Hanawa memperhatikan ada yang berbeda dari Maruko. Tamae juga terlihat aneh dari biasanya. Dalam dua minggu terakhir, Hanawa sering mendapati Maruko meringis kesakitan dan beberapa bagian tubuhnya lecet. Juga suatu waktu, Hanawa datang lebih pagi dari biasanya dan mendapati Tamae membersihkan sampah dedaunan dari meja Maruko. Aneh sekali kan dedaunan tiba-tiba memenuhi laci sebuah meja yang berada di ruang kelas.
Kecurigaan Hanawa pun akhirnya terbukti hari ini kala seorang gadis dari kelas sebelah tetiba memberikannya sebuah surat. Awalnya, ia berpikir bahwa itu adalah surat pernyataan cinta—yang telah puluhan kali diterimanya, secara dia kan tampan.
Namun, moodnya langsung hancur ketika membaca keseluruhan isi surat itu yang membuatnya sangat marah dan tidak habis pikir.
"Kepada Kazuhiko Hanawa.
Kau mungkin tidak mengingatku, tapi aku adalah salah satu gadis dari club penggemarmu. Aku ingin mengadukan sesuatu, karena ku pikir kau harus tahu kejadian ini secepat mungkin. Saat kau dan Kenichi Ono menolong Momoko Sakura, tersebar gosip buruk tentangnya dan Honami.
Mereka diganggu dan dikerjai habis-habisan oleh anak-anak perempuan lain. Sakura beberapa hari lalu disiram air saat keluar dari kamar kecil. Para anak perempuan juga sering mendorong atau dengan sengaja menyandung Sakura dan Honami. Selain itu, mereka menulis surat yang berisi kata-kata kasar dan ancaman. Ku dengar beberapa anak juga mengotori meja mereka dengan dedaunan. Aku tidak tega mendengarnya. Jadi aku menulis ini setelah menimbang-nimbang beberapa hari. Tolong jangan katakan kau menerima ini dariku.
Minomi Keita."
Usai membaca surat itu, Hanawa buru-buru mencari keberadaan Maruko dan Tamae, khawatir mereka akan dikerjai lagi oleh para fansnya. Luar bisa, anak kelas lima SD melakukan pembulian itu berlebihan.
Setelah mencari kesana kemari, Hanawa tak sengaja mendengar teriakkan Tamae dari kejauhan. Terlihat Ono dan Sugiyama juga di sana.
"Hei, apa maksud-" Belum selesai Ono bertanya, tangan Hanawa terlebih dahulu merepuk bahunya. Ia kemudian menyerahkan surat itu pada Ono dan menghampiri Maruko.
Hanawa memperhatikan dengan seksama tangan Maruko. Jika tak cepat diobati, luka itu bisa infeksi.
"Sialan!" Sugiyama terdengar sangat marah. Ia kemudian menggandeng Tamae dan berjalan duluan.
***
"Ini tak bisa dibiarkan!" Sugiyama berseru marah. Ketiga anak laki-laki itu berdiri di depan ruang kesehatan, sedangkan Maruko dan Tamae sedang diobati di dalam ruangan.
Ono mengangguk setuju. "Tak ku sangka mereka berani nekat begitu!" Kedua tangannya mengepal.
"Ku rasa, kalian harus memperingatkan mereka. Aku akan menjaga Maruko dan Tamae. Anak-anak itu segan pada kalian berdua, jadi dengan sedikit ancaman saja pasti akan membuat mereka kapok." Hanawa memberi usulan.
Sebenarnya Hanawa ingin turun tangan langsung. Tetapi, kalau sampai Pak Hide mendengar kejadiannya, bisa dipastikan urusan ini akan melibatkan seluruh orang tua anak-anak itu, yang tak akan selesai sampai mereka semua diskors.
"Oke, kau jaga mereka. Serahkan sisanya pada kami." Ujar Ono sambil berlalu pergi bersama Sugiyama.
***
Pintu belakang kelas terbuka dengan kasar. Suaranya menarik perhatian seluruh isi kelas. Ono masuk dengan muka super datar dan Sugiyama memasang wajah marah. Sugiyama menggebrak salah satu meja baris belakang dengan kuat, membuat semua orang terperanjat kaget.
"KALIAN PARA ANAK PEREMPUAN YANG BERTINDAK MACAM-MACAM, DENGARKAN! KU PERINGATKAN PADA KALIAN SEMUA UNTUK MENGHENTIKAN TINGKAH BODOH KALIAN! JIKA KALIAN KETAHUAN BERBUAT DEMIKIAN SEKALI LAGI, KU PASTIKAN KALIAN AKAN MENYESAL!" Teriak Sugiyama berang.
Terlihat beberapa wajah anak perempuan yang berada di dalam kelas menjadi tegang. Beberapa menunduk ketakutan. Sedangkan anak laki-laki yang tak tahu apa-apa memperhatikan dengan bingung. Mereka berpikir keras siapa kiranya yang membuat Ono dan Sugiyama marah.
Ono menepuk bahu Sugiyama, mengisyaratkannya agar tenang sedikit. "Beritahu pada teman-teman kalian! Jika sampai aku, Sugiyama, atau Hanawa menangkap basah mereka melakukan sesuatu lagi, kuhabisi kalian." Ancam Ono. Matanya menatap tajam seluruh kelas sebelum akhirnya berjalan ke mejanya.
Seluruh kelas tegang. Anak laki-laki mulai berbisik-bisik satu sama lain, saling bertukar spekulasi. Sedangkan para anak perempuan yang merasa tidak terlibat juga membentuk kelompok, membahas apa yang baru saja terjadi.
"Sebal sekali rasanya. Tamae sampai marah begitu. Jika ku temukan anak-anak yang mengganggunya sampai membuatnya terluka, kubuat mereka merasakan hal yang sama!" Ujar Sugiyama geram. Rasanya tidak enak sekali diteriaki seperti itu oleh Tamae. Dia jadi tidak enak hati, apalagi semuanya karena fans mereka.
"Hm... Syukur kita tahu sebelum tambah parah. Tapi jika dipikir-pikir, baik juga orang yang menulis surat itu." Timpal Ono.
Sugiyama mengangguk. "Ya. Kita harus berterima kasih. Oh ya, kenapa ya Maruko dan Tamae tidak mengatakan apapun pada kita?" Ia bertanya penasaran.
"Mungkin mereka merasa tidak enak jika harus mengadu. Bisa jadi juga mereka berpikir ini tidak ada kaitannya dengan kita."
Sugiyama hanya mengangguk sebagai tanggapan. Lalu keduanya mengakhiri percakapan setelah Hanawa dan kedua gadis itu masuk ke dalam kelas.
***
"Hei kalian. Bagaimana dengan yang tadi?" Tanya Hanawa kepada Ono dan Sugiyama yang mengantre di depannya.
Sugiyama berbalik lalu mengacungkan jempolnya. "Aman, tenang saja." Ujarnya dengan suara santai.
"Baguslah. Oh ya, aku akan mengambilkan untuk Maruko sekalian. Ono, bisa kau atur mejanya?" Sebagai tanggapan dari pertanyaan Hanawa, Ono hanya mengangguk.
"Oh, kalau begitu ku ambilkan untuk Tamae juga!" Ujar Sugiyama ikut-ikutan.
Yah begitulah anak laki-laki. Sekalinya suka pada anak perempuan, maka ingin selalu menempel dan bertingkah sok romantis dan perhatian. Dasar anak kecil. Jika dewasa nanti mereka masih mengingat kejadian ini, kemungkinan besar akan menjadi core memory yang memalukan.
---End---
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Cherry-Blossom
أدب الهواةDisclaimer : I don't own the characters of Chibi Maruko-Chan. They belong to Momoko Sakura and the production house. ----- Ini adalah cerita saat Maruko berada di kelas 5 SD. Saat mereka semua mulai memasuki usia remaja. Kisah romansa yang baru mula...