sambil melambai. Anak laki-laki itu segera berlari melintasi lapangan menuju ke arah mereka, sementara anak-anak lain mulai mengoper bola lagi.

"Hei, lanjutkan saja permainannya! Tidak usah pedulikan kami!" Maruko berujar panik. Tidak ingin menarik perhatian-masalah-yang lebih banyak.

"Ada apa?" Tanya Ono segera saat tiba di sebelah Sugiyama. Ia menatap bergantian Maruko dan Tamae yang masih duduk di atas rumput sambil menunduk. "Eh, Honami, ada apa dengan lututmu?" Sambungnya sambil menunjuk kaki Tamae yang lecet.

Little Cherry-BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang