chapter 3

4 3 11
                                    


__________

Sorak Sorai terdengar dari lapangan luas SMA tunas, semua siswa dan siswi memenuhi lapangan upacara sekolah itu, kini sudah 1 bulan semenjak ulangan kenaikan kelas untuk anak anak kelas 1 dan 2, ini saatnya pelepasan bagi anak anak kelas 3 yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dan sebagainya.

Semua orang sibuk dengan rangkaian acara di bawah sana sementara dua siswi lain sibuk berlarian mencari tempat yang sunyi dan sepi, ada hal yang lebih mendebarkan dari pada melihat perpisahan di bawah.

Satu yang lebih tinggi menyeret yang lebih pendek dengan antusias, menatap sekitar memastikan tidak ada orang di sekitar mereka, lalu berlari menaiki tangga di gedung sekolah yang jauh dari lapangan tempat acara di lakukan.

Mereka berlarian di lorong dengan penuh semangat, berlagak seolah sedang syuting drama fantasi, membekukan atau membakar kecil kecilan objek yang di rasa tidak penting.

Lynella memasuki sebuah kelas, mencari barang barang lain yang sekiranya bisa di jadikan bahan percobaan, berjalan keluar kembali dengan girang menuju temannya di lorong.

Lynella menyerahkan sebuah botol air mineral yang masih berisi setengah air di dalamnya pada keyna.

"Masak"

Menatap keyna dengan tatapan menantang, keyna hanya tertawa kecil, mengambil alih botol itu dari sahabatnya.

"Mau sampai mendidih apa sampai kering?"

"Sampai botolnya juga hilang" Lynella kembali mencari benda lain untuk dirinya, meninggal keyna yang sudah mulai menyalakan api di atas telapak tangan putih itu.

Kembali mengobrak Abrik kelas orang lain, Lynella menemukan buku bekas yang dia yakin sudah tidak di gunakan-ini hanya firasatnya saja, bisa saja itu masih di butuhkan- maka dengan segera ia mengambilnya.

Berjalan kembali menuju keyna, Lynella dapat melihat air yang di tangan temannya itu sudah terkuras setengah, jika di biarkan lagi akan habis dan botolnya akan terbakar.

"Panas banget kayaknya api yang kamu nyalain" ujar Lynella sambil menatap takjub.

Tersenyum, keyna hanya menjawab singkat.
"Aku udah coba di rumah, cuman 30 detik air 1 ember bisa mendidih"

Belum selesai air itu di habiskan, Lynella mengambil paksa walau masih dalam keadaan tangan keyna berapi.

Maka karena pertemuan dua suhu yang berbeda jauh, uap yang di hasilkan olehnya tidak main main, pertemuan antara panas yang bahkan bisa melelehkan besi dan dingin yang dapat membekukan helium itu membuat keduanya terbatuk batuk oleh asap yang mengepul.

"Gila?!" Marah keyna.

Sambil mengkibas kibaskan tangannya ke udara guna menghilangkan asap yang menutupi pandangan Lynella memberikan pembelaan.

"Aku kira gak bakal panas panas amat, lagian siapa yang masak air pake api sepanas itu?" Ia mengangkat botolnya "lihat, begitu aku yg pegang dia langsung melempem"

Keyna hanya bisa menghembuskan napas kasar, padahal dia baru saja berlatih teknik baru, tapi manusia kepo dan tidak sabaran di hadapannya ini merusak segalanya.

Keyna menatap benda lain yang di bawa temannya itu.
"Bisa bisa habis semua yang ada di lantai dua kamu pakai jadiin objek"

"Lalu? Mau coba di manusia aja?" Balas Lynella enteng, ia mulai merobek kertas dari buku tulis yang ia bawa tadi.

Mereka kini duduk di lantai koridor, lebih aman langsung duduk di lorong dari pada kepergok dalam ruangan bukan?

"Kamu bibit bibit villain"

Lynella hanya bisa tertawa dengan penyataan temannya itu, teringat sebulan yang lalu ia hampir membunuh anak sepantaran dirinya.

Kini sudah beberapa kertas yang ia robek, bekukan, pecahkan dan hilangkan, menyatu dengan debu dan udara, sesekali ia menengok ke arah temannya yang hanya membuat bola api di udara dan memutar-mutarkan saja seperti sebuah roda.

"Dari pada gada kerjaan, bantuin aku habisin kertas ini aja deh" Lynella menyerahkan beberapa lembar kertas pada keyna.

"Ini lebih gada kerjaan sih"

Lynella kembali tertawa, sampai beberapa detik kemudian terbesit cara bermain yang lebih menyenangkan dengan kertas yang ada di tangan keduanya itu.

Ia segera bangkit, pancaran semangat di bola mata Lynella adalah hal yang di takutkan keyna akhir akhir ini, entah apa lagi yang akan ia minta dirinya lakukan, yah, dia tidak menolak juga karena ini menyenangkan baginya.

Sementara Lynella yang kembali masuk ke ruang kelas bekas anak anak kelas 3 dan mencuri beberapa buku untuk di robeknya, keyna hanya duduk saja, bersembunyi di balik kata  aku jagain di luar- sejujurnya dia mulai lelah.

Lynella kembali dengan 3 buku tulis dan sebuah lem-ah, ini alasan dia lebih lama, pikir keyna- Lynella mulai merobek lebih banyak kertas, membalurkan lem di atasnya dan menempelkan di sepanjang dinding koridor, oke, sepertinya anak itu ingin menghias koridor sekolah.

Setelah sekitar 20 kertas tertempel, ia menempelkan 3 buku itu di dinding, lebih tepatnya dia bekukan bersama dinding, lalu berjalan kembali pada keyna.

"Misi kamu bakar buku itu" ujar Lynella sambil menunjuk buku yang ia bekukan pada dinding.

Keyna menatap apa yang temannya itu maksud dan tersenyum heran.

"Es kamu fleksibel yah, bahkan bisa niruin jaring laba laba"

Keyna mulai menarik napas dalam dalam, ia berdiri menghadap 3 buku yang di siapkan temannya.

Telapak tangannya menghadap ke depan, satu bola api ia ciptakan dan melesat menuju target yang ia tentukan, buku itu terbakar api, lalu menghilang dalam hitungan detik, menyisakan es yang Lynella gunakan untuk menjaganya tetap menyatu pada tembok.

"Wah, aku kira kamu bakal kebablasan bakar sekolah" ledek Lynella, ia mulai membentuk es yang menyerupai jarum kecil, es itu melesat menuju kertas yang tertempel, suhu dinginnya mulai membekukan kertas itu, Lynella mengepalkan tangannya dan kertas beku itu menghilang.

"Bakar sekolah memang cita cita aku, tapi sayang tinggal setahun lagi, percuma banget bayar kalau sekolahnya malah kebakaran" keyna kembali melakukan hal yang sama, kini ia berusaha mencairkan es yang di buat sahabatnya.

Target yang di buat oleh Lynella habis, sementara acara di bawah sana masih berlanjut, keduanya memutuskan segera mengakhiri sesi latihan-sebenarnya hanya bermain- ini.

Lynella menatap kebawah, tidak ada seorang pun yang ia lihat di sana, ya tentu saja karena mereka lebih memilih bersenang senang di tempat yang lain, ia kembali menatap keyna.

"Apa lagi kali ini?" Keyna mendekat.

"Lihat meja itu? Kamu lempar api kamu duluan, nanti aku lempar tombak es aku, kita lihat apakah mereka bisa menyatu atau saling menjatuhkan"

Tersihir dengan ajakan Lynella-lagi- keyna kembali membentuk bola apinya, kini lebih besar karena objek lebih jauh kali ini, api itu meleset dan membakar meja di bawah sana, maka tak lama kemudian Lynella membentuk tombak esnya yang sebesar ganggang sapu itu dan menerbangkannya tepat pada sasaran.

Api itu masih membakar meja di bawah sana walau tombak es itu mulai menyebar bekukannya, mereka setara.

Tak mau hal ini di lihat, keduanya mulai mengepalkan tangan masing masing, api keyna membakar habis separuh meja itu sementara es Lynella pecah dan menghilangkan bersama sisa meja yang ada.

Mereka saling bertukar pandang, tertawa bahagia walau baru saja merusak properti sekolah.









Sementara di bawah dua siswi lain syok melihat apa yang terjadi pada meja di seberang sana.













___________

TBC

Keyna jatuhnya nemenin Toddler main, xixixixi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE ESPER: world of demonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang