¹.Ujian?

173 16 12
                                    

🌷

!!!Follow sebelum baca!!!

Typo tandain.....

•🍁•

"Bahagia akan datang saat kita mau bertahan" ucap seseorang yang tak pernah merasakan kerasnya kehidupan jika di perlakuan berbeda

Marvel seorang anak dari pasangan kaya dan tak pernah kekurangan, nama ayahnya adalah Alvin Bagaskara dan ibunda tercintanya Rima

Marvel memiliki kembaran bernama Marvin, namun nasib Marvel dan Marvin selalu berbeda entah itu di dalam lingkup keluarga, sekolah bahkan teman-teman nya, tapi apakah itu membuat Marvel cemburu?, tidak, walaupun kadang ia iri pada kembarannya itu tapi ia juga tak bisa apa-apa

Marvel sangat menyayangi Marvin, begitu juga sebaliknya, entah kejahatan apa yang pernah di lakukan Marvel hingga membuat kedua orang tua nya sangat membenci nya

"Pagi pah, mah" sapa Marvin dan duduk di dekat sang Papa

"Pagi sayang" jawab keduanya

"Mana anak beban itu kenapa lama sekali, apa dia merasa jadi bos dan harus ditunggu" ucap Rima

"Marvel belum selesai pake baju mah tadi kamar mandinya gantian sama Marvin"

"Kan mama udah bilang kalian pisah kamar aja, gak usah sama-sama dia"

"Udahlah mah"

"Maaf buat kalian nunggu" ucap Marvel yang baru saja turun dari kamarnya

"Merasa jadi bos ya, harus ditunggu" sarkas Alvin

"Maafin Marvel pah"

"Buang-buang waktu saya saja"

"Sudah-sudah ayok makan, Vel nanti ada ujian kan cepet makan nanti telat, udah ya mah, pah" potong Marvin dan di angguki oleh kedua orang tuanya

Mereka makan dengan khidmat hanya suara sendok dan piring bertabrakan yang terdengar

Marvel dan Marvin masih duduk di bangku sekolah menengah atas, mereka sekarang kelas 11 SMA

Marvin adalah anak yang pintar, ia seorang ketua OSIS Marvin juga banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti ekskul basket dan banyak lagi. Berbeda dengan Marvel ia hanyalah anak kutu buku yang tak mengikuti kegiatan atau organisasi apapun

Marvel lebih suka menghabiskan waktunya dengan membaca buku, entah itu buku pelajaran ataupun buku novel, Marvel suka mengoleksi buku, ia sering membaca buku tentang indahnya kehidupan yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan aslinya

Marvel kadang ingin menjadi seperti salah satu tokoh dalam novel yang ia baca

"Marvel udah selesai, Marvel duluan ya, Vin nanti ketemu disekolah ya, aku ada piket hari ini" ucap Marvel pada keluarga nya

"Oke, tapi lo gak mau bareng sama gue aja, gue gak lama selesai kok"

Belum sempat Marvel menjawab papanya sudah memotong perkataannya

"Gak usah buru-buru Vin, biar dia berangkat sendiri aja, udah kamu pergi sana sebentar lagi bus sekolahmu datang" ucap Alvin tanpa menoleh ke arah Marvel

"Iya Vin bener kata papa, aku berangkat sendiri aja, aku duluan ya"

"Tapi Vel"

"Udah ya, aku berangkat bayy" ucap Marvel dan bergegas pergi karena benar ucapan sang papa bahwa bus nya akan segera datang

Marvin hanya bisa menghela nafas lelah, ia benci ketika melihat saudara kembarnya di beda-bedakan, bukankah mereka kembar?, lalu kenapa harus diperlukan berbeda?

"Mah, pah, kenapa kalian selalu beda-bedain aku sama Marvel sih, kami itu kembar kalo kalian sayang sama aku kalian juga harus sayang ke Marvel"

"Kalian itu berbeda, kalian gak sama"

"Selalu, selalu itu jawaban kalian, dimana pah, mah, dimana letak perbedaannya?, atau emang bener kalo Marvel itu sebenarnya anak pungut maka nya kalian gak sesayang itu ke Marvel?"

"Suatu hari nanti kamu pasti tau, tapi gak sekarang"

"Udahlah aku capek, aku sakit liat perlakuan kalian yang selalu ngerendahin Marvel, kalian gak pernah benar-benar sayang ke dia, kalian selalu sakiti dia, Marvel juga manusia dia punya hati"

"Udah kamu berangkat ya, katanya ada ujian kan jangan sampai telat ya''

"Marvin berangkat ya, bayy" ucap Marvin pada kedua orang tuanya dan berlalu pergi menggunakan motor pribadinya

Ya Marvel harus berangkat sekolah dan pergi kemana-mana menggunakan angkutan umum, sedangkan Marvin memiliki motor pribadi bahkan ayahnya membelikan mobil untuknya

Ia pernah meminta pada sang ayah untuk membelikan Marvel seperti apa yang diberikan padanya tapi Marvel yang menolak dengan alasan "aku gak kayak kamu Vel, kamu bisa banggain mama sama papa jadi kamu pantas dapat hadiah itu, aku juga gak terlalu butuh, aku lebih nyaman pake kendaraan umum kok" setiap kali, apapun yang diberikan pada Marvel kata itulah yang keluar dari mulut kembarannya itu

.

Setelah sekitar 30 menit membawa motor dengan kecepatan sedang Marvin sampai di halaman sekolahnya

Sekolah yang isinya orang-orang elit, ini salah satu sekolah terbaik di jakarta, sekolah ini juga pilihan orang tua Marvin agar ia sekolah disini

"Pagi bro" sapa teman kelas Marvin

"Pagi, lo ada liat Marvel gak?, dia udah sampai belum ya?" Tanya Marvin pada temannya

"Udah tadi Marvel udah masuk kelas"

"Lo udah dateng dari tadi?" Tanya Marvin lagi

"Belum lama, udah ayok ke kelas gak lama bel nih"

Marvin dan Radit berjalan ke kelas bersama, Marvin mendapati kembarannya sudah berada di tempat duduknya

Marvel duduk di bangku paling belakang dekat jendela sedangkan Marvin duduk di bagian depan

"Jangan perduliin omongan papa sama mama tadi ya" ucap Marvin yang sudah berdiri didepan Marvel

"Gapapa, aku emang salah" jawab Marvel

"Nanti pulang mampir ke pantai yok" ajak Marvin pada kembarannya itu

"Jangan Vin besok masih ujian aku harus belajar"

"Jangan belajar terus lah Vel, sesekali jalan gitu"

"Kamu enak gak belajar udah bisa banggain papa, mama, sedangkan aku?, aku cuma bisa jadi beban buat mereka"

"Hustt, gue gak mau denger lo ngomong begitu, oke kita gak jadi pergi nanti kita pergi kalo udah liburan ya"

"Iya, emang aku bisa nolak?"

"Gak bisa, lo gak bisa nolak ajakan gue, udah gak usah terlalu di pikir, nanti malem kita belajar sama-sama biar hasil ujiannya gak ngecewain, oke?"

"Iya-iya bawel"

Marvin kembali ketempat duduknya karena bel sudah berbunyi tanda ujian akan segera dimulai

Marvin hanya santai mendapati soal ujian seperti ini, ia sangat pintar tanpa belajar pun pasti bisa menjawab soal ujian dengan benar

Berbeda dengan Marvin, Marvel gelisah sebenarnya Marvel anak yang pintar namun karena tuntutan dan tekanan dari orang tua yang membuat ia tak pernah puas dengan apapun hasil yang dicapainya

'Gue harus bisa bikin papa sama mama bangga' gumamnya dalam hati menyakinkan dirinya sendiri

'Lo pasti bisa' ucap Marvin dalam hati, ia yakin bahwa kembarannya pasti bisa

•••••TBC•••••

🍁•🍁•🍁

































KEMBARAN KU!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang