Dua Belas

8.4K 646 226
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ"Janari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Janari." Ibrahim mengguncang lengan Janari cukup kuat sampai wanita itu terbangun.

Janari langsung menyibak selimut, menepis sentuhan Ibrahim dan hendak turun dari ranjang, namun Ibrahim dengan cepat menahan Janari dan memeluknya.

"Gapapa, kamu cuma mimpi," ucap Ibrahim pelan sambil mengusap punggung Janari.

Napas Janari menderu seperti habis berlari jauh. Ibrahim terus menenangkan dan mengatakan jika Janari hanya bermimpi.

Ini sudah ketiga kalinya Ibrahim melihat Janari yang bermimpi buruk. Saat pertama kali, Ibrahim bingung dan membiarkan Janari langsung bangun dan masuk ke kamar mandi, ternyata wanita itu mengguyur tubuhnya dengan air dingin tanpa membuka pakaian dan masih dengan napas yang terengah.

Tapi saat kedua kali hal ini terjadi, Ibrahim menahan Janari dan memeluknya, menahan Janari untuk tidak turun dari ranjang. Dan malam ini, Ibrahim kembali memeluk Janari sampai wanitanya tenang dan kembali tertidur di pelukan Ibrahim.

Saat subuh Janari bangun, Ibrahim sudah tidak ada di ranjang. Janari menghela napas, dia malu sudah kesekian kalinya Ibrahim menyaksikannya yang seperti ini.

"Jana." Ibrahim keluar kamar mandi dengan tubuh yang segar, menggosok pelan rambutnya yang basah seraya mendekati Janari.

"Sana mandi, air hangatnya udah siap," ucap Ibrahim.

"Aku mandi di kamar aku aja."

"Di sini aja. Sana, sebentar lagi subuh."

Janari mengangguk dan segera mandi. Sedangkan Ibrahim berpakaian dan menyiapkan alat sholat mereka. Ibrahim juga mengambil baju untuk Janari.

Hubungan mereka sangat membaik beberapa waktu belakangan semenjak tidak ada lagi bahasan tentang Shofia. Semuanya berjalan dengan baik. Ibrahim tidak pernah membahas lagi tentang perjanjian mereka dan Janari juga tidak bertanya apa keputusan Ibrahim. Dan mulai minggu lalu, mereka resmi tidur satu kamar, walaupun barang-barang Janari masih di kamarnya, tapi setiap malam Janari akan tidur bersama Ibrahim di kamar utama.

Tidak sampai lima belas menit, Janari selesai dan hanya menggunakan handuk. Ibrahim menyuruh Janari untuk segera berpakaian karena adzan sudah berkumandang.

"Ini Mas yang siapin?" tanya Janari menunjuk baju di kasur.

"Iya, ayo cepat, udah adzan. Aku sunah qabliah duluan ya?"

Janari mengangguk kecil dan bergegas memakai pakaiannya. Dia sedikit malu, bagaimana bisa Ibrahim dengan santai menyiapkan pakainnya bahkan pakaian dalam?

Wajah Janari memerah, beberapa waktu belakangan, Janari juga sering menyiapkan baju untuk Ibrahim, tapi hanya atasan, bawahan dan sesekali jas juga kaos kaki, tidak sampai seperti ini.

Tidak ingin berpikir aneh, Janari berpakaian dengan cepat dan memakai mukenanya lalu sholat qabliah sebelum subuh berjamaah dengan Ibrahim.

Usai sholat, Janari dan Ibrahim turun bersamaan ke dapur. Akhir-akhir ini, mereka akan menyiapkan sarapan dan makan malam bersama. Jika Janari menggoreng, maka Ibrahim akan menumis atau melakukan pekerjaan lainnya.

Sweet HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang