Prolog

3 1 0
                                    

      Rena Deshinanta, Panggil saja nama depan gadis itu ketika melihatnya maka gadis bermata hitam bening dan pemilik surai panjang berwarna dark brown itu akan menoleh. Tentu dengan senyuman gulalinya yang mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya. Jika di tanya apakah dia cantik dan tentu namun  jika di bandingkan dengan gadis di luaran sana masih banyak yang lebih darinya.

Dia mempunyai daya tarik yang sangat kuat maka tidak heran banyak yang menyukainya di tambah dengan sifat yang sangat ramah membuatnya mempunyai banyak teman.

Oh itu jika di lihat dari sisi pandang orang lain, tidak dengan Rena sendiri dia merasa hanya seorang gadis biasa yang memang kurang dalam hal ekonomi. Dia terlahir dari sepasang suami istri yang kehidupanya cukup sederhana di sebuah desa. Ayahnya adalah seorang petani kopi dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang kerjanya sebagai penjahit rumahan biasa dan kadang mencari kerjaan serabutan untuk mencukupi kebutuhan harianya.

Dia anak kedua dari dua bersaudara mempunyai kakak lelaki yang saat ini sudah menikah dan memilih tinggal bersama istrinya yang adalah seorang anak tunggal. Jadi rena dia hanya tinggal dengan kedua orang tuanya cuman bertiga di rumah.

"Ren kenapa lo diem aja"

Lamunan rena buyar seketika langsung melihat kelima sahabatnya yang memandang dirinya dengan raut heran.

Saat ini rena dengan para sahabatnya tengah memperbincangkan ke arah mana mereka akan memulai menata masa depan masing-masing. Kelulusan sudah di depan mata dan rena telah mengetahui hasil akhir bahwasanya dia di nyatakan lulus dan seminggu lagi adalah acara wisuda sekolah.

Sedari tadi Rena hanya mendengarkan dan menyimak para sahabatnya berceloteh ria asik sangat antusias akan kelulusanya. Sebagian besar dari para sahabatnya ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan ada juga yang memilih melanjutkan sekolah kebahasaan yang akan menyalurkan keluar negri.

" Oh iya cuman Rena di sini yang belum bilang mau kemana, eh ren lo setelah ini rencana lo mau kemana ?"

Rena tersenyum kepada para sahabatnya menutupi bahwa sebenernya dia bingung ingin menjawab apa.

" kayaknya gue mau kerja aja deh" Jawab Rena.

Bohong jika Rena tidak mau melanjutkan pendidikan karena dalam lubuk hati yang paling dalam dia ingin sekali berkuliah dan mendapatkan gelar itu adalah mimpi terbesar Rena. Namun apa boleh buat dia cukup sadar diri bahwa sangat tidak mampu dalam segi keuangan jangankan kuliah uang semester an nya saja dia nunggak untung masih bisa mengikuti ujian hanya saja untuk mengambil ijazah nya dia harus melunasi semua biaya administrasinya yang kurang. Padahal untuk nilai Rena cukup berprestasi di sekolah  bahkan dia selalu menjadi juara kelas. Semapat saat itu dia di tawari oleh salah satu guru untuk menyarankan mendaftar beasiswa untuk masuk keperguruan tinggi. Tapi Rena menolaknya banyak sekali pertimbangan yang harus dia fikirkan salah satunya dia tidak tega dengan kondisi kedua orangtuanya bila dia melanjutkan kuliah maka akan banyak sekali pengeluaran walaupun beasiswa sekalipun.

Dan akhirnya kerja adalah keputusan yang Rena ambil walaupun mungkin besok rena akan melamar kerja hanya dengan berbekalan ijazah smp karena untuk ijazah sma dia membutuhkan uang untuk mengambilnya.

"Seriusan Ren lo mau kerja aja"

Hening pandangan mata semua tertuju hanya kepada Rena.

"Iya gue mau kerja aja" 

"ikut Shinta aja ren sekolah bahasa dia mau ke korea" ujar salah satu temanya menyarankan.

"Enggak deh makasih, gue kayaknya gak mampu buat bayar sekolahnya" Jawab Rena jujur.

Yang Rena tahu sekolah bahasa butuh modal paling kecil biasanya 10 jt an itu cuman untuk sekolahnya saja dalam jangka waktu bulanan. Belum sama biaya lainya yang lebih besar lagi untuk pemberangkatan walaupun ada biaya talangan dari pihak sekolahnya. Tapi apalah Rena gadis miskin yang tidak mampu.

Para sahabatnya cukup peka akan masalah yang di timpa Rena maka dengan itu mereka langsung mengalihkan pembicaraan. Untungnya Rena mempunyai para sahabat yang cukup peka dan mengerti akan kondisi rena dan tidak ada satupun yang menyinggung atau apapun itu yang  dapat membuat hati Rena sakit.

Minggu berganti Rena menghadiri acara wisuda sekolahnya dengan di temani sang ibu. Saat ini dia mengenakan kebaya sederhana bewarna maroon yang dia pinjam dari kakak ipar dan juga make up wajah sederhana yang dia poles sendiri dengan alat dan bahan seadanya. Berbeda dengan para sahabat dan temanya satu angkatan yang sebagian besar menyewa kebaya dan merias diri kepada Make up artist  tentunya dengan bayaran yang sedikit mahal . Mereka menampilkan penampilan diri dengan sangat niat. Tapi Rena cukup pantas dengan penampilanya saat ini walaupun tanpa modal tapi memang pembawaan Rena yang luwes memakai apa saja membuat dia cukup menarik dan sangat pantas bersanding dengan para teman-temannya.

Acara seperti ini sebenarnya dulu hanya di khususkan  untuk para lulusan perguruan tinggi tapi semakin berkembangnya jaman banyak sekolah bahkan dari SD pun menggelar acara seperti ini. Sudah menjadi hal yang umum dan wajar.

"Rena Deshinanta"

Pangilan Namanya mengintrupsikan bahwa Rena untuk segera menaiki panggung.

Jepretan kamera terdengar di mana-mana ketika acara wisuda pelepasan sudah selesai mereka berbondong- bondong mengambil gambar terbaiknya untuk di jadikan sebagai kenangan karena acara itu adalah acara terakhir untuk bertemu dengan para sahabat dan teman seperjuangan sebelum mereka berjalan sendiri untuk menentukan masa depan yang di tuju.

Kebanyakan dari para temanya membawa buket bunga di tangan mereka namun itu semua mereka beli sendiri  hanya untuk berfoto dan menambah vibes wisuda. Ada pula yang di beri seseorang kalau yang itu cukup membuat mereka iri.

Rena pun juga mengajak ibunya untuk berfoto mengabadikan momen, tak lupa rena juga mengajak para teman-temannya sekalian.

Tidak menyangka Rena akhirnya menyelesaikan sekolahnya dia berharap untuk kedepanya semoga dia dengan cepat besok mendapat kerjaan dan jika bisa dia ingin mengumpulkan hasil kerjanya untuk dia gunakan  meneruskan pendidikan walaupun tertunda tapi tidak apa dia berharap bisa menyusul para teman-temanya itu yang sudah terlebih dahulu. Dan bukanya kuliah tidak ada batasan usia maka semoga ada rejeki untuk Rena kedepanya.

Meski begitu pasti orangtuanya akan mendukung apapun yang akan Rena lakukan selagi masih di jalan yang benar dan tentunya pasti mendoakan yang terbaik. Walaupun sebenarnya di hati kedua orang tua Rena merasa bersalah belum bisa membahagiakan anak bungsu mereka yang ingin mengejar mimpinya namun terhalang oleh kondisi yang memang secara ekonomi masih kekurangan.

RENA DESHINANTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang