Pukulan?

3 1 0
                                    

Seperti yang dibilang kak marka sore ini dia mengajakku makan bersama sekalian bermain ke taman

"al kamu tau perbedaan kamu sama pelangi?"

"apa itu kak"

"kalau pelangi itu datang disaat selesai hujan, kalau kamu datang disaat orang membutuhkan tapi orang lain tidak memikirkan perasaan kamu"

"pelangi itu indah, kamu juga indah al kamu bisa tersenyum sedangkan banyak luka menyelimutimu"

"apa alasan kamu bisa menerima semua ini"

"karena benci dibalas benci itu ga baik kak, aku tau semua itu menyakitkan tapi kalau aku balas semua juga tetap sama aja, papa dan adek aku bakal benci sama aku"

"aku mau minta tolong sama kakak, boleh engga jadi pacar lyin"

"al aku ga bisa, aku ga cinta sama dia aku ga bisa dipaksa dan aku juga ga mau pacaran sama orang licik kaya dia"

"ayo kak demi aku"

"aku mohon, aku takut kalau kakak ga pacaran sama lyin nanti dia bisa makin benci sama aku, apalagi papa aku takut kak"

"al aku tau keadaan kamu, tapi pikirin aku juga"

Alice sudah membujuk marka tapi kalau dia selalu memaksa, dia juga tidak enak terhadap marka

"Kamu mau pesan apa, biar aku yang bayarin"

"loh kak kan aku yang makan"

"tapi aku yang ngajak kamu, jadi biar aku yang bayarin"

"ngomong-ngomong kamu masih sering dipukul?" tanya kak marka

"jarang kak" aku terpaksa berbohong

"Beneran, aku bukannya ga percaya atau gimana tapi muka kamu memar"

"engga kak ini udah dua hari yang lalu, kalau sekarang belum"

Skip mereka sudah selesai, dan kini mereka menuju ke taman

"Kak kenapa ya keluargaku sendiri tidak percaya dengan apa yang sebenarnya terjadi, udah aku bilang beberapa kali tapi papa tidak pernah percaya, dan selalu menyalahkanku. Padahal itu kecelakan yang tidak pernah ku duga"

"Sabar dulu ya al, aku akan bantu buat melihatkan kebenarannya biar papa kamu tidak lagi buta dengan kenyataan"

"Terima kasih ya kak"

"sama-sama"

Kini kita sudah sampai dirumah masing-masing seperti yang aku katakan aku selalu takut pulang ke rumah

Tok tok

"Ma alice pulang, tolong buka in pintunya soalnya dikunci"

Dari suara di dalam mereka sedang tertawa bahagia, lagi dan lagi tanpa aku. Kayaknya memang benar kalau seandainya aku mati mereka tidak akan pernah peduli

"Biar dia tidak usah masuk ke rumah, sekalian tidur diluar suruh siapa main tidak ingat waktu, mau jadi apa pulang malem begini"

"Pah alice mohon buka pintunya, diluar dingin pah"

"memohonlah sampai besok, tidak akan saya buka kan"

Alice menangis, dan duduk memeluk lututnya

"sebenci itu ya papa sama aku, bukan aku pelakunya pa"

                         Besoknya

Alice tertidur dan tidak sadar kalau udah pagi

"Heh, cuciin baju gw dong"

Alice dan lukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang