Seluruh ruang di Apartemen 118 dengan nuansa biru muda itu masih terlihat terang dan sarat akan kesibukan. Di dalamnya nampak ketiga penghuni -yang mana semuanya perempuan- sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Perempuan berambut lurus sebahu dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya sedang fokus menatap layar laptop. Matanya fokus dengan jemari mengetik cepat deretan kalimat panjang. Dia bernama Kalia Chyntiara. Sebagai penulis terkenal yang berlindung di belakang nama pena, membuatnya bertekad untuk tetap memberikan nyawa segar kepada pembaca setianya. Jutaan pengikut di berbagai media sosial tidak membuatnya tertarik untuk menampakkan wajah. Prinsipnya, biarlah buku-bukunya yang terkenal, bukan wajah yang dimilikinya. Karena itu setiap postingan atau cerita di media sosialnya tidak pernah memperlihatkan wajahnya.
Tidak jauh dari Ara -nama panggilan dari Kalia Chyntiara-, ada sosok perempuan berambut panjang bergelombang yang kali ini dicepol tinggi sedang asyik mendesain gaun impian kliennya. Gaun pernikahan lebih tepatnya. Sesekali dia tersenyum puas dan secara cermat kembali menambahkan detail desain yang membuat tangannya terlihat menari-nari di kertas khusus. Semangatnya terlihat jelas seiring dengan alunan lagu yang didengarnya melalui earphone. Dia bernama Agniara Sabitha. Seorang desainer yang dua tahun terakhir terkenal dengan prestasinya karena hasil rancangannya banyak dilirik oleh selebriti tanah air. Sebenarnya tidak hanya menjadi desainer, Agnia juga merupakan salah satu aktris favorit tanah air karena prestasi serta totalitas aktingnya yang tidak diragukan sedikit pun. Jenis perempuan yang memiliki banyak bakat, karenanya mendapat julukan artis serba bisa.
Lain keadaan di meja ruang tamu, sosok perempuan berambut panjang lurus seringkali menghela nafas panjang. Di sekitarnya terdapat banyak kertas tercecer berantakan. Dia mengerang. Waktu malam biasanya membuat ia fokus menyelesaikan pekerjaannya, tapi rasanya tidak bisa untuk malam ini. Dua berita besar membuatnya nyaris mendapat serangan jantung. Tapi itu hanya nyaris, yang terjadi justru membuat otaknya buntu tak bisa berpikir apa-apa. Di salah satu kertas yang tercecer terdapat sebuah nama dengan gaya huruf paling beda satu sama lain. Malvina Adreena Amsel, begitulah nama yang tertera di sana. Nama lengkap yang diberikan orangtuanya ketika perempuan itu lahir ke dunia.
"Selesai!" teriakan puas dari Agnia membuat Malvina mengerang pelan. Kepalanya mendadak pusing karena tidak tahu harus berpikir apa.
"Aku bisa melanjutkan tulisanku nanti. Sekarang waktunya kita makan. Kalian mau makan apa?" Kali ini Ara yang berbicara. Nada bicaranya luwes menandakan bahwa tidak ada satu hal pun yang menjadikan beban dalam setiap proses kegiatan menulisnya.
"Nasi goreng bisa. Tapi kali ini kamu nggak perlu masak Ra. Biar kita pesan aja." Agnia menjawab cepat. Porsi makannya yang besar tidak membuatnya gemuk sedikit pun yang tentu saja membuat Malvina dan Ara seringkali iri.
"Nggak apa-apa. Aku bakal tetap masak karena biasanya inspirasi datang waktu aku masak." Ara menjawab kalem diiringi dengan gerakannya berdiri. Di apartemen 118, menjadi rutinitas seorang Kalia Chyintiara untuk menjadi juru masak untuk Malvina dan Agnia. Di samping menjadi penulis, Ara memang memiliki impian menjadi seorang koki handal. Kemampuan memasaknya juga di atas rata-rata karenanya teman-temannya menjagokan dia dalam urusan masak memasak.
"Kalau kamu gimana, Vin?" Ara bertanya sembari melihat Malvina yang sedari tadi fokus pada sebuah lembar kertas.
"Aku skip makan ya. Ada yang harus aku selesaikan dulu." Begitulah jawaban Malvina yang membuat Ara dan Agnia segera menghampiri temannya itu.
"Hari ini kamu kelihatan sibuk banget. Lebih sibuk dari kemarin-kemarin. Bahkan sore tadi telepon dari Stevan kamu abaikan. Memangnya apa yang harus diselesaikan?" Pertanyaan terlontar dari mulut Agnia. Matanya mengamati setiap hasil pekerjaan lalu berlanjut ke Malvina yang terlihat jelas ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Embracing The Rose
RomanceSinopsis Cerita : Harapan Malvina membuncah sejak kedatangan Arash sebagai kakak angkatnya. Arash memberikan pengharapan seolah-olah Malvinalah yang terbaik di mata pria itu. Namun, semuanya berubah sejak Malvina melihat secara langsung bagaimana in...