06

80 14 0
                                    

“Apa kau bilang?!”

Mujin menatap murka pada dua anak buahnya yang ia perintahkan untuk menjaga dan mengawasi Laura.

Dirinya baru saja pulang dari Prefektur Saitama setelah menyelesaikan permasalahan yang ternyata sepele itu. Meski sepele Mujin berada di sana selama dua hari penuh. Ditambah lagi pria itu juga menunggu Vas bunga pesanan Laura selesai.

Dan sekarang, ketika dirinya tiba di Seoul. Pria itu mendapatkan kabar kalau Laura lolos dari pengawasan kedua anak buahnya.

Mujin dengan kesal menendang kedua anak buahnya dan menginjak-injak tubuh mereka tanpa ampun.

“Kenapa kalian tidak memberitahukan hal itu padaku?!” tanyanya dengan nada tinggi.

“Berengsek! Mati saja kalian dasar tidak berguna!” Mujin murka. Pria itu terus menghajar kedua anak buahnya tanpa mau mendengar penjelasan keduanya.

Padahal kedua orang itu sudah beberapa kali melapor pada Taeju. Namun Taeju sendiri yang tidak membiarkan Mujin mengetahuinya.

“Taeju, urus mereka berdua!” Mujin memberi perintah pada Taeju yang sejak tadi hanya diam di belakangnya.

“Baik, Hwejang-nim.” lelaki itu menjawab patuh.

Setelah itu Mujin keluar meninggalkan ruangan yang barusan ia hinggapi. Pria itu akan mencari keberadaan Laura seorang diri. Ia tidak akan melibatkan kelompoknya karena situasi di Seoul saat ini sedang panas.

Ada banyak kasus kriminal yang menimpa kota besar Seoul. Mujin sebisa mungkin menahan kelompoknya agar tidak banyak bergerak. Takut pergerakan mereka memancing kecurigaan pihak kepolisian yang sejak lama sudah mengintai.

Mujin memasuki kamar Laura dan mulai mencari-cari petunjuk tentang kemana wanita itu pergi.

“Apakah dia pulang ke kampung halamannya?” Mujin mencoba menebak. Namun detik berikutnya ia menepis tebakannya barusan.

Laura tidak mungkin kembali ke kampung halamannya karena Mujin sendiri sudah tahu dari mana asal wanita itu.

Pria itu kemudian menggulirkan matanya ke arah meja. Di sana ia menyimpan Vas bunga pesanan Laura yang dirinya bawa dari Prefektur Saitama.

Mujin tersenyum remeh, “Beraninya kau melarikan diri dariku, Laura.” ucap pria itu geram.

Pria itu memegang Vas bunga dengan ukiran yang Laura inginkan. Tangannya kemudian terangkat ke atas dan bersiap untuk membanting Vas tersebut. Namun pada akhirnya Mujin mengurungkan niatnya.

..

Laura baru saja menerima banyak uang dari Taeju. Lelaki dingin itu memerintahkan dirinya untuk pergi dan tidak kembali ke Seoul lagi.

Taeju juga menyuruh Laura untuk membuang kartu perdananya agar Mujin tidak dapat menghubungi wanita itu.

Kini Laura berada di salah satu kota di provinsi Chungcheong bagian selatan. Yaitu Gyeryeong. Ia sengaja tidak kembali ke kampung halamannya, karena Mujin sendiri memang sudah mengetahui di mana ia berasal. Pria itu pasti akan mudah menemukannya jika ia ke sana.

“Kau, Laura?”

Seorang wanita dewasa mendatangi Laura yang sejak tadi menunggu di depan bangunan berupa susunan apartemen yang akan dirinya tempati.

Laura menatap wanita itu dengan ramah, sebelum kemudian menganggukkan kepalanya.

“Benar, saya Laura.” ia menjawab.

Tanpa basa-basi lagi wanita bernama Jisun itu mengajak Laura untuk mengikuti langkahnya. Wanita berdada super itu beberapa kali mengajak Laura berbicara yang hanya direspon seadanya oleh Laura.

Prisoner Of Love [Choi Mujin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang